YOGYAKARTA – Rasa rendah diri, disebut dengan inferiority complex, pertama kali dikenalkan pada 1907 oleh dokter dan psikoterapis Austria, Alfred Adler. Inferiority complex adalah perasaan tidak mampu dan rasa tidak aman yang menyebabkan perilaku tertentu, seperti menarik diri dari lingkungan sosial, persaingan, dan agresi berlebihan. Rasa rendah diri ini, dapat berakar pada kekurangan fisik atau psikologis.
Sesekali seseorang wajar merasa rendah diri atau merasa kurang. Seperti ketika dipecat dari pekerjaan atau ditinggalkan pasangan, seseorang mungkin merasa ragu atas kemampuan dirinya. Namun seseorang dengan inferiority complex, merespons situasi yang dialami dengan cara berbeda. Bisa ditandai dengan mencaci diri sendiri, meratapi kekurangan, dan mengkritik diri sendiri secara intens.
Penyebab inferiority complex
Penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan psikologis terkait rasa rendah diri, muncul dari beberapa faktor. Penyebab pertama, adalah kondisi genetik yang mana seseorang mewarisi variasi reseptor oksitosin. Hormon ini berkontribusi terhadap emosi positif, merasa kurang optimis, dan memiliki harga diri lebih rendah. Serta merasa kurang menguasai diri dibandingkan orang yang mewarisi jenis reseptor oksitosin berbeda.
Penyebab inferiority complex yang kedua, karena pola pengasuhan yang sejak kecil mendapat kritik berulang kali. Misalnya, mengatakan dia bodoh, tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar, hingga teguran-teguran yang menggambarkan setiap hal yang ia lakukan tidak pernah dianggap benar. Psikolog Elaine N. Aron, Ph.D. dilansir EverydayHealth, Senin, 26 Agustus, mengatakan. Ketika Anda masih sangat muda dan mudah terpengaruh serta dihadapkan dengan kritik terus-menerus, Anda merasa tidak berdaya, tidak berharga, malu, pendiam, dan tidak bersemangat hampir sepanjang waktu. Anda merasa bahwa semua pasti salah Anda, sehingga rendah diri secara kronis.
Masyarakat juga berkontribusi dalam membentuk pribadi seseorang. Ketika seseorang dilekatkan dengan standar-standar figur yang membentuk persepsi tentang diri sendiri mengarah pada keraguan diri yang berlebihan. Misalnya, seseorang harus bertindak sesuai keinginan masyarakat, meskipun sebenarnya ia tidak salah bahkan melakukan hal baik. Ketika hal tersebut diinternalisasi, maka seseorang bisa merasa direndahkan dan tidak memiliki ruang.
BACA JUGA:
Tanda inferority complex
Inferiority complex dapat bermanifestasi secara berbeda pada setiap orang. Beberapa tandanya, mereka selalu meragukan diri sendiri terus-menerus. Tanda pertama, ia selalu berfokus pada hal negatif. Tanda lainnya, menutup diri atau menarik diri dari lingkaran sosial. Bisa karena malu, merasa bersalah, atau merasa kalah.
Ketiga, inferior complex ditandai dengan respons yang tidak biasa untuk mengimbangi anggapan rendah diri. Seseorang bisa berlaku merendahkan orang lain, mereka sangat kompetitif dan terlalu kritis terhadap orang lain. Ada pula seseorang dengan inferiority compelex justru menghindari persaingan karena tidak mau mengambil risiko.
Itulah penyebab dan tanda inferiority complex. Rasa rendah diri, sesungguhnya memengaruhi kesejahteraan. Dalam beberapa kasus, orang dengan inferiority complex mengalami tekanan psikologis yang tinggi karena melihat diri lebih rendah dari orang-orang sekitar mereka karena menganggap gagal memenuhi standar. Merasa inferior juga berkaitan erat dengan depresi dan kecemasan. Lebih spesifik lagi, seseorang dengan inferior complex bisa mengalami gangguan makan karena berpandangan negatif tentang citra tubuh.