Bagikan:

JAKARTA - Ersya Aurelia yang banyak berkecimpung di dunia sinetron, kini mulai merapat ke dunia film. Secara garis besar, cakupan pekerjaannya sama namun bagi Ersya, ada tantangan baru yang ia temukan dalam industri layar lebar.

Hal itu dia ungkapkan kepada VOI ketika membicarakan film terbarunya, Dosen Ghaib: Sudah Malam atau Sudah Tahu. Ersya berperan sebagai Amelia, salah satu mahasiswi yang mengikuti kelas malam dengan dosen killer yang diperankan Egi Fedly.

“Amelia itu karakternya mahasiswa yang cukup cerdas, teladan, suka bantuin orang tua kerja dan dia rajin. Jadi di kampus, dia jadi asisten dosen meski dosennya killer tapi dia aktif dan rajin di kampus. Di antara teman-teman lain, dia yang paling rajin,” cerita Ersya Aurelia mengenai karakternya.

Lebih lanjut, wanita kelahiran 7 Juni ini sudah tahu cerita aslinya sebelum tawaran itu datang. Ia juga melihat film ini memiliki keunikan sendiri dari film horor yang sudah ada. Ia juga mengungkap bahwa Amelia bukan peran pertama yang diajukan kepadanya.

Ersya Aurelia (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Seru juga kalau dijadiin film dan aku lihat karakternya seru dan punya keunikan sendiri. Awalnya aku casting bukan untuk peran Amelia tapi Maya yang diperankan (Annette Deoarda). Dari awal aku baca, kenapa tertarik karena tensi ceritanya tinggi dan klimaks serta build up ke klimaksnya seru banget,” jelasnya.

Film Dosen Ghaib mengambil latar cerita yang didominasi di lingkungan kampus. Menurutnya, ini berbeda dari kebanyakan film horor yang biasanya berlatar rumah atau daerah pinggir kota.

“Biasanya syuting horor di rumah atau pinggir kota dan desa, dan di sini di kota. Menariknya sosok hantunya bukan perempuan. Dosen yang diperanin om Egi Fedly itu dosen laki laki, dosen yang ditakutkan. Challenge-nya gimana bikin penonton takut meski hantunya bukan perempuan karena biasanya hantunya seperti itu,” lanjut Ersya.

Aktris 24 tahun itu juga menambahkan bahwa film Dosen Ghaib ini dikembangkan dari cerita utas yang pendek. Ia menyebut film ini akan menampilkan beberapa sudut pandang mulai dari karakter utama yaitu keempat mahasiswa hingga sang dosen yang dianggap sebagai dosen killer.

Ersya Aurelia (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Aku bukan penulisnya tapi dari perspektif pemeran yang dilakukan penulis dan sutradaranya mengulik setiap karakter dan backstorynya. Dosennya juga punya backstory dan trauma masing-masing dan aku ngerasa film ini mencakup berbagai point of view, dari sisi aku dan kita bisa lihat dari sisi dosen,” kata Ersya lagi.

“Jadi sepanjang film kita dibawa gonta-ganti perspektif. Kita punya padangan berbeda dengan orang lain. Karena memang yang ceritanya tidak lulus itu 4 orang ini dan mereka harus ambil semester pendek. Sebenarnya gak kelas malam, cuma karena dosennya, tahu kan dosen killer gimana jadi kelas malam,” katanya.

Ersya pertama kali bekerja sama dengan Guntur Soeharjanto berkat film ini, sehingga ia merasa senang karena sebagai sutradara, Guntur sangat membantunya dalam mengembangkan karakter Amelia.

“Aku senang banget bisa kerja sama-sama pak Guntur dan pak Dheeraj. Pak Guntur sangat perfeksionis orangnya dan dia tahu apa yang dia mau. Tiap karakter dia yang bentuk harus lebih gimana dan aku merasa lebih diguide sama pak Guntur untuk adegan horor,” kata Ersya.

“Aku jadi banyak sharing sama dia, gimana peraninnya ada kekurangannya. Tiap director punya preferensi dari gaya akting, karakteristik secara acting wise dan sama pak Guntur maunya segini. Belajar banyak dari beliau yang punya banyak pengalaman jadi tukar cerita soal pengalaman,” lanjutnya.

Tantangan Memadukan Genre

Ersya Aurelia menganggap film Dosen Ghaib: Sudah Malam atau Sudah Tahu bukan hanya bercerita secara horor tapi juga menampilkan sisi thriler dan gore. Ia juga menambahkan film ini memiliki sisi aksi.

“Aku merasanya film ini akan horor bercampur thriller bercampur gorenya. Itu juga menambah action dikit karena ini pertama kali aku main film ada actionnya ada pakai sling, teman-teman lain juga pake sling. Ada adegan aku kelempar dan itu cepat banget. Prosesnya panjang, untuk adegan itu 2-3 hari padahal prosesnya cepat,” ceritanya.

“Baru kali ini aku dapat adegan action yang cukup berat meski teman-temanku mungkin dapat yang lebih berat. Aku dapat sling dari lantai 1, tapi karena banyak adegan action, aku banyak dapat luka-luka dan memar biru," katanya.

"Ada satu adegan yang aku beneran kesakitan, itu bisa jadi hal yang emphasize scenenya tapi seru aja dapat experience seru karena ada aja luka dimana gak bisa kontrol cuma seru dan aku senang bisa kerja sama Anet, Rayn, Rendi, om Egi dan mereka profesional dan memberi vibe positif di lokasi,” lanjut Ersya.

Pesinetron itu sempat menceritakan, sebagai mahasiswi, ia merasakan perbedaan dari cerita Dosen Ghaib. Namun ia tidak jarang mendengar cerita horor dari teman-temannya yang menjalani perkuliahan seperti biasa.

“Aku sering dengar dari teman-temanku yang kuliah dan mengalami kayak gini. Misal mereka ketemu kloningannya tiba-tiba lewat, atau temannya melihat temannya yang lain. Ini seru dan pasti roller coaster jadi naik turun emosionally,” jelasnya.

“Aku lagi kuliah tapi kebetulan online jadi kalau online lebih individual kerjanya, tidak banyak kerja kelompok jadi aku belum ada experience kayak gitu,” katanya lagi.

Film Dosen Ghaib menjadi karya terbarunya setelah berakting dalam film Susuk di tahun 2023. Selama dua tahun belakangan, ia tidak memiliki proyek sinetron seperti yang ia sering mainkan. Namanya sendiri mulai populer setelah membintangi beberapa judul sinetron.

“Sebenarnya gak ada alasan gimana-gimana cuma, karena kebetulan tawaran yang masuk tawaran film dan puji Tuhan aku dipercaya sama teman-teman di perfilman makanya aku menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin,” ujar Ersya Aurelia.

“Kita mencoba merambah ke format lain karena biasanya di sinetron sudah tahu. Setahun ini jadi lebih eksplor di film dan kebetulan dapat horor lagi jadi dapat challenge baru untuk membedakan dari karakter sebelumnya,” katanya.