Mengenal Anuptaphobia, Ketakutan Berlebih Menjadi Lajang yang Disebabkan 7 Hal Ini
Ilustrasi penyebab ketakutan berlebih menjadi lajang atau anuptaphobia (Freepik/user15285612)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Ketakutan dikaitkan dengan gaya keterikatan, termasuk rasa takut yang muncul ketika tak punya pasangan atau lajang. Disebut anuptaphobia, adalah ketakutan atau kecemasan menjadi lajang. Ketakutan ini mungkin tidak masuk akal, pasalnya kadang muncul di momen-momen tak terduga. Seperti hadir di acara pernikahan rekan, tetapi sendirian dan dihantui rasa takut tatkala melihat orang lain bersama pasangannya atau partner-nya. Biasanya, seseorang yang memiliki gaya keterikatan yang cenderung cemas, kemungkinan besar akan terus-menerus khawatir akan kesendirian. Penyebab anuptaphobia atau ketakutan berlebih menjadi lajang, berikut ini daftarnya.

1. Pengaruh keluarga

Keluarga tanpa disadari membentuk perilaku, kondisi emosional, dan cara berinteraksi dengan orang lain. Cara orang tua Anda berinteraksi atau tidak berinteraksi satu sama lain, membuat ketakutan Anda terhadap hubungan. Pada akhirnya Anda tumbuh dengan melihat cinta atau kekurangan dalam relasi kedua orang tua. Ini perannya besar sekali sehingga bisa menyebabkan munculnya ketakutan menjadi lajang.

2. Tekanan masyarakat dan generalisasi ideal

Tentu setiap orang memiliki kisah cinta atau relasi berpasangan yang berbeda-beda. Tetapi masyarakat membentuk perspektif lewat pandangan bagaimana yang ideal dan ini secara tidak langsung menekan seseorang yang belum atau tidak memilih berpasangan. Masyarakat juga memiliki narasi untuk mendorong persepsi bahwa orang lajang itu belum lengkap karena belum memiliki pasangan.

penyebab ketakutan berlebih menjadi lajang atau anuptaphobia
Ilustrasi penyebab ketakutan berlebih menjadi lajang atau anuptaphobia (Freepik/pressfoto)

3. Merasa tidak aman dan harga diri

Ketika seseorang merasa ragu tentang siapa dirinya, gagasan bahwa tidak ada orang lain yang bisa membuat seseorang berharga atau bernilai bisa sangat menakutkan. Jika membutuhkan orang lain untuk meyakinkan atau menegaskan Anda berharga atau merasa aman, bisa jadi salah satu tanda Anda takut sendirian.

4. Kesepian atau bosan

Kebosanan atau kesepian sering kali menjadi hal pertama yang terlintas di benak orang ketika mereka takut menjadi lajang. Melansir LovePanky, Jumat, 10 November, kebosanan dan kesendirian kadang-kadang memang karena tidak ada kesibukan atau hidup yang monoton. Dengan begitu terlintas di pikiran untuk mencari partner supaya menemukan kebaruan.

penyebab ketakutan berlebih menjadi lajang atau anuptaphobia
Ilustrasi penyebab ketakutan berlebih menjadi lajang atau anuptaphobia (Freepik/cookie_studio)

5. Tekanan keluarga

Pada usia-usia tertentu, keluarga tentu akan menanyakan hal-hal yang sensitif. Seperti pertanyaan “kapan menikah”, “siapa pacarmu”, “kapan ibu menimang cucu”, dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut memang perlu dijawab dengan bijak dan penuh hormat. Tetapi bisa juga menjadi tekanan sekaligus pendorong seseorang untuk takut menjadi lajang.

6. Kurang support system

Jika Anda yakin memiliki pasangan romantis satu-satunya cara mendapatkan support system yang terpercaya, mungkin akan terdorong untuk mencari pasangan dan enggan menjadi lajang. Dukungan emosional sebenarnya bisa didapat dari orang terpercaya yang tidak melulu dari pasangan. Tetapi kurangnya sistem pendukung juga bisa jadi penyebab keengganan seseorang menjadi lajang.

7. Hilangnya individualitas

Sendiri memang tidak menyenangkan, terutama ketika menganggap tanpa pasangan akan kehilangan kesadaran tentang diri. Padahal, menjadi individu yang otentik dan mengenal diri sendiri, penting untuk mengembangkan diri serta lebih mandiri. Namun, ketika mementingkan untuk tidak sendirian dibandingkan menjadi diri sendiri, bisa menyebabkan rasa takut muncul ketika tidak punya pasangan atau lajang.

Itulah ketujuh penyebab anuptaphobia atau ketakutan berlebih menjadi lajang. Salah satu cara untuk mencegah ketakutan ini berkembang, adalah dengan meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini, berkontribusi pada penilaian dan ekspresi emosi dalam diri serta orang lain. Dengan memiliki kecerdasan emosional, seseorang bisa mengelola emosi secara efektif dan merencanakan kehidupan yang sejahtera ke depan.