JAKARTA - Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tak begitu saja menghilangkan ancaman musuh. Di Bandung, para pejuang membakar seisi kota. Bukan gedung bioskop tua, tidak juga konstruksi plat besi tempat orang-orang menunggu bus kota. Hari itu, warga Bandung membakar rumah mereka sendiri.
Peristiwa yang dikenal dengan Bandung Lautan Api bermula ketika pasukan sekutu memasuki Kota Bandung pada Oktober 1945. Saat itu para pejuang sedang melucuti senjata dan merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Aksi serupa terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Seluruh rakyat menyatu. Mereka tahu siapa yang harus dilawan.
Namun, senjata yang telah dikumpulkan pejuang Indonesia dari pasukan Jepang diminta oleh pasukan sekutu. Mereka memaksa para pejuang menyerahkan senjata sitaan itu. Ancaman sekutu tidak main-main.
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pada 29 November 1945, sekutu bahkan memberi ultimatum agar bagian utara Kota Bandung dikosongkan dengan alasan keamanan. Akan tetapi, ultimatum tersebut diabaikan oleh para pemuda, sehingga Kota Bandung harus terbagi menjadi dua, yakni Bandung Utara dan Bandung Selatan.
Gencetan berlanjut. 23 Maret 1946, sekutu mengeluarkan ultimatum baru berisi perintah agar Tentara Republik Indonesia (TRI) mengosongkan seluruh Kota Bandung. Ultimatum itu membelah sikap pihak Indonesia terbagi dalam dua sisi.
Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta memberikan instruksi agar TRI mengikuti perintah dari sekutu. Sementara, Markas TRI memberikan instruksi agar Kota Bandung tidak dikosongkan.
Pertentangan sikap itu kemudian diluruskan dalam musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan yang hasilnya diumumkan oleh Kolonel A.H. Nasution (Komandan Divisi III). Masyarakat dan TRI diminta meninggalkan Kota Bandung.
Hangus lalu menang
Mendengar instruksi tersebut, para pejuang, khususnya yang berada di Kota Bandung tak rela. Selain melakukan perlawanan terhadap sekutu yang terus merangsek masuk ke wilayah Bandung Selatan, para pejuang akhirnya mengambil langkah membumihanguskan Kota Bandung sebelum meninggalkannya.
Hal itu mereka lakukan pada malam hari sebelum Kota dikosongkan. Dan hanya perlu waktu tujuh jam untuk melakukan pembakaran Kota Bandung bagian selatan. Upaya membakar Kota Bandung pun bukan tanpa rintangan.
Salah satu peristiwa tersulit adalah ketika TRI hendak menghancurkan pabrik dan gudang mesiu milik sekutu di Desa Dayeuhkolot sebelah selatan Bandung. Dalam melaksanakan misi tersebut, diutus Muhammad Toha dan Ramdan yang ditugaskan untuk membakar pabrik tersebut. Keduanya juga ikut tewas dalam misi tersebut.
BACA JUGA:
Mengutip informasi sejarah Bandung pada laman Perpustakaan Institut Teknologi Nasional Bandung, dijelaskan bahwa Kota Kembang sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Saat kejadian berlangsung terlihat asap hitam membumbung tinggi di langit-langit Kota sementara semua listrik mati.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap sebagai strategi yang tepat dalam perang kemerdekaan Indonesia, mengingat kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.