Bagikan:

YOGYAKARTA - Ada berbagai macam ilmu tajwid yang perlu dipelajari dalam tata cara membaca Al-Qur’an. Salah satu yang harus dipahami adalah hukum bacaan nun dan mim bertasydid. Pertemuan lafal tersebut disebut dengan bacaan ghunnah. 

Membaca Al-Quran sesuai imu tajwid bagi umat muslim memiliki hukum fardu ain. Adanya ilmu tajwid bertujuan untuk menghindari kesalahan saat membaca ayat dalam Al-Quran. Kesalahan pelafalan dalam membaca ayat bisa mengakibatkan perubahan makna pada setiap katanya. 

Ketika tengah membaca ayat Al-Quran, maka mim dan nun bertasydid harus dilafalkan dengan benar. Lantaran bacaan tersebut bertasydid, maka ada kalanya disebut ghunnah musyaddadah. Lantas seperti apa hukum bacaan dan contoh nun dan mim bertasydid?

Hukum Bacaan Nun dan Mim Bertasydid

Nun dan mim bertasydid memiliki hukum bacaan ghunnah yang dibaca sepanjang dua harakat. Dalam kitab Ghayat al-Murid fi IIm at-Tajwid, dijelaskan bahwa ghunnah adalah suara yang dihasilkan dari huruf mim dan nun bertasydid yang keluar dari hidung. 

Pengertian Ghunnah secara bahasa صوت في الخيشوم (Shautun fi al-Khaysyum) yang berarti suara di pangkal hidung. Ketika membaca ayat yang terdapat kata dengan ghunnah, maka dilafalkan dengan dengung sepanjang dua harakat. 

Penjelasan yang sama juga terdapat di kitab al-Burhan fi Tajwid al-Quran. Dalam kitab karangan al-Shadiq Qardhawi disebutkan sebagai berikut:

صوت لذيذ مركب في جسم النون و الميم فهي ثابتة فيهما مطلقا

Shautun ladzidzun fi jismi al-nun wa al-mim fahiya tsabitatun fihima muthlaqan. 

Artinya: Suara dengung yang tersusun dalam bentuk huruf nun dan mim yang mana terletak pada kedua hurufnya.

Dalam laman Tafsir Quran, Qamhawi menjelaskan bahwa terdapat tingkatan kesempurnaan cara pembacaan Ghunnah. Disebutkan bahwa cara tingkatan paling sempurna adalah membaca dengan mengeluarkan dengung di pangkal hidung. 

Lantas bagaimana bagi yang masih kesulitan membaca dengan cara dengung tersebut? Apabila belum bisa, maka boleh dibaca dengan cara Idgham. Jika masih belum sanggup, maka dapat dibaca dengan Ikhfa. 

Tapi apabila masih belum bisa juga, maka bisa dibaca Idhar Sukun (dibaca secara jelas). Namun jika masih belum lampu juga, maka dapat dibaca sebagai huruf berharakat saja. 

Contoh Hukum Nun dan Mim Bertasydid

Jika ingin melihat contoh bacaan nun dan mim bertasydid, ada banyak ayat yang mengandung kalimat tersebut. Berikut ini contoh 

Surah Abasa ayat 5:

أَمَّا مَنِ ٱسْتَغْنَىٰ

Ammā manistagnā.

Alasan: terdapat mim tasydid (مّ).

Surah An Naba ayat 1:

عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ

'amma yatasā`alụn.

Alasan: terdapat mim tasydid (مّ).

Surah Al-Kausar ayat 3:

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ

Inna syāni`aka huwal-abtar.

Alasan: terdapat nun tasydid (نّ).

Surah An-Nazi’at ayat 1:

وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرْقًا

Wan-nāzi'āti garqā

Alasan: terdapat nun tasydid (نّ).

Surah Yasin ayat 31:

الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

“...al-qurụni annahum ilaihim lā yarji’ụn.”

Alasan: terdapat nun tasydid (نّ)

Surah An-Nisa’ ayat 1

يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ

“Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakum…”

Alasan: terdapat nun tasydid (نّ).

Surah Al-Baqarah ayat 114:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ

“Wa man aẓlamu mim mam mana’a masājida…”

Alasan: terdapat mim tasydid (مّ).

Surah An-Nazi’at ayat 1:

وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرْقًا

wan-nāzi’āti garqā

Alasan: terdapat nun tasydid (نّ)

Surah Al-Kahfi ayat 12:

ثُمَّ بَعَثْنَٰهُمْ

“Ṡumma ba’aṡnāhum…”

Alasan: terdapat mim tasydid (مّ)

Demikianlah ulasan mengenai hukum bacaan dan contoh nun dan mim bertasydid yang perlu dipahami oleh umat muslim. Dengan lebih memahami ilmu tajwid maka umat muslim bisa membaca Al-Quran dengan baik, benar, dan tartil. Baca juga doa setelah membaca surat Al-Kahfi.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan kabar terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.