Kenali Gejala <i>Cherophobia</i>, Fobia Merasakan dan Mengekspresikan Kebahagiaan
Ilustrasi cherophobia atau takut merasakan kebahagiaan (Freepik/wayhomestudio)

Bagikan:

JAKARTA – Kebahagiaan ingin dirasakan setiap orang dalam setiap fase kehidupan. Tetapi, bagi seseorang yang mengalami fobia atau ketakutan merasakan kebahagiaan akan mengalami kondisi berbeda.

Cherophobia adalah individu yang ketakutan akan kebahagiaan dan mengarah pada penghindaran merasakan situasi menyenangkan. Referensi mengenai rasa takut ini belum banyak ditemuan. Berdasarkan asal katanya dari bahasa Yunani ‘chairo’ yang berarti ‘bersukacita’.

Dilansir dari Positive Psychology, Rabu, 31 Maret, cherophobia merupakan rasa enggan atau ketakutan akan kebahagiaan yang dikenali sebagai gangguan klinis menurut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Diorders.

Dalam studi psikologis, kebahagiaan dipakai untuk rujukan istilah ‘kesejahteraan subjektif’ dan diukur dengan laporan kepuasan hidup serta pengaruh positif maupun negatif yang melingkupinya.

Kebahagiaan dalam masyarakat barat sering dipandang sebagai tujuan hidup tertinggi. Yang berarti bahwa tujuan tersebut diperjuangkan oleh semua manusia. Namun, bagi seseorang yang mengalami cherophobia memiliki alasan berikut untuk enggan menikmati kebahagiaan.

Menganggap kebahagiaan adalah awal dari hal-hal buruk

Pernahkan memiliki keyakinan ketika mengalami segala sesuatu berjalan lancar maka nanti akan terjadi sesuatu yang buruk? Sebenarnya secara kualitatif hal tersebut pernah diteliti di Jepang oleh Uchida dan Kitayama pada tahun 2009, bahwa kebahagiaan bisa menimbulkan konsekuensi negatif karena kelalaian.

Ketakutan terhadap kebahagiaan muncul karena dua sebab. Pertama, karena takut akan kehilangan kendali atas emosi yang dirasakan. Kedua, tidak menyukai kebahagiaan karena takut kehilangan rasa bahagia yang baru saja ia capai.

Merasa bersalah karena merasa bahagia

Seseorang mungkin percaya bahwa merasakan bahagia dapat membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih buruk. Ben-Shahar pada tahun 2002 mengemukakan bahwa seseorang mungkin takut akan kebahagiaan karena rasa bersalahnya pada orang lain yang merasakan penderitaan.

Mengekspresikan kebahagiaan berefek buruk

Beberapa individu dan budaya tertentu, menurut seorang psikolog dan peneliti Dr. Jessica Swainston, Ph.D., beranggapan bahwa mengungkapkan rasa bahagia harus dihindari sebab berpotensi negatif. Misalnya dapat memicu iri hati, kecemburuan, dan kecurigaan dari orang lain.

Mengejar kebahagiaan dapat meningkatkan ego

Gagasan bahwa mengejar kebahagiaan mungkin dianggap negatif bagi sebuah budaya. Sebab kebahagiaan dianggap sebagai pusat ego atau pengejaran terhadap kebahagiaan personal bisa mengabaikan kemaslahatan bersama.

Dari sejumlah alasan tersebut diatas, Swainston memberikan simpulan bahwa ketakutan dan penolakan terhadap kebahagiaan sebagian besar berkaitan dengan budaya. Sedangkan efek pada seseorang dari rasa takut tersebut adalah tingkat keterbukaan, kesadaran, dan ekstraversi melemah.

Gejala perilaku dari cherophobia dikenali ketika seseorang berjarak dari kehidupan sosial. Ia lebih suka menyendiri dan membatasi berhubungan dengan dunia luar. Sedangkan gejala kognitif dikenali dengan lahirnya rasa bersalah ketika mengekspresikan kebahagiaan di depan orang lain.