BEKASI - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bekasi terbilang mengkhawatirkan. Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat kasus demam berdarah selama Januari-Agustus 2022 mencapai 2.035 kasus dan 12 orang meninggal dunia.
Jumlah ini meningkat dibandingkan kasus serupa di tahun 2020 yang mencapai 1.646 kasus dengan angka kematian satu orang. Sementara pada tahun 2021, tercatat ada 2.004 kasus pada periode tersebut dan 11 orang meninggal dunia.
Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah paling banyak ditemukan kasus demam berdarah. Pada tahun ini sebanyak 448 kasus dan tiga orang meninggal dunia, disusul Bekasi Timur dengan 273 kasus.
Dinkes Kota Bekasi juga mencatat pada Agustus 2022 terdapat 125 kasus demam berdarah. Dua kasus ditemukan pada usia kurang dari setahun, 11 kasus di rentang usia satu hingga empat tahun, 33 kasus berusia lima hingga 14 tahun, 54 kasus usia 15-44 tahun, dan 25 kasus dengan usia 44 tahun ke atas.
Pemerintah Kota Bekasi saat ini terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi pencegahan penyakit DBD. "Tidak bosan-bosan dan kembali saya tegaskan, jangan bilang peduli DBD jika belum jadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah sendiri," kata Kepala Dinkes Kota Bekasi, Tanti Rohilawati di Bekasi, seperti dinukil dari Antara, Sabtu 27 Agustus.
"Semua tidak akan berjalan optimal dalam penanggulangan DBD jika warga tidak mau peduli demam berdarah. Mari bersama-sama menjadi jumantik minimal di rumah sendiri serta lingkungan," ucapnya.
Tanti memastikan pihaknya akan terus mensosialisasikan pencegahan demam berdarah kepada masyarakat, baik melalui aplikasi percakapan grup seluler fasilitas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit hingga pembuatan video imbauan kepala daerah.
Percepatan koordinasi dan pelaporan kasus juga menjadi fokus utama pencegahan penyakit tersebut, selain mengoptimalkan gerak kader jumantik dalam membantu penanggulangan penyakit DBD.