Suka Gengsian? Ini 4 Dampak Buruk untuk Diri Sendiri
Ilustrasi (Maximo/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Sudah jadi hal umum jika orang lebih senang mementingkan gengsi. Gengsi merupakan perasaan memiliki harga diri tinggi, selalu memposisikan diri lebih dari orang lain sehingga berkesan sombong, arogan, dan cenderung merendahkan orang lain.

Orang yang gengsi tinggi akan melakukan segala cara demi terlihat setara dengan orang-orang yang ada di atas dan menolak terlihat lemah serta dipandang rendah. Jika sudah parah, ia pun rela berbohong untuk menyelamatkan harga dirinya.

Contoh paling sederhana yang bisa ditemukan sehari-hari yaitu tentang kehidupan di media sosial. Saat melihat orang yang dianggap keren, seperti influencer, misalnya, orang gengsian akan berusaha untuk terlihat seperti itu. Ia mulai meniru gaya hidup influencer mulai dari belanja barang branded hingga makan di restoran mahal. Padahal kenyataannya ia tak mampu menjalani gaya hidup seperti itu. Hanya demi gengsi, ia berlaku demikian.

Contoh lain di dunia kerja. Biasanya ada orang-orang gengsian yang merasa diri paling pintar dengan selalu menceritakan pengalaman hebat dan maunya selalu disejajarkan dengan posisi atas. Padahal, secara kemampuan tergolong belum mampu, tapi ia selalu merasa tinggi dan ingin dihargai.

Dalam beberapa aspek, sifat gengsian ini mungkin pernah dialami semua orang. Namun, sebenarnya sifat ini kalau berkembang jangka panjang bisa berdampak buruk dan merugikan diri sendiri. Berikut kerugian yang akan Anda rasakan bila sering mengutamakan gengsi: 

Susah mengembangkan diri

Orang dengan gengsi tinggi biasanya merasa paling hebat sehingga enggan melakukan hal-hal pembelajaran baru karena merasa sudah mengerti segala hal. Anda pun selalu merasa pekerjaan dan pencapaian selalu lebih baik dari orang lain. Padahal, selalu belajar dari waktu ke waktu itu bagus untuk diri sendiri karena membuat Anda lebih berkembang. Gara-gara gengsi, Anda jadi menutup diri untuk perkembangan diri sendiri. 

Melewatkan peluang

Dalam pekerjaan, Anda menolak satu tim dengan karyawan level bawah atau anak baru yang belum berpengalaman, Anda juga menolak berbagai pekerjaan karena gajinya kurang besar, Anda juga enggan berteman dengan orang-orang yang pendidikannya lebih rendah. Padahal, bisa saja dalam kesempatan tersebut akan membawa Anda lebih baik, tapi Anda menolaknya dengan alasan yang tidak logis. 

Mempersulit diri sendiri

Pada dasarnya, banyak hal sederhana yang bisa bikin bahagia. Tapi gara-gara gelap mata, Anda jadi ambisius mengejar hal yang di luar kemampuan. Kalau dibiarkan terus menerus, akhirnya ini akan mempersulit dan menyiksa diri sendiri. Hal-hal yang dulu Anda senangi jadi tidak menarik. Kebahagiaan yang didapatkan pun jadi lebih semu karena Anda selalu membandingkan diri dengan orang lain. 

Haus pengakuan 

Pada akhirnya Anda menjadi orang yang selalu haus pengakuan. Anda melakukan berbagai hal  untuk dilihat orang lain. Anda sendiri jadi tidak pernah puas dan selalu ingin dipuji orang lain, tetapi cara yang dijalani pun bisa jadi kesalahan. Lama-lama hidup jadi penuh iri dan dengki, semakin memandang rendah orang lain, dan hilang rasa empati.