JAKARTA - Insting bisnis Donald John Trump tak perlu diragukan lagi. Trump tak saja sukses membangun kerajaan bisnis propertinya tapi juga andal melanjalankan bisnis di dunia hiburan. Keputusan Trump membeli hak kepemilikan kontes kecantikan internasional Miss Universe, misalnya.
Gelaran tahunan itu untung besar. Namun Trump tak melulu mengejar 'cuan'. Kontes Ratu sejagat justru jadi ajian melanggengkan ambisinya dikelilingi wanita cantik. Tiada yang menyangka gelaran Miss Universe dapat menjelma jadi kontes kecantikan di kasta paling tinggi dunia.
Padahal, kontes Miss Universe adalah buah dari balas dendam perusahaan pakaian yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS). Pacific Knitting Mills, namanya. Perusahaan yang membawahi merek pakaian renang Catalina Swimwear itu meresa terhina oleh perlakukan Ratu Kecantikan Amerika 1951, Yolanda Betbeze.
Ratu kecantikan asal Alabama itu menolak menggunakan pakaian renang Catalina Swimwear. Penolakkan itu kemudian memancing Pacific Knitting Mills membuat sendiri kontes kencantikan versinya sendiri. Kontes itu dikenal sebagai Miss Universe.
Gelaran Miss Universe lalu diselenggarakan di Long Beach, California pada 1952. Kala itu, pesertanya adalah 29 wanita cantik dari berbagai pelosok dunia. Mereka “bertarung” untuk mendapatkan gelar ratu sejagat.
Dalam acara itu pula, mereka diwajibkan mengenakan baju renang putih milik Catalina Swimwear. Sebagai pemilik acara, promosi terselubung dari Catalina Swimwear berjalan mulus-mulus saja. Sekalipun pesertanya masih sedikit, tiada alasan bagi Miss Universe untuk tidak menggebrak dunia kontes kecantikan. Semua mata lalu tertuju pada Miss Universe.
“Sampai akhirnya di tahun 1952, pemenang Miss America saat itu Yolande Betbeze menolak mengenakan pakaian renang di hadapan publik. Peristiwa itu membuat Catalina Swimwear marah dan menarik diri sebagai sponsor utama dan menyelenggarakan kontes tandingan. Dua sekaligus! Miss USA dan Miss Universe,” ungkap Nafiisah FB dalam buku Girl Power (2008).
Gelaran pertama ajang Miss Universe itu dimenangkan oleh Armi Helena Kuusela dari Finlandia. Usia Armi Kuusela saat itu masih berusia 17 tahun. Figurnya menarik hati dewan juri. Sebab, ia adalah sosok yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kemenangan itulah yang membuatnya jadi wanita pujaan seluruh dunia.
Berbekal ketenaran itu, Armi Kuusela dapat malang-melintang di dunia hiburan. Semua dijajalnya, dari model hingga pemain film. Karenanya, banyak wanita cantik di seluruh dunia ingin menjadi ratu kecantikan dunia. Seperti Armi Kuusela, katanya. Secara tidak langsung popularitas Armi Kuusela jadi bahan bakar bagi pamor Miss Universe melejit. Peminatnya bertambah, begitu pula gengsinya.
Miss Universe pun berkembang pesat. Kontes itu tak Cuma jadi gengsi antara wanita cantik semata. Lebih dari itu, Miss Universe menjelma menjadi gengsi antara negara-negara di dunia. Mereka lalu menyiapkan calon terbaik yang merepresentasikan negaranya. Mereka didorong keyakinan supaya mendapat mahkota ratu kecantikan seperti yang didapat Armi Kuusela.
“Selama beberapa minggu sebelum mereka tampil di babak final, para kontestan telah pergi terlebih dahulu ke kota New York, di mana sebagian dari mereka mencicipi roti sosis untuk pertama kalinya. Mereka menonton pertandingan bisbol yang dimainkan tim Yankees, menginap di Hotel Plaza, hotel yang paling mewah kemudian menumpang pesawat jet Pan Am menuju Pantai Barat.”
