Bagikan:

JAKARTA - Kasus demam berdarah dengue (DBD/Dengue) masih menjadi perhatian kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Semua orang di Indonesia berisiko terkena dengue tanpa melihat umur, di mana mereka tinggal, dan gaya hidup. 

Salah satu sosok yang pernah menjadi korban jiwa dari penyakit ini ialah putri kedua psikolog Tika Bisono, Janika Ramdanti Putri pada tahun 2007. Tika menyambut baik adanya vaksin DBD yang baru ditemukan. Dia didapuk menjadi Dengue Prevention Ambassador. 

Tika Bisono bersedia menjadi ambassador tersebut karena mengingat kondisi putrinya sebelumnya pergi untuk selamanya. Ia mengaku kepergian putrinya ini membuat ia seakan 'kecolongan'.

"Dia kena cuma dalam waktu 3 jam, dari infus 3 jam kemudian dia hilang. SO, kayak kecolongan, 'Hah anak gue mati?' 3 jam doang. Sementara kakaknya satu ruangan gitu," ujar Tika Bisono di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 27 September.

Menurut wanita berusia 62 tahun ini semuanya terjadi dengan begitu cepat. Sebelumnya, Janika sempat meminum obat selama 3 hari berturut-turut. Bahkan, Tika memaksa untuk anaknya itu segera dites untuk mengetahui penyakit sesungguhnya.

"Itu 3 hari minum obat. Dan terdeteksi DBD juga hari ketiga. Cuma masalahnya ketika itu gua selalu ngecek. Terserah dokter bilang ‘Baru hari ketiga dicek’. Gue mau hari pertama dites, hari kedua dites," lanjutnya.

"Karena bintik itu juga dihari ketiga (muncul). Jadi dari awal belum ketemu. Tapi karena gue parno cek! Memang nggak ada, hari kedua cek lagi, sampai hari ketiga ternyata ada," imbuhnya.

"Ya udah akhirnya ke rumah sakit infus segala macam, tapi ya ketika kemudian mendadak sontak kayak serangan syok sindrome itu ketika itu rumah sakit belum siap. Jadi dibawa darurat, infusnya bukan cuma satu tangan, tapi dua tangan, kaki, infus semua terus lampu-lampu gede untuk memanaskan," tuturnya.

Kematian putrinya yang masih di usia sangat muda membuat Tika sangat terpukul. Ia menyalahkan semua orang, dari pihak rumah sakit hingga Suami sendiri atas kepergian putrinya itu.

"Nggak pengen aja kayak ya gua (masih) menyalahkan semua oranglah terutama rumah sakit yang gua tuduh malpraktek karena penanganannya jelek banget. Dan nggak ada kayak tempat untuk anak. Akhirnya gue juga nyalahin suami gw, 'You kill her!', karena bukan di rumah sakit mereka," tutup Tika.

Tak mau larut dalam kesedihan, Tika Bisono ingin aktif memberikan edukasi pada masyarakat tentang cara mengendalikan DBD. "I've been here sejak 2007, pemerintah belom ngapa-ngapain. Ini kan tugas menyebalkan sebenarnya. Tapi toh gue harus disini, jadi tapi gue kejar kan akhirnya," tegasnya.