Profil Gunawan Maryanto, Bersetia pada Teater dan Memilih Peran Tak Populer yang Syarat Makna
Gunawan Maryanto (Sumber: Instagram)

Bagikan:

JAKARTA - Gunawan Maryanto, seniman dan aktor teater Garasi kelahiran 10 April 1976 ini dikenal total dalam memasuki peran yang dipercayakan kepadanya. Dalam film Indonesia, Gunawan masih bisa disebut dengan pemain baru. 

Dia debut lewat film Istirahatlah Kata-Kata pada tahun 2016. Film ini memperlihatkan kondisi pelarian Wiji Thukul yang dipenuhi dengan rasa ketakutan di Pontianak selama 8 bulan. 

Dalam pelariannya, Wiji Thukul tetap menulis puisi dan beberapa cerpen dengan menggunakan nama pena yang lain. Kehidupan tak nyaman juga dirasakan oleh keluarga Wiji Thukul di Solo. 

Perannya sebagai Wiji Tukul langsung mendapat sambutan hangat dari pecinta film. Tak cuma penampilan, aktingnya mendapat banyak pujian karena bisa menggambarkan betapa sulitnya menjadi pelarian di masa reformasi. Gunawan Maryanto ditasbihkan sebagai aktor terbaik Usmar Ismail Awards 2017 karena peran ini.

Lewat aktingnya dalam film The Science of Fictions (Hiruk Pikuk Si Alkisah), Gunawan Maryanto didapuk sebagai pemeran utama Pria Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2020.

The Science of Fictionstak cuma kontemplatif, tapi juga estetik, membuat 1 jam 46 menit The Science of Fictions seperti perjalanan psikedelik. Begitu menggugah. Gunawan, meski bukan satu-satunya penghidup semesta Yosep Anggi Noen, berhasil membahasakan segala pesan yang coba dibeberkan Anggi. Bahkan tanpa dialog. 

"Anggi barangkali punya tafsir sendiri, ya. Tapi bagiku kan Siman itu bukan karakter, ya. Dia metafora atas sesuatu. Atas sesuatu yang dibungkam. Atas seseorang yang kemudian terlempar di dalam satu pusaran yang tidak dia mengerti. Jadi Siman adalah metafora kalau dalam puisi. Jadi dia tetap," kata Gunawan Maryanto dalam wawancara VOI, pada 20 Desember 2020.

JATUH CINTA PADA SASTRA

Kecintaan Gunawan total pada sastra dan kesenian berawal dari kecintaannya pada sastra sejak usia dini. Di umur lima, Gunawan Maryanto telah menyerap banyak buku bacaan. Ia tumbuh di lingkungan budaya Jawa yang penuh kesenian. Ayah Gunawan Maryanto adalah pemain ketoprak. 

Sementara kakeknya lekat dengan pertunjukan wayang. Meski begitu Gunawan Maryanto tak memiliki ketertarikan terhadap seni pertunjukan, hingga ia menonton sebuah pertunjukan pantomim.

"Suatu saat aku dikasih undangan. Waktu itu oleh salah satu mahasiswa ISI Jogja yang kos di rumahku. Undangan pertunjukan pantomim di salah satu gedung pertunjukan legendaris di Jogja, yaitu Senisono."

"Itu satu hal yang masih aku ingat sekarang, ya. Momen itu. Jadi aku agak meyakini itu adalah salah satu pemicu awalnya. Karena pada waktu aku nonton ayahku main ketoprak itu aku takut. Aku takut dia jadi orang lain, gitu. Mungkin karena ada kedekatan emosi dan macam-macamnya. Jadi aku enggak pernah selesai nonton ketoprak dari ayahku. Tapi ketika nonton pantomim itu aku betul-betul terhanyut, gitu. Dan aku masih ingat detail peristiwanya. Detail sampai hari ini. Artinya itu cukup membekas."

Jalan Gunawan Maryanto menuju seni pertunjukan berlanjut ketika ia menginjak kelas 6 SD. Di usia itu ia bergabung dengan Teater Rambutan yang didirikan dan diasuh oleh sutradara teater asal Belgia, Rudi Corens. Gunawan Maryanto menjalani waktu panjang bersama Teater Rambutan hingga ia SMA. Di sana, Gunawan Maryanto mengaku belajar banyak soal dasar-dasar teater modern.

"Lalu di SMA aku bergabung dengan ekstrakurikuler teater. Dari sana kemudian aku bertemu banyak pelaku teater dari SMA lain, termasuk Hanung Bramantyo. Kami dulu difasilitasi oleh Gentong HSA. Dari sana kami mendirikan satu sanggar belajar teater untuk anak-anak seusia kami, ya. Namanya Sanggar Anom. Dari situ kami belajar lebih dalam lagi ya mengenai teater."

Selepas SMA, Gunawan Maryanto yang masuk Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) bergabung dengan Teater Garasi. Di Teater Garasi Gunawan Maryanto berkiprah panjang selama 26 tahun. Dimulai 1995 hingga hari ini. Gunawan Maryanto hidup betul di Teater Garasi. Tak cuma dari sisi penghidupan finansial tapi juga spiritual.

Selain dua film di atas, Gunawan Maryanto dijadwalkan bermain dalam film Wiro Sableng. Dia akan berperan sebagai Muka Bangkai. Sayang, belum juga syuting namun Gunawan telah kembali kepada Illahi.

Kini Gunawan Maryanto hanya bisa dikenang lewat karya-karyanya. Gunawan tutup usia Rabu, 6 Oktober 2021.