Mengapa Hari Valentine Identik Dirayakan dengan Cokelat? Ternyata, Ini Alasannya
Ilustrasi sekotak cokelat (Unsplash/FreeModels Agency)

Bagikan:

JAKARTA – Selalu ada yang kurang jika merayakan Hari Kasih Sayang tanpa cokelat dan bunga. Cokelat dengan rasa manis dan sedikit pahit serta bertangkai-tangkai bunga yang mekar dan segar, ternyata memiliki latar belakang kuat sehingga identik dengan Valentine’s Day sejak ratusan tahun lalu.

Banyak literatur yang menggunakan pendekatan simbolik dalam menjelaskan kaitan antara Hari Valentine dan cokelat. Namun, yang paling masuk akal adalah mengapa narasi-narasi tentang rasa cokelat dapat diterima masyarakat hampir di seluruh dunia.

Melansir MentalFloss, Minggu, 14 Februari, orang Maya yang pertama menghubungkan cinta dan cokelat. Sejak sekitar 500 sebelum masehi, mereka membuat minuman yang terbuat dari biji kakao sebelum pesta St. Valentine yang pertama.

Seduhan cokelat tersebut adalah bagian dari ritual pernikahan suku Maya. Sepasang pengantin bertukar teguk minuman dalam satu sesi di acara pernikahan. Ini adalah awal di mana cokelat adalah simbol untuk mengekspresikan cinta secara universal.

Sebab biji kakao mengandung triptofan dan phenylthylamine yang berkaitan dengan peningkatan perasaan cinta dan hasrat, maka suku Aztec memiliki pandangan berbeda dengan suku Maya. Menurut legenda, Kaisar Montezuma II memakan biji kakao dalam jumlah besar dan memicu hubungan perselingkuhan.

Meski para ilmuwan mengatakan hal berbeda, yaitu pada cokelat tidak ada zat kuat yang bersifat afrodisiak. Namun efek cokelat yang diberitakan oleh suku Aztek menjadikannya ramai dipasarkan di bawah tangan.

Produsen besar pertama memulai debut dengan memproduksi sekotak cokelat berbentuk hati pada tahun 1861. Cadbury naik daun dan mengemas produksi cokelat ‘cinta’ dengan hiasan cupid serta mawar untuk menarik pelanggan berbelanja di Hari Valentine.

Dilansir dari CNN, Minggu, 14 Februari, menurut profesor studi pangan dan sistem pangan di Montclair State University, New Jersey, Charles Feldman mengungkapkan bahwa cokelat terkait dengan maskulinitas dan kejantanan.

Sebab yang memiliki akses ke cokelat adalah kelas penguasa untuk menegaskan dominasi mereka. Masa ‘pahit’ ini dibawa penjelajah Eropa ke Spanyol, Prancis, dan Inggris dari Mesoamerika pada tahun 1600-an. Minuman dari biji kakao ini dicampur cabai dan rempah-rempah.

Revolusi Industri mengubah pahit dalam segi rasa menjadi eksklusif dan berkaitan dengan tradisi orang kaya. Pada masa ini, ungkap Megan Giller –pendiri Chocolate Noise dan penulis, gula dan cokelat adalah bawang mewah.

“Rasa cokelat mengubah preferensi, dari yang awalnya pahit dan maskulin menjadi manis dan feminin,” kata Feldman.

Cokelat disambut meriah oleh pasangan-pasangan untuk merayakan perasaannya. Baik dengan memberi hadiah sekotak cokelat Cabdury hingga Secret Lace Heart lengkap dengan pakaian dalam renda hitam.

Sebab cokelat hanyalah satu diantara ribuan cara untuk mengekspresikan perasaan, maka esensinya adalah sekuat apa perasaan cinta Anda dan pasangan untuk saling menjaga.