Bagikan:

JAKARTA - Media sosial telah mengubah cara berkomunikasi, mendapatkan berita, dan berbagi kehidupan dengan orang lain. Di dunia baru di mana media sosial memberi akses tanpa batas, hal ini juga ternyata turut memengaruhi gaya parenting. Lantas, apa saja yang ikut terpengaruh?

Apryl Duncan, seorang ibu rumah tangga dan penulis berpengalaman, membagikan pemikirannya seperti yang VOI lansir dari laman Very Well Family, Jumat, 19 Juli. 

Menciptakan jeda

Media sosial telah menciptakan jeda di otak. Di momen-momen mengasuh anak, saat si kecil menampilkan perilaku gemasnya, banyak orang tua tanpa sadar mengambil jeda sejenak memutuskan apakah momen ini layak diunggah di media sosial atau tidak. Alih-alih memberi respon instan atas perilaku anak, Anda pasti langsung terbersit mengambil smartphone dan menangkap beberapa foto si kecil.  

Dalam jeda singkat ketika orang tua meraih ponselnya untuk mengunggah video atau foto di media sosial, tanpa sadar mereka telah kehilangan momen alami dan penting dalam interaksi orang tua dan anak.

Membandingkan

Ketika sudah memiliki anak, tak dapat ditepis lagi kalau di beranda sosial media Anda akan berseliweran unggahan dimana orang tua lain membangga-banggakan anaknya. Berkat media sosial, Anda akan dibanjiri dengan informasi seputar tumbuh kembang anak orang. 

Banyak orang tua melaporkan bahwa mereka membandingkan keberhasilan mereka dalam mengasuh anak dengan orang lain di media sosial. Mereka mungkin mengalami perasaan gagal berdasarkan apa yang mereka lihat secara online, dan mentalitas "orang lain melakukan lebih baik daripada saya" menciptakan stres yang tidak perlu. Ingatlah, ketika Anda melihat media sosial, sebagian besar orang tua tidak membagikan semua kejadian yang terjadi di hidup mereka. Jadi tak ada yang benar-benar tahu tentang hidup seseorang melainkan orang itu sendiri.

Terlalu banyak berbagi

Media sosial telah mengubah orang tua berbagi terlalu banyak informasi. Jajak Pendapat Nasional tentang Kesehatan Anak dari Universitas Michigan C.S. Mott Children's Hospital menemukan bahwa 75 persen orang tua menganggap orang tua lain terlalu banyak berbagi. Mereka mengatakan "berbagi" berkisar dari foto yang tidak pantas hingga terlalu banyak detail yang dapat mengungkapkan lokasi anak.

Menghabiskan banyak waktu

Bermain media sosial dapat menghabiskan lebih banyak waktu. Padahal waktu berharga ini bisa Anda habiskan bersama keluarga atau me time untuk memulihkan tenaga.  Pertimbangkan bertanya kepada anak-anak apakah menurut mereka Anda adalah orang tua yang perhatiannya mudah terganggu atau tidak.

Menyadari bahwa Anda menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial bukan berarti Anda harus melepaskan sosial media sepenuhnya. Pastikan Anda menetapkan batasan sehingga setiap orang memiliki waktu lepas dari handphone dan hanya menikmati kebersamaan satu sama lain.

Terlalu pamer

Terlalu banyak membagikan postingan bisa menyebabkan Anda jadi terlalu pamer atau membanggakan anak. Tentu, saat anak berprestasi bukan saja Anda yang ingin membanggkannya tapi juga Anda berharap orang lain mengetahui kebisaan anak.

Menciptakan jejak digital

Media sosial hanyalah salah satu dari banyak cara orang tua sengaja atau tidak melanggar privasi anak. Meskipun merasa aman karena Anda memiliki pengaturan privasi di akun Anda dan dapat menghapus gambar kapan saja, namun tetap sosial media menyimpan jejak digital. Unggahan media sosial dapat disimpan, dibagikan, dan didistribusikan meskipun Anda tidak menginginkannya dan tanpa sepengetahuan Anda.​

Fokus pada jumlah ‘menyukai’

Tampaknya ada kompetisi tidak resmi di media sosial untuk menjadi orang tua paling lucu, paling jenaka, dan paling menakjubkan. Dan hal ini dapat menyebabkan para ayah dan ibu mengukur kesuksesan mereka dalam mengasuh anak berdasarkan jumlah ‘menyukai’, favorit, dan re-tweet orang lain.