“Pada pemilihan itu, Armi Kuusela, seorang siswa sekolah menengah atas umur 18 tahun dari Finlandia, berhasil meraih mahkota Romanoff yang pernah menjadi milik seorang Tsar Rusia. Mahkota itu terbuat dari tak kurang 1.529 berlian dengan berat total 300 karat,” tulis Cara Birnbaum dalam buku Universal Beauty (2008).
Miss Universe era Donald Trump
Pengusaha properti, Donald Trump jadi nama populer pesohor dunia yang tertarik untuk membeli hak kepemilikan Miss Universe. Kontes ratu sejagat itu kemudian resmi menjadi miliknya sejak 1996. Trump mengungkap rating yang tinggi kepada gelaran Miss Universe jadi bukti bahwa dunia amat tertarik dengan wanita cantik. Dirinya, apalagi.
Trump pun secara jujur tak cuma melihat perkara keuntungan semata dari potensi Miss Universe. Sebagai laki-laki, menurutnya adalah hal yang istimewa bisa dikelilingi oleh wanita cantik. Itulah alasannya mengapa buru-buru menginginkan hak kepemilikan kontes yang telah dihelat sedari 1950-an.
“Saya selalu berpikir bahwa saya lelaki paling ganteng dan bukan rahasia bahwa saya pecinta perempuan cantik. Inilah sebabnya saya membeli hak kepemilikan kontes kecantikan Miss USA dan Miss Universe. Saya suka berada di sekitar perempuan cantik. Istri saya tidak keberatan karena ia adalah perempuan yang paling cantik - dan ia tahu saya menikahinya karena saya mencintainya dan ingin menikahinya.”
“Saya mempunyai pilihan untuk tetap lajang atau menikah, dan saya memilih untuk menikah. Saya tidak ingin terus melajang. Rekam jejak saya dalam hal pernikahan terbilang buruk, benar, tapi saya lebih suka menjalani kehidupan menikah daripada melajang. Ini karena saya menemukan perempuan yang tepat. Saya belajar beberapa hal dari permikahan saya yang terdahulu. Saya bertekad untuk lebih baik dalam pernikahan saya dengan Melania,” terang Donald Trump dan Bill Zanker dalam buku Think Big and Kick Ass (2008).
Artinya, kepemilikan hak atas Miss Universe –seperti kata Trump—adalah murni karena ingin berada disekitar wanita cantik. Bukan melulu keuntungan. Trump selalu menyebut apa yang dilakukannya bukan demi uang.
Ia sendiri mengakui uang yang dimilikinya sudah lebih dari cukup. Ambisi ingin dekat dengan wanita cantik justru disebutkannya berkali sebagai muara dari kesepakatan besar menguasai Miss Universe.
Kesepakatan itu pula yang kemudian membuat bakal Presiden Amerika Serikat ke-45 makin bersemangat menjalani hidup. Lebih dalam lagi, Miss Universe membuatnya merasa jadi laki-laki paling hebat. Sebab, Trump berada satu langkah lebih maju dari laki-laki manapun di dunia untuk selalu berada dalam lingkaran wanita-wanita cantik.
“Motivasi saya melaksanakan proyek ini bukanlah uang. Saya malah tidak mencari proyek ini. Tapi gairah saya pada pekerjaan cukup dikenal. Hal yang saya lakukan dengan penuh gairah cocok dengan proyek baru ini, jadi proyek inilah yang menemukan saya. Anda tak bisa hanya duduk termangu menunggu datangnya proyek, peluang, atau keberuntungan. Anda harus bergairah mengerjakan sesuatu yang Anda sukai, dan momentum yang Anda bangun akan bekerja untuk keuntungan Anda dan membawa hal baik lainnya ke Anda,” tutup Donald Trump.
1. Donald Trump | Wikimedia Commons
2.3. Miss Universe zaman dulu | Wikimedia Commons