JAKARTA – Para ilmuwan menelusuri banyak tentang aktivitas seksual. Berbagai studi bisa menjadi referensi bahkan pengetahuan untuk mendasari preferensi terkait konsensual bersama pasangan.
Dilansir Medical News Today, Jumat, 23 Juli, para ahli kesehatan menemukan gagasan tentang orgasme. Khususnya yang dialami oleh wanita, bahwa banyak dokter sejak tahun 1970-an mengklaim bahwa normal bagi wanita untuk tidak mengalami orgasme. Bagaimana bisa begitu?
Orgasme sendiri didefinisikan dengan dua kriteria yang berbeda. Profesional medis menggunakan kriteria perubahan fisiologis pada tubuh sebagai dasar untuk membuat definisi. Sedangkan psikolog dan profesional kesehatan mental menggunakan perubahan emosional dan kognitif.
BACA JUGA:
Bagi semua jenis kelamin, pernah mengalami gangguan orgasme. Dan faktanya, orgasme tak hanya terjadi saat rangsangan seksual. Pengalaman mengalami orgasme memang tidak dapat digeneralisir. Sebab setiap individu memiliki perbedaan, terutama terkait dengan perubahan fisiologis dasar.
Seorang peneliti seks, Betty Dodson, mendefinisikan 7 tipe orgasme yang berbeda-beda. Tipe tersebut bisa sangat bias terhadap rangsangan genital. Berikut 7 tipe orgasme menurut Dodson.
- Blended orgasms, merupakan berbagai pengalaman orgasme yang berbeda campur jadi satu.
- Multiple orgasms, serangkaian orgasme dalam satu waktu.
- Pressure orgasms, orgasme yang timbul dari stimulasi tidak langsung atau dari tekanan yang diberikan. Ini merupakan suatu bentuk stimulasi diri yang lebih umum pada anak-anak.
- Relaxation orgasms, orgasme yang berasal dari relaksasi yang dalam selama stimulasi seksual.
- Tension orgasms, bentuk umum dari orgasme, dari rangsangan langsung dan dialami ketika tubuh serta otot tegang.
- Orgasme fantasi, orgasme yang dihasilkan dari stimulasi mental saja.
- Orgasme G-spot, orgasme yang dihasilkan dari rangsangan zona erotis selama hubungan penetrasi.
Berdasarkan perubahan fisiologis, orgasme yang dialami wanita berkaitan dengan rangsangan. Jika dirangsang, pembuluh darah di dalam alat kelaminnya melebar. Karena peningkatan suplai darah, vulva membengkak dan basah. Denyut jantung dan pernapasan jadi lebih cepat.
Payudara juga akan bertambah besar hingga 25 persen. Ketika mengalami orgasme, otot-otot genital –termasuk rahim dan introitus- mengalami kontraksi berirama dengan jarak sekitar 0,8 detik. Biasanya, orgasme pada wanita berlangsung lebih lama daripada pria, rata-rata sekitar 13-51 detik.
Sedangkan orgasme pada pria, ketika seorang pria dirangsang secara fisik atau psikologis, maka ia akan mengalami ereksi. Darah mengalir ke corpora menyebabkan penis tumbuh dalam ukuran tertentu dan menjadi kaku. Skrotum juga mengencang, otot bapa dan bokong menegang.
Tekanan darah naik, denyut nadi lebih cepat, dan laju pernapasan meningkat. Nah, ketika orgasme semen –campuran dari 5 persen sperma dan 95 persen cairan- masuk ke uretra kemudian semen keluar dari penis yang disebut dengan ejakulasi. Rata-rata orgasme pada pria selama 10-30 detik.
Setelah mengalami orgasme dan ejakulasi, pria memasuki fase pemulihan, ini yang tidak dialami oleh wanita. Kalau pada wanita, ada kemungkinan mengalami orgasme selanjutnya dalam satu waktu sedangkan pria tidak. Periode pemulihan ini disebut dengan refraktori, setiap orang lamanya bervariasi.