Bagikan:

JAKARTA - Setelah Indonesia menyatakan kemerdekan pada 17 Agustus 1945, bukan berarti ancaman dari musuh telah usai. Banyak peristiwa heroik terjadi. Salah satunya terjadi hari ini, 23 Maret, 74 tahun lalu atau pada tahun 1946. Kala itu, Kota Kembang Bandung dibumihanguskan tentara dan warganya sendiri. Mereka tak rela kota kelahiran mereka dimanfaatkan oleh pasukan sekutu.

Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, peristiwa yang disebut dengan Bandung Lautan Api bermula ketika masuknya sekutu ke Kota Bandung pada Oktober 1945. Saat itu, para pejuang sedang melucuti senjata dan merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Hampir di banyak daerah di Indonesia serentak melakukan aksi serupa. 

Namun, senjata yang telah dikumpulkan pejuang Indonesia dari pasukan Jepang, diminta oleh pasukan sekutu dan diminta untuk diserahkan kepada mereka. Ancaman sekutu tidak main-main. Pada 29 November 1945, sekutu juga memberikan ultimatum kepada masyarakat agar bagian utara Kota Bandung dikosongkan dengan alasan keamanan. 

Tugu Bandung Lautan Api (Commons Wikimedia)

Akan tetapi, ultimatum tersebut diabaikan oleh para pemuda, sehingga Kota Bandung harus terbagi menjadi dua, yakni Bandung Utara dan Bandung Selatan. Insiden kemudian berlanjut. 23 Maret 1946, sekutu mengeluarkan ultimatum baru yang berisi perintah agar Tentara Republik Indonesia (TRI) mengosongkan seluruh Kota Bandung.

Dari ultimatum itu, sikap pihak Indonesia terbagi menjadi dua sikap. Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta memberikan instruksi agar TRI mengikuti instruksi dari sekutu. Sementara, Markas TRI memberikan instruksi agar Kota Bandung tidak dikosongkan. 

Pertentangan sikap itu kemudian diluruskan dalam musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan yang hasilnya diumumkan oleh Kolonel A.H. Nasution (Komandan Divisi III). Masyarakat dan TRI diminta meninggalkan Kota Bandung.

Lebih baik hangus

Mendengar instruksi tersebut, para pejuang, khususnya yang berada di Kota Bandung tak rela. Selain melakukan perlawanan terhadap sekutu yang terus merangsek masuk ke wilayah Bandung Selatan, para pejuang akhirnya mengambil langkah membumihanguskan Kota Bandung sebelum meninggalkannya. 

Hal itu mereka lakukan pada malam hari sebelum Kota dikosongkan. Dan hanya perlu waktu tujuh jam untuk melakukan pembakaran Kota Bandung bagian selatan. Upaya membakar Kota Bandung pun bukan tanpa rintangan.

Salah satu peristiwa tersulit adalah ketika TRI hendak menghancurkan pabrik dan gudang mesiu milik sekutu di Desa Dayeuhkolot sebelah selatan Bandung. Dalam melaksanakan misi tersebut, diutus Muhammad Toha dan Ramdan yang ditugaskan untuk membakar pabrik tersebut. Keduanya juga ikut tewas dalam misi tersebut.

Mengutip informasi sejarah Bandung pada laman Perpustakaan Institut Teknologi Nasional Bandung, dijelaskan bahwa Kota Kembang sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Saat kejadian berlangsung terlihat asap hitam membumbung tinggi di langit-langit Kota sementara semua listrik mati. 

Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap sebagai strategi yang tepat dalam perang kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.