Bagikan:

JAKARTA - Indonesia merupakan sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dalam mengatasi perubahan iklim dan melestarikan lingkungan.

Emisi karbon yang tinggi dari berbagai sektor seperti energi, transportasi, dan kehutanan, serta degradasi lingkungan akibat deforestasi dan limbah, memerlukan solusi berkelanjutan untuk masa depan yang lebih hijau.

Proses pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Dampaknya tidak hanya memengaruhi ekosistem, tetapi juga kehidupan manusia secara keseluruhan.

Oleh karena itu, langkah nyata untuk mengurangi emisi karbon dan melestarikan lingkungan menjadi kebutuhan mendesak. Pengembangan transportasi umum yang efisien, ramah lingkungan, dan terintegrasi dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Pemerintah juga dapat mendorong adopsi kendaraan listrik dengan memberikan insentif dan membangun infrastruktur pengisian daya. Hal ini membuat akademisi Jepang dan Indonesia sepakat untuk membuat teknologi air mobility.

Air mobility atau mobilitas udara telah menjadi salah satu inovasi teknologi paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mutakhir, konsep ini melibatkan transportasi udara jarak dekat menggunakan drone, pesawat listrik, dan kendaraan udara otonom. Akademisi dari Jepang dan Indonesia bertemu untuk membicarakan hal tersebut.

Perkembangan air mobility telah membuka jalan bagi solusi mobilitas yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan, terutama di wilayah urban dan daerah terpencil. Jepang adalah salah satu negara yang memimpin pengembangan air mobility, menggabungkan teknologi canggih dan infrastruktur modern.

Diskusi akademis di Universitas Hosei Tokyo pada 11-13 Desember, yang melibatkan para pakar dari Jepang dan Indonesia menjadi salah satu tonggak penting. Pertemuan tersebut dihadiri oleh akademisi dari Universitas Hosei, Prof. Dr. Morikawa, yang merupakan ahli dalam riset akustik dan pesawat terbang, serta Dr. Hatsuda, spesialis dalam teknologi kelistrikan, keduanya yang juga mewakili HIEN Technology, Jepang.

Takeshi Hompo, seorang insinyur kedirgantaraan lulusan Universitas Washington dari Chuosenko Indonesia. Dari pihak Indonesia, hadir pula Firmantoko Soetopo, Master System Engineering dari Bagaskara Jakarta, dan Prof. Dr. Rudy Harjanto, Kepala Program Doktor Komunikasi LSPR.

Menurut Rudy Harjanto, Jepang telah memanfaatkan teknologi maju untuk mendorong pengembangan air mobility. Salah satu inovasi utama adalah kendaraan udara listrik yang mampu terbang secara otonom.

HIEN Technology, perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Hatsuda, telah memperkenalkan sistem propulsi listrik hemat energi yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Teknologi ini dirancang untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, menjadikan air mobility sebagai solusi transportasi masa depan yang ramah lingkungan, dam memastikan kendaraan udara masa depan tidak hanya efisien, tetapi juga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat urban.

"Kota-kota besar seperti Tokyo, Bangkok, dan Jakarta menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas yang signifikan. Air mobility menawarkan solusi praktis melalui layanan taksi udara yang dapat mengurangi beban transportasi darat," kata Prof. Rudy, dari keterangan resmi diterima VOI pada Kamis, 12 Desember 2024.

"Di sisi lain, di wilayah terpencil dan kepulauan, seperti Okinawa dan maupun daerah bencana air mobility menjadi alat vital untuk pengiriman logistik, terutama makanan dan obat-obatan," tambahnya.

Solusi ini dianggap sangat penting. Apalagi sebagai negara yang sering dilanda bencana alam, Jepang bisa menggunakan air mobility untuk mendukung operasi penyelamatan. Sebab kendaraan udara otonom mampu mengirimkan bantuan ke daerah yang sulit dijangkau.

Langkah ini memainkan peran penting selama bencana gempa dan tsunami di Fukushima, di mana drone digunakan untuk memantau daerah terdampak dan mengirimkan pasokan darurat.

"Air mobility memberikan berbagai manfaat sosial, seperti aksesibilitas yang memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan," jelas Prof. Rudy.

"Kendaraan udara otonom mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas dibandingkan transportasi darat, dan dalam situasi darurat, mobilitas udara memungkinkan pengiriman bantuan dengan cepat," lanjutnya.

Prof. Rudy menjelaskan jika penggunaan air mobility dapatlah mengurangi biaya operasional logistik melalui pengiriman yang lebih cepat dan tepat waktu.

Tak hanya itu, industri air mobility menciptakan peluang baru di bidang manufaktur, pemeliharaan, dan pengembangan teknologi. Air mobility juga membuka peluang bagi wisatawan untuk menjangkau destinasi wisata yang sebelumnya sulit diakses.

Tak heran bila di Jepang, air mobility tidak hanya dilihat sebagai teknologi transportasi tetapi juga bagian dari budaya inovasi. Pemerintah Jepang bekerja sama dengan komunitas lokal untuk memastikan bahwa pengembangan ini sejalan dengan nilai-nilai tradisional, seperti harmoni dengan lingkungan. Selain itu, kendaraan udara modern sering dirancang dengan estetika Jepang yang mengutamakan kesederhanaan dan efisiensi.