JAKARTA - Pengumuman nominasi Golden Globes 2020 yang diumumkan pada Senin, 9 Desember masih menyisakan pro dan kontra di antara penggemar, terutama pada kategori Best Director. Kelima sutradara yang masuk dalam nominasi ini adalah Bong Joon Ho dengan Parasite, Sam Mendes (1917), Todd Philips (Joker), Martin Scorsese (The Irishman), serta Quentin Tarantino (Once Upon a Time in Hollywood).
Sepanjang tahun, tidak hanya sutradara pria, namun sutradara wanita juga mendominasi. Sebut saja Lulu Wang dengan The Farewell, Greta Gerwig (Little Women), atau Lorene Scafaria (Hustlers). Tidak adanya wanita dalam daftar nominasi Best Director pada Golden Globes tahun ini, melahirkan kekecewaan dari para penggemar.
Sutradara film Honey Boy, Alma Har’el menyatakan harus ada perubahan dalam Golden Globes dari segi pemilihan nominasi. Dikutip dari Variety, Har’el menjelaskan, perlu ada kategori baru untuk sutradara perempuan atau jika tidak, maka tidak ada perubahan dalam waktu dekat. Selama perayaan 77 tahun, Golden Globes hanya pernah menominasikan lima sutradara wanita — Jane Campion, Barbra Streisand, Kathryn Bigelow, Ava DuVernay, dan Sofia Coppola.
“Ini jelas mereka tidak memiliki kesadaran sama sekali. Mereka berlarut dalam aktivitas mengungguli pria dan melihat dunia yang kami bangun dengan suara wanita dan orang-orang dengan berbagai warna kulit menjadi bagian dalam percakapan. Mereka tidak memperhatikan pendapat atau menghargai mereka seperti mereka menghargai laki-laki yang mereka kenal,” kata Har'el.
Lebih lanjut, Har’el menganggap tidak ada sutradara wanita dalam nominasi adalah bagian dari transaksi politik yang dilakukan tim tersebut. Sebenarnya, organisasi Golden Globes sudah mengangkat suara mengenai isu ini.
“Kami tidak memilih berdasarkan gender. Kami memilih berdasarkan film dan pencapaian,” jawab Lorenzo Soria, presiden organisasi Golden Globes.
Har’el tidak tinggal diam. Ia lalu merespons balik dengan menulis; “Oh tolong. Jika Anda melihat bagaimana orang-orang ini dipenuhi dengan hadiah, konser privat, dan acara selama empat bulan. Mereka memilih dengan senyamannya.”
Menurut Har’el, acara The Academy lebih menghargai usaha dalam mengedukasi dan mengekpansi grup dengan wanita serta warna kulit. Ia berharap sutradara wanita tidak menyerah dalam membuat film dan tidak berhenti mencari keadilan melalui ajang penghargaan.
“Kerja dan perspektif kita adalah masa depan perfilman,” tutup Har’el.