Bagikan:

JAKARTA - Beberapa tahun belakangan, minum kopi sudah menjadi gaya hidup dan rutinitas bagi banyak orang. Namun, minum kopi secara berlebihan nyatanya tidak baik untuk kesehatan tubuh, salah satunya pada jantung.

Dilansir dari Yahoo!Life, jika minum kopi lebih dari 400 mg kafein setiap hari dapat meningkatkan risiko seseorang yang awalnya sehat terserang penyakit jantung. 400 mg kafein setara dengan sekitar empat cangkir kopi yang diseduh.

Peneliti menemukan, mereka yang mengonsumsi lebih dari 400 mg kafein setiap hari mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berkaitan dengan jantung.

Mulai dari hipertensi atau tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, gagal jantung, aneurisma hingga penyakit ginjal kronis yang sering disebut sebagai silent killer.

“Di atas 400 mg dianggap terlalu berlebihan. Seseorang mungkin akan mengalami gejala seperti sakit kepala, mudah marah, dan gelisah,” kata Dr. Brynna Connor, dokter spesialis kedokteran keluarga yang berbasis di Austin, Texas, Amerika Serikat.

Dampak buruk konsumsi kopi secara berlebihan semakin tinggi bagi yang memiliki riwayat penyakit lainnya. Efek buruk dari kafein pada kopi akan dirasakan lebih lama dan akut.

“Sementara rata-rata waktu paruh kafein antara tiga hingga tujuh jam, orang dengan metabolisme yang lebih lambat atau masalah hati akan mengalami efek kafein yang panjang, dan lebih akut. Ini karena stimulan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk lewat dan kemudian tinggal di aliran darah mereka lebih lama,” tuturnya.

Ketahanan terhadap kafein tidak bisa disamaratakan bagi setiap individu. Seseorang yang jarang konsumsi kafein mungkin merasa sakit setelah minum hanya satu gelas espresso, tetapi seseorang yang minum kafein secara teratur mungkin mengalami efek setelah beberapa gelas kopi.

“Dengan demikian, individu harus mendengarkan tubuh mereka, dan belajar mengenali jumlah kafein bagi mereka yang menghasilkan sensasi tidak nyaman. Seperti merasa gemetar atau gemetar, gugup atau mengalami pendengaran terganggu,” tambah Dr. Gregory Marcus, seorang ahli jantung dan profesor kedokteran di Universitas California.