Bagikan:

YOGYAKARTA – Pikiran memiliki kekuatan untuk mengendalikan tubuh, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tetapi bisakah kekuatan pikiran tanpa rangsangan fisik bisa mendorong orgasme? Tanpa hubungan seks atau masturbasi dan bisa merasakan orgasme, ternyata tidak mengada-ada.

Orgasme adalah puncak dari berbagai proses fisiologis dan kognitif. Ketika seseorang terangsang, mereka mengalami peningkatan kenikmatan melalui pelepasan neurotransmitter dan hormon. Saat kenikmatan meningkat, ada perubahan fisiologis yang cukup besar. Seperti peningkatan detak jantung, berkeringat, pernapasan lebih cepat, dan kontraksi berbagai otot. Menurut penulis Subjectified: Becoming a Sexual Subject, Suzannah Weiss, orgasme ialah respons dari kombinasi antara rangsangan fisik dan mental. Bedanya, orgasme tanpa sentuhan fisik didorong rangsangan yang bersifat mental.

Rangsangan fisik melalui masturbasi, atau hubungan seksual, memicu gairah seksual yang paling umum. Tetapi jika pernah mengalami mimpi basah, akan tahu bahwa orgasme tidak harus lewat masturbasi atau hubungan seksual. Melansir Men’s Health, Senin, 21 Oktober, gambaran mental yang jelas bekerja dengan cara yang mirip dengan sentuhan fisik, karena otak kita dapat berjuang untuk membedakan antara imajinasi dan kenyataan.

bisakah orgasme dengan kekuatan pikiran tanpa rangsangan fisik
Ilustrasi bisakah orgasme dengan kekuatan pikiran tanpa rangsangan fisik (Freepik)

"Biasanya, sentuhan adalah tongkat yang menggerakkan orkestra, tetapi otak Anda dapat menjadi konduktornya sendiri. Jika otak dapat menyebabkan stres, otak juga dapat menyebabkan kesenangan bagi diri sendiri," kata Emily May, PhD, terapis seks bersertifikat AASECT.

Pelatih seks dan hubungan Catherine Drysdale menjelaskan, peneliti menyamakan pedal gas mobil dengan sistem rangsangan seksual dan rem sebagai penghambatan sistem. Ada banyak faktor yang bisa menghentikan kita, tambah Dryscale. Termasuk diantaranya citra tubuh, faktor budaya, trauma masa lalu, dan seberapa aman atau berharganya kita untuk mengekspresikan diri. Gangguan lainnya termasuk juga pencahayaan ruangan, pikiran yang dipenuhi tugas-tugas, atau kecemasan kinerja.

Terapis seks dan seksolog bersertifikat Holly Wood mengatakan, penelitian ilmiah tentang topik ini sangat terbatas. Tetapi beberapa penelitian kecil melaporkan kasus orgasme yang dipicu murni oleh kekuatan pikiran. Studi dilakukan tahun 2022, tentang seorang wanita yang mengembangkan kemampuan untuk mengalami dan mengendalikan orgasme tanpa rangsangan genital apapun. Peneliti mengukur respons hormonalnya, termasuk prolaktin dan luteinisasi. Peneliti tak percaya, terdapat perubahan kadar prolaktin dan penanda fisiologis serta hormonal yang menandai orgasme.

Partisipan wanita yang mengikuti penelitian di atas, melaporkan pernah mengalami vaginismus, dasar panggul lemah, dan masalah citra diri. Kemudian ia berlatih sejumlah metode, lewat praktik yoga, latihan dasar pinggul, kesadaran, dan rutin latihan pernapasan.

“Fakta menarik lainnya adalah mereka [peneliti] menggunakan neuroimaging untuk mengamati pusat otak mana yang akan menjadi aktif dan mereka [peneliti] menemukan bahwa hanya dengan memikirkan bagian tubuh tertentu, peta sensorik yang sesuai akan diaktifkan di dalam bagian somatosensori otak. Hal ini mungkin menunjukkan kekuatan perhatian dan fokus pikiran untuk mengaktifkan jalur sensorik yang dapat memfasilitasi gairah dan orgasme dengan fokus yang tepat,” jelas seksolog Megwyn White.

Tutup Wood sebagai saran, bahwa fenomena ini menarik meskipun pemahaman ilmiahnya masih terbatas. Artinya diperlukan lebih banyak penelitian untuk memvalidasi dan mengeksplorasi lebih mendalam. Selain itu, kemampuan untuk mengalami orgasme dengan kekuatan pikiran tanpa rangsangan fisik, tidak boleh dianggap sebagai pengganti pengalaman seksual yang umum sebagai tolak ukur kesehatan seksual.