JAKARTA – Rasa takut pada sesuatu yang umumnya tidak membahayakan dikenal dengan fobia atau phobia. Seringnya, fobia menganggap suatu keadaan tertentu secara tidak rasional.
Misalnya, fobia pada ketinggian, fobia terhadap pattern, dan fobia pada jarum suntik atau prosedur medis berkaitan dengan suntikan. Fobia ini disebut dengan trypanophobia, kadang disebut dengan aichmophobia, belonephobia atau enetophobia.
Pada umumnya, istilah tersebut merujuk pada rasa takut terhadap peniti, jarum atau benda tajam. Namun, trypanophobia khusus dipakai menyebut ketakutan berlebih pada segala aspek medis.
Mengutip dari Jamaica Hospital Medical Center, 1 Februari, studi menunjukkan terdapat 20 persen dari populasi mengalami rasa takut pada jarum injeksi dan 10 persen di antaranya mengidap trypanophobia.
Rasa takut tersebut, menurut Stacey Ness dan Anne D. Martens yang berprofesi di bidang farmasi dan injeksi, membuat seseorang enggan menjalani perawatan medis.
Trypanophobia secara resmi diakui dalam American Psychiatric Association Diagostics and Statistics Manual of Mental Health Disorder, edisi 4 (DSM-IV). Pada tahun 1994, fobia ini diakui sejak ditemukan pada sejumlah pasien yang memilih untuk tidak meneruskan perawatan medis karena takut pada tindakan injeksi.
Dilasir oleh Pharmacy Times, di Amerika Serikat mayoritas pengidap trypanophobia adalah wanita berusia muda. Beberapa penelitian menelusuri demografi pengidapnya. Dan menunjukkan bahwa pasien fobia jarum cenderung memiliki kerabat biologis yang sama-sama memiliki fobia terhadap injeksi.
Teori yang menjelaskan fobia suntikan jarum ialah faktor genetik. Menurut teori tersebut, pasien secara refleks menghindari cedera dari aktivitas menusuk dan memotong yang mungkin disebabkan oleh gigitan, cakar, taring, dan tongkat.
BACA JUGA:
Di samping faktor genetik, ditemukan bahwa sebanyak 52 persen pasien mengaitkan pengalaman mereka ketika melihat orang terdekat diinjeksi, misalnya melihat saudara kandung menangis ketika disuntik. Ketakutan pada jarum suntik ini adalah refleks bawaan, meski tidak pasti prevalensinya.
Biasanya, pasien dengan trypanophobia akan menunjukkan gejala fisik seperti, hampir pingsan, pingsan, keringat dingin, mual, pusing, dan vertigo.
Pada fase awal, semua pasien trypanophobia mengalami periode antisipasi. Ditandai dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sebelum tindakan injeksi. Detak jantung dan tekanan darah akan menurun secara tiba-tiba setelah penusukan jarum.
Tekanan darah tinggi akan kembali normal setelah 2 jam dan kondisi pasien akan normal kembali setelah beberapa jam kemudian. Namun, menurut laporan medis ada juga pasien trypanophobia mengalami hilang kesadaran, kecemasan, tidak enak badan, dan tubuh lemas hingga 2 hari setelah disuntik.
Karena rasa takut terhadap jarum suntik dan tindakan medis terkait injeksi, banyak pasien menghindari berhubungan dengan medis. Berdasarkan hasil identifikasi, sejumlah teknik diperlukan untuk mengurangi rasa takut terkait pemberian injeksi.
Misalnya dengan menunjukkan pengertian, rasa hormat, dan kelembutan pada pasien fobia. Pasien perlu diberikan pengertian mengenai pentingnya tindakan medis untuk kesehatannya. Selain itu, pasien juga perlu mendapatkan konseling mengenai cara-cara mengatasi rasa takut pada jarum injeksi.