Mengenal <i>Burnout Syndrome</i>, Stres Berkepanjangan di Tempat Kerja
Ilustrasi Burnout Syndrome (Tim Gouw/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Di masa pandemi ini, virus Covid-19 memang jadi isu kesehatan yang besar di seluruh dunia. Namun, terlepas dari virus itu sendiri, bermunculan berbagai persoalan kesehatan lain, termasuk gangguan psikologis seperti burnout syndrome

Para dokter dan tenaga medis berjuang sangat keras dan bertaruh nyawa demi merawat para pasien, berisiko besar tertular virus, takut membawa virus pada orang rumah, ditambah ada juga yang harus kehilangan rekan sejawat dan keluarganya karena virus corona yang tentunya memberikan kesedihan mendalam. 

Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Moh. Adib Khumaidi, melansir CNN Indonesia, 20 Maret, mengatakan bahwa banyak dokter dan tenaga kesehatan saat ini mengalami burnout syndrome. Bahkan, jumlahnya sampai 85 persen. Ini karena mereka mengalami stres berkepanjangan.

Tugas pekerja medis memang berat. Mereka dilanda kelelahan, tapi juga tidak bisa memastikan semua ini akan berakhir kapan. Tentunya para pekerja lain pun bisa mengalami hal serupa. Semua masyarakat pun bisa stres karena ketidakpastian, ketakutan, ditambah persoalan finansial bagi yang terdampak.

Lantas, apa sih yang dimaksud burnout syndrome dan kenapa hal ini bisa terjadi? 

Jadi yang disebut dengan burnout syndrome ini adalah stres berkepanjangan. Penyebabnya beragam, misalnya tidak mampu mengontrol apa yang terjadi saat ini dan memengaruhi pekerjaan, bayangan tentang pekerjaan yang tidak jelas, dinamika di tempat kerja yang buruk, jenis pekerjaan yang monoton, tidak ada dukungan sosial, juga kehidupan pekerjaan dan pribadi yang tak seimbang membuat tidak punya waktu selain bekerja. 

Ada beberapa tanda atau gejala yang khas dengan burnout syndrome, di antaranya Anda seringkali merasa kelelahan. Hari-hari penuh kecemasan, merasa kehabisan energi, sakit perut, dan lemas sepanjang waktu. 

Tanda lain adalah Anda merasa frustasi dengan pekerjaan yang begitu memusingkan sampai akhirnya muak dan mengasingkan diri dari kegiatan di tempat kerja.

Pada akhirnya, semua ini berpengaruh pada menurunnya kinerja. Stres berkepanjangan membuat jadi kurang produktif, susah konsentrasi, dan sensitif untuk urusan pekerjaan. 

Gejala  burnout pun bisa berpengaruh pada fisik, seperti selalu lelah, sering merasa sakit, sering sakit kepala dan nyeri otot, mengalami gangguan tidur, serta nafsu makan berkurang drastis. 

Adapun gejalanya yang memengaruhi kondisi psikologis seperti merasa gagal, ragu pada diri sendiri, merasa tidak ada yang membantu, merasa sendirian, hilangnya motivasi, lebih negatif dan sinis, dan tidak puas sama hasil pekerjaan. 

Lebih parahnya, burnout pun ikut membuat kebiasaan jadi berbeda. Anda jadi abai terhadap tanggung jawab, suka mengisolasi diri dari rekan kerja, sering menunda pekerjaan, mengonsumsi alkohol dan obat terlarang, melampiaskan frustasi dengan cara negatif, bahkan enggan mengerjakan pekerjaan.