Bagikan:

JAKARTA - Chuseok, dikenal juga sebagai perayaan Thanksgiving Korea, adalah salah satu hari raya penting di Korea Selatan. Secara tradisional, masyarakat Korea akan berbondong-bondong kembali ke kampung halaman leluhur mereka untuk merayakan Chuseok bersama keluarga.

Dilansir dari laman Asia Society, Jumat, 29 September, asal usul Chuseok dapat ditelusuri kembali ke masa lalu Korea sebagai masyarakat agraris. Chuseok juga dikenal sebagai Hangawi, yang berarti tanggal 15 Agustus menurut kalender lunar. Pada hari ini, bulan panen purnama muncul di langit dan keluarga berkumpul untuk menikmati waktu bersama dan bersyukur kepada leluhur mereka atas hasil panen yang melimpah. Para wanita dalam keluarga juga menyiapkan upacara peringatan leluhur yang disebut Charye dengan mengisi meja dengan makanan termasuk beras dan buah-buahan yang baru dipanen.

Masyarakat Korea merayakan Chuseok dengan membuat makanan khusus, seperti kue beras tertentu yang disebut songpyeon. Songpyeon dibuat dari nasi baru yang digiling halus dan adonannya diuleni menjadi bentuk bulat kecil dan diisi dengan biji wijen, chestnut, kacang merah, atau bahan sejenis lainnya. 

Ilustrasi Songpyeon (Website 90Days Korean)

Kue beras disusun di atas lapisan daun pinus saat dikukus, memenuhi rumah dengan aroma musim gugur yang lembut dan segar. Pada malam Chuseok, anggota keluarga berkumpul untuk membuat songpyeon bersama, yang menggambarkan pentingnya kebersamaan keluarga dalam masyarakat Korea.

Tradisi Chuseok lainnya di Korea di masa modern adalah pemberian hadiah. Orang Korea akan memberikan hadiah tidak hanya kepada kerabat mereka, tapi juga kepada teman dan kenalan bisnis untuk menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan mereka. Beberapa ide hadiah yang lazim adalah potongan daging sapi berkualitas tinggi, buah segar seperti apel, dan rangkaian hadiah mulai dari makanan ringan tradisional Korea hingga barang berguna seperti perlengkapan mandi. 

Ilustrasi Songpyeon (Website 90Days Korean)

Selain itu, di hari ini biasanya masyarakat akan jalan-jalan ke luar rumah dengan mengenakan chuseokbim atau pakaian dan sepatu baru yang khusus disiapkan untuk salah satu hari raya terbesar di Korea ini. 

Pada perayaan Chuseok, warga biasanya meramaikannya dengan Ganggangsullae, ritual panen dan kesuburan musiman yang dilakukan di bawah bulan purnama oleh wanita muda desa yang belum menikah. Dikutip dari The Korea Herald, mereka berkumpul dalam lingkaran, bergandengan tangan, bernyanyi dan menari dengan permainan pantomim yang mencerminkan kehidupan di desa nelayan atau pertanian. 

Permainan ini bahkan telah tercatat dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada 2009. Mereka berkumpul dalam lingkaran, bergandengan tangan, bernyanyi dan menari dengan permainan pantomim yang mencerminkan kehidupan di desa nelayan atau pertanian. 

Menurut Komisi Nasional Korea untuk UNESCO, akar permainan ini dapat ditemukan di desa-desa pedesaan Konfederasi Mahan di bagian selatan Semenanjung Korea sekitar 2.000 tahun yang lalu. Dulu, perayaan ini menawarkan kesempatan langka bagi perempuan untuk bebas dari penindasan sosial untuk menari dan bernyanyi di antara mereka sendiri.

Bagi wisatawan yang datang berkunjung ke Korea Selatan saat Chuseok, pasti kaget karena di kota besar Seperti Seoul akan terasa sepi. Sebagai orang asing, seringkali sulit untuk menikmati Chuseok dengan cara tradisional kecuali teman atau orang terdekat Anda mengundang Anda untuk bergabung dengan keluarganya. Namun, jika Anda ingin merasakan pengalamannya, ada banyak situs budaya di Seoul, seperti Desa Namsangol Hanok, yang menawarkan acara liburan spesial.