YOGYAKARTA – Anak kecil mengekspresikan emosi dengan jujur. Ini mungkin yang membuat orang dewasa kewalahan ketika mereka tantrum. Ketika tantrum, anak kecil merasakan kehancuran yang salah satu penyebabnya adalah stimulasi berlebihan.
Stimulasi sensorik merangsang respons tubuh. Kalau anak menerimanya berlebihan, maka akan melebihi kapasitas mereka sehingga mereka merasa terlalu capek. Banyak faktor yang berperan dalam stimulasi berlebihan. Seperti sore yang ramai di taman, musim panas, kurang tidur, atau melewatkan sarapan. Stimulasi atas rangsangan tersebut mungkin tak bisa ditoleransi oleh seorang anak. Mungkin juga ada anak yang bisa menerima situasi tersebut. Itu artinya, setiap anak memiliki ambang batas yang berbeda-beda dalam menerima stimulasi dari lingkungan sekitarnya.
Stimulasi berlebihan dapat terjadi ketika tingkat rangsangan sensorik melebihi kapasitas anak saat ini. Setiap anak memiliki batasan rangsangan masing-masing, dan kemampuan mereka menerima rangsangan sensorik dapat berubah secara teratur. Angka ini mungkin lebih tinggi jika anak sudah cukup istirahat dan baru saja mengonsumsi makanan atau kudapan seimbang, sementara angkanya mungkin lebih rendah jika anak perlu tidur siang atau belum makan dalam waktu terlalu lama.
Segala jenis rangsangan sensorik, baik visual, pendengaran, sentuhan, atau jenis lainnya, berpotensi menjadi beban berlebihan bagi seorang anak. Terkadang, hal ini merupakan kombinasi dari berbagai jenis informasi yang diterima anak.
“Stimulasi berlebihan dapat terjadi dalam situasi rutin di rumah, dengan volume TV dan musik yang keras, kasus-kasus khusus seperti kerumunan orang di sebuah pesta, dan acara di luar ruangan,” kata dokter anak Pierrette Mimi Poinsett, MD. dilansir Parents, Kamis, 30 November.
Bagi anak dengan neurodivergen, misalnya penderita gangguan spektrum autisme (ASD), gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD), atau individu dengan disabilitas intelektual dan perkembangan (GAKY) mungkin memiliki ambang batas stimulasi yang lebih rendah. Misalnya, label baju, lampu neon, dengungan alat elektronik, atau tekstur makanan tertentu merupakan pemicu sensorik umum pada individu autis yang dapat menyebabkan rangsangan berlebihan. Mereka mungkin lebih sensitif terhadap pengalaman sensorik dibandingkan dengan pengalaman individu neurotipikal.
Tanda-tanda anak terlalu terstimulasi
Tanda rangsangan berlebihan bervariasi menurut usia dan temperamen. Bayi mungkin merespons rangsangan berlebihan dengan menangis, menggerakkan anggota badan, dan/atau memalingkan muka. Untuk anak balita dan prasekolah, mungkin menunjukkan perilaku yang mirip dengan amarah. Mereka juga mudah marah, tampak tidak enak badan, atau mengungkapkan kewalahan dengan kata-kata.
Ada pula anak yang kesulitan memproses rangsangan lingkungan dengan perilaku menghindari, melarikan diri, atau meminimalkan rangsangan tersebut. Mereka mungkin tampak mudah tersinggung, gelisah, atau tidak fokus. Bisa juga mondar-mandir, bersenandung, atau menggoyang-goyangkan kaki.
Beberapa perilaku anak, mungkin bisa meningkat lebih ekstrim. Mereka bisa menangis, membentak, menjatuhkan diri ke tanah, bahkan melukai diri sendiri. Perilaku ini terjadi karena rangsangan berlebihan, atau disebut masa krisis. Menurut analis perilaku bersertifikat Kerri Milyko, Ph.D., BCBA-D., LBA (NV)., reaksi ini seperti tantrum tapi bukan karena untuk ‘mendapatkan sesuatu’ tetapi respons yang tidak disengaja karena pundak cari rangsangan sensorik terlalu berat untuk ditangani.
Cara mengatasi ketika anak terstimulasi berlebih
Begitu Anda menyadari bahwa anak Anda mengalami rangsangan berlebihan, hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah menghilangkan rangsangan tersebut atau menjauhkan anak dari lingkungan. Jika tak bisa melakukannya, usahakan mengurangi tingkat rangsangan semampu Anda. Misalnya dengan memeluk erat-erat, menutup telinga, dan meredupkan lampu.
“Beberapa bayi muda merespons dengan baik saat dibedong atau dimasukkan ke dalam gendongan bayi. Balita dan anak prasekolah mungkin terbantu dengan melakukan aktivitas yang lebih tenang, seperti membacakan buku atau menyanyikan lagu yang familiar,” kata Dr. Poinsett.
BACA JUGA:
Ortu tidak boleh mencoba berargumentasi dengan anak yang terlalu terstimulasi atau mengharapkan mereka untuk ‘menanganinya’ sendiri. Mereka membutuhkan bantuan Anda. Anda dapat membantu anak Anda mengatur diri dengan memberinya ruang untuk bersantai dan menenangkan diri.
Pesan dokter Milyko, waspadai pengalaman sensorik apa yang tidak disukai anak Anda. Cobalah untuk meminimalkan paparan terhadap pengalaman tersebut jika memungkinkan. Jika Anda merasa anak sering mendapat rangsangan berlebihan, ini mungkin akan mengganggu kehidupan sehari-hari Anda. Oleh karena itu, baiknya mintalah nasihat dari ahli kesehatan anak.