Bagikan:

YOGYAKARTA – Dengan berpikiran optimis, seseorang cenderung melihat sisi terang dari segala sesuatu. Imbalan berharga untuk pikiran tersebut dikaitkan dengan hasil kesehatan lebih baik, hidup lebih lama, dan kognisi lebih utuh. Menurut penelitian, wanita yang mendapat skor optimisme yang lebih tinggi hidup rata-rata 5,4 persen lebih lama. Ini berarti lebih panjang usia 4,4 tahun, mengutip penelitian yang dilakukan pada tahun 2022. Pada pria, juga mengalami hal yang sama, yang menemukan bahwa optimisme bermanfaat umur panjang.

Seiring bertambahnya usia, seseorang memiliki kemampuan kognitif menurun. Tetapi dengan lebih optimis, kita cenderung memiliki pikiran yang hidup seiring bertambahnya usia. Mengutip penjelasan psikolog klinis dan psikoanalisis Kurt Ela, Psy.D., segitiga kognitif merujuk perasaan, pemikiran, dan tindakan yang terkait satu sama lain. Mengubah salah satu dari ketiganya menjadi lebih positif akan meningkatkan kedua lainnya.

bersikpa optimis panjang umur dan sejahtera
Ilustrasi bersikap optimis panjang umur dan sejahtera (Freepik)

Ela dilansir Psychology Today, Jumat, 4 Agustus, mencontohkan pemikiran pesimis seperti “Saya mungkin gagal dalam ujian ini” akan membuat cemas dan putus asa. Perilaku yang mengikuti mungkin sangat kurang percaya diri dalam menyelesaikan jawaban dan hanya setengah hati dalam berupaya. Dengan mengubah pemikiran “Saya khawatir akan gagal dalam ujian ini, tetapi saya telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, dan sebenarnya belum pernah mendapat nilai gagal” dapat mengubah perasaan dan meningkatkan motivasi dalam berupaya lebih baik. Sehingga dapat mengisi jawaban dengna percaya diri dan kinerja baik. Ini salah satu dari banyak cara optimisme dapat bekerja pada setiap orang.

Perubahan kecil sekalipun dapat meningkatkan kualitas hidup dan semangat seseorang. Secara ekstensif, peneliti melihat perilaku mana yang membantu pemikiran optimis. Hasilnya tidak sepenuhnya mengejutkan karena mungkin Anda pernah memahami sebelumnya. Bahwa tidur cukup, membaca untuk kesenangan, olahraga, berada di alam, spiritualitas dalam bentuk apapun, dan meditasi, semuanya dapat membantu kita merasa lebih baik dan hidup lebih lama. Seperti yang ditulis profesor Catherine Sanderson pada 2019 dalam buku The Positive Shift, tulisnya “Ubah perilaku Anda dan pola pikir Anda akan mengikuti.”

Melalui penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pemikiran optimis dapat memengaruhi perilaku dan perasaan. Kalau Anda melihat secercah harapan dengan berpikiran optimis dan merealisasikan dengan perilaku, maka perasaan akan lebih ringan dalam mencapai tujuan Anda.