Bagikan:

JAKARTA - Tidak ada formula tunggal untuk membesarkan anak dengan baik. Bagaimanapun, mengasuh anak bukanlah ilmu pasti. Dibutuhkan sedikit seni dalam dunia pengasuhan.

Namun para peneliti yang meneliti gaya pengasuhan secara konsisten menemukan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif dalam membesarkan anak, akan menghasilkan anak yang lebih bahagia, sehat serta mampu menghadapi tantangan dunia nyata.

Kabar baiknya, setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi orang tua otoritatif. Anda dapat mencocokkan strategi pengasuhan otoritatif seperti ini dengan temperamen unik anak untuk memastikan Anda tidak menggunakan pendekatan yang tidak tepat dalam pengasuhan.

Dengarkan anak

Tidak seperti orang tua otoriter, yang percaya bahwa anak harus diawasi, bukan didengarkan orang tua otoritatif mendengar dengan baik pendapat anak. Dilansir dari Very Well Family, Senin, 4 Desember, orang tua otoritatif mendengarkan kekhawatiran anak dan membiarkan anak berbagi ide.

Jadi meski anak menceritakan lelucon yang sama untuk kesepuluh kalinya atau berbagi cerita panjang lebar, jadilah pendengar yang baik. Memberi anak perhatian positif akan membantu mencegah masalah perilaku.

Validasi emosi anak

Orang tua otoritatif mengakui perasaan anak. Mereka membantu anak memberi label pada tiap emosi yang dirasakan. Dan mengajari anak mengenali bagaimana perasaan itu memengaruhi perilaku.

Jadi saat anak kesal, jangan meremehkan perasaannya dengan mengatakan, “Ini bukan masalah besar,” atau “Berhenti menangis. Tidak ada alasan untuk marah.” Sebab bagi anak, ini mungkin masalah besar. Validasi emosinya dengan mengatakan, “Ibu/Ayah tahu kamu sangat sedih saat ini.”

Perbaiki perilakunya, bukan emosinya. Katakan pada anak bahwa tidak apa-apa jika merasa marah, namun Anda akan memberikan konsekuensi jika kemarahan itu disalurkan dengan memukul. Investasikan energi Anda untuk mengajari anak cara yang dapat diterima dalam menghadapi perasaan.

Pertimbangkan perasaan anak

Pola asuh otoritatif berarti mempertimbangkan perasaan anak. Namun, hal itu tidak berarti bahwa anak mendapat suara yang setara. Hal ini merupakan bentuk pola asuh permisif. Tunjukkan pada anak bahwa Andalah yang memegang kendali, namun tunjukkan bahwa Anda juga peduli tentang pengaruh keputusan Anda terhadap semua anggota keluarga.

Tetapkan aturan yang jelas

Orang tua otoritatif memiliki peraturan rumah yang jelas. Mereka memastikan anak mengetahui ekspektasi mereka sebelumnya dan menjelaskan alasan di balik peraturan tersebut.

Jadi, daripada berkata, “Tidurlah karena Ibu/Ayah yang menyuruh,” lebih baik katakan, “Tidurlah agar kamu bisa membantu tubuh dan otak bertumbuh.”

Ketika anak memahami masalah keselamatan, bahaya kesehatan, masalah moral, atau alasan sosial di balik peraturan Anda. Mereka akan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan. Mereka juga akan lebih cenderung mengikuti peraturan jika Anda tidak ada di sana untuk menegakkannya.

Gunakan konsekuensi yang mengajarkan pelajaran hidup

Orang tua otoritatif tidak membuat anak menderita karena kesalahannya. Mereka menghindari mempermalukan anak dan tidak menggunakan hukuman fisik. Mereka juga tidak menggunakan rasa bersalah anak untuk menghukum. Mereka membantu anak menyadari bahwa meski anak telah membuat pilihan yang buruk, namun mereka bukanlah orang yang buruk.

Ciptakan konsekuensi yang akan membantu anak belajar berbuat lebih baik di masa depan. Jika dia memukul saudaranya, jangan pukul dia. Sebaliknya, ambillah hak istimewa. Kemudian, fokuslah untuk mengajarkan keterampilan manajemen amarah atau resolusi konflik yang lebih baik.

Biarkan anak membuat pilihan kecil

Orang tua otoritatif memberikan anak kesempatan memilih ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan kecil. Hal ini memberdayakan anak dan akan mempersiapkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih besar di kemudian hari.

Jadi tanyakan pada anak, “Kamu mau kacang polong atau jagung?” atau “Apakah kamu ingin membersihkan kamarmu sebelum atau sesudah makan malam?” Kuncinya adalah memastikan Anda memberikan pilihan pada anak.

Mendorong disiplin diri

Pola asuh otoritatif tidak tertarik mengendalikan anak. Mereka berusaha mengajari anak mengendalikan diri sendiri. Jadi, jangan segera menenangkan anak setiap kali mereka kesal. Sebaliknya, ajarkan cara menenangkan diri. Dan jangan mengomeli anak untuk mengerjakan tugasnya.

Bantu anak menjadi lebih bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Buat rencana manajemen perilaku yang berfokus pada pengajaran keterampilan hidup. Pengendalian impuls, pengelolaan amarah, dan disiplin diri akan bermanfaat bagi anak dalam menjalankan hidup.