Mengenal Perkembangan Emosional Anak Prasekolah
Ilustrasi perkembangan emosional anak prasekolah (Freepik/asier.relampagoestudio)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Anak-anak usia 3-6 tahun, mereka pada fase prasekolah yang secara kepribadian berkembang setiap harinya. Mereka memiliki kosakata yang bertambah, dan bisa mengungkapkan perasaan mereka. Ini berarti mereka lebih jarang tantrum dan bisa mengkomunikasikan apa yang mereka inginkan, butuhkan, dan dambakan.

Anak-anak prasekolah memiliki suasana hati yang bisa saja berubah drastis, dari ceria turun merosot menjadi tangis sesenggukan. Tetapi mereka cenderung bisa berbicara tentang marah atau sedih daripada perasaan hancur.

Anak-anak prasekolah dikuasai oleh emosi

Meskipun anak berusia 3 tahun mulai memahami emosi yang mereka rasakan, mereka masih memiliki sedikit kendali atas emosi tersebut. Jika mereka menemukan sesuatu yang lucu, mereka akan tertawa histeris. Jika sesuatu membuat mereka merasa sedih atau marah, mereka akan menangis.

Pada usia ini, anak prasekolah belum banyak mengembangkan pengendalian impuls, dilansir WebMD. Mereka cenderung menindaklanjuti peristiwa yang membuatnya merasakan sesuatu. Ini mungkin berarti berebut mainan dengan anak lain atau kesal ketika ingin ngemil padahal harus menunggu sampai jam makan malam. Jika mereka menginginkan sesuatu, maka mereka menginginkan saat itu juga. Mereka mungkin menggunakan pukulan, gigitan, atau dorongan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik. Ini karena mereka belum memahami perbedaan antara interaksi yang pantas dan tidak pantas.

perkembangan emosional anak prasekolah
Ilustrasi perkembangan emosional anak prasekolah (Freepik/jcomp)

Empati muncul dan selera humor berkembang

Ketika anak Anda menginjak usia 4 tahun, mereka mulai mengembangkan selera humor. Mereka suka bersikap konyol dan membuat orang tertawa. Jadi jangan heran jika mereka memanggil temannya ‘si kepala besar’ dan kemudian tertawa histeris.

Empati juga muncul sekitar usia anak 4 tahun. Mereka mulai memahami bahwa orang lain juga memiliki perasaan. Anak usia ini juga memahami saat seorang teman merasa sedih atau terluka.

Jauh lebih baik mengatur emosi pada usia 5 tahun

Kalau usia 3 tahun mereka lebih sedikit kendali atas emosi, pada usia 5 tahun aspek emosionalnya berkembang. Mereka jauh lebih baik dalam mengatur emosinya, bisa mengkomunikasikan emosinya, dan lebih baik mengendalikan impuls. Mereka bisa mengantri dan bertanya terlebih dahulu sebelum mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Sekitar usia ini, anak prasekolah mungkin mulai tertarik pada seksualitas. Mereka mungkin bertanya dari mana bayi berasal. Mereka juga mulai mengenali bagian-bagian tubuhnya, mulai dari menyentuh dan memainkan alat kelaminnya. Ini benar-benar normal, tetapi penting memberi tahu anak Anda yang berusia 5 tahun tentang apa yang pantas dan tidak pantas.

Pastikan pula mereka mengerti tentang fungsi bagian pribadi tetapi tidak boleh bermain dengan atau menunjukkannya di depan umum. Juga pastikan pula orang lain tidak boleh menyentuh alat kelamin mereka kecuali ibu atau ayah selama waktu mandi. Jika ada yang sakit ‘di bawah sana’, janji bercerita dengan ibu atau ayah di ruang personal.

perkembangan emosional anak prasekolah
Ilustrasi perkembangan emosional anak prasekolah (Freepik/asier.relampagoestudio)

Pada usia prasekolah, imajinasi anak-anak hidup. Mereka mungkin mengobrol dengan teman khayalan, tetapi anak menggunakan cara ini untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan orang sungguhan.

Mereka bertanggung jawab dan mandiri

Tanggung jawab pada anak bisa diteladani oleh orang tua. Jangan biarkan mereka menggunakan kekerasan sebagai bentuk tanggung jawabnya menciptakan rasa aman untuk orang di sekitarnya. Selain itu, anak usia prasekolah mendambakan kemandirian. Untuk memupuk kemandirian dan kepercayaan diri, jaga kehidupan mereka tetap terstruktur. Beri mereka pilihan, misalnya beri pilihan dari dua setel pakaian yang ia kenakan untuk bermain.

Itulah perkembangan emosional anak pada usia prasekolah yang perlu diketahui orang tua. Dengan mengetahui perkembangan tersebut, orang tua bisa menggali referensi lebih banyak untuk membersamai anak hingga mereka benar-benar mandiri nantinya. Selain itu, penting juga menerapkan aturan dan kebiasaan tertentu agar perkembangan emosionalnya mendukung kesehatan mental di masa mendatang.