Bagikan:

JAKARTA – Mengingat masa lalu kadang menakutkan, tetapi mengulang kembali ingatan pada hal-hal yang telah berlalu atau disebut nostalgia sulit dihindari.

Bagaimana tidak, masa lalu adalah satu kejadian yang pasti dan sudah terjadi. Tak bisa diubah kecuali diingat lagi dan mencari kemungkinan terbaik saat ini serta masa depan nanti.

Nostalgia, bisa dialami pada momen tertentu. Seringnya muncul dari keterlibatan indera. Misalnya, mencium aroma tertentu yang mengingatkan sesuatu atau seseorang di masa lalu.

Pun dengan rasa, sentuhan atau bahkan musik genre tertentu bisa mengingatkan tentang satu era yang sudah usang tetapi pantas diingat.

Perasaan sentimental terhadap kejadian yang sudah berlalu menggabungkan kesedihan, rasa kehilangan, dan kegembiraan.

Melansir dari Psychology Today, Neel Burton, M.D., psikiater sekaligus penulis buku Heaven and Hell: The Psychology of the Emotions yang mengajar di Oxford menuliskan bahwa saat ini nostalgia tidak lagi dipandang sebagai gangguan mental.

Nostalgia adalah emosi alami, bersifat umum dan bahkan positif. Nostalgia, menurut Burton memicu fungsi adaptif yang tak terduga.

Di kala menghadapi situasi membosankan, nostalgia dapat memberi kita konteks, perspektif dan arah yang sangat dibutuhkan. Tentu saja dengan cara mengingat kita diyakinkan bahwa hidup tidak sedangkal kelihatannya.

Menurut sebuah penelitian tentang nostalgia, momen nostalgic sering terjadi pada hari-hari yang dingin, ruangan yang dingin dan membuat seseorang merasa lebih hangat. Lanjut Burton, nostalgia dapat didefinisikan sebagai antusiasme dan berharap positif terhadap hal-hal yang telah kita harapkan.

Nostalgia juga menggerakkan kita pada sebuah kompensasi. Misalnya, dalam sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan di Walnut – An Unlimited Agency, nostalgia dikaitkan dengan membangun brand sebuah produk.

Artinya, kompensasi harus dibayar tuntas ketika nostalgia berkaitan dengan budaya konsumerisme seperti membayar langganan premium sebuah platform pemutar musik dan kompensasi lainnya.

Hal lain mengenai memutar kembali memori yang berlalu adalah bentuk penipuan diri yang selalu melibatkan distorsi dan idealisasi masa lalu. Paling tidak, bagian-bagian yang mengerikan, mengecewakan dan membosankan bisa dihapus dari ingatan. Yang disisakan, jelas Burton lebih lanjut, adalah pengalaman puncak.

David Newman, psikolog dari University of Southern California meluaskan pemantik nostalgia. Kadang, aroma dan yang terkait dengan indera bisa hadir secara acak.

Pada kondisi lain, misalnya, saat menyendiri duduk di sofa teringat tentang keluarga atau orang terdekat. Ini mengartikan bahwa hadirnya nostalgia yang sentimentil juga bisa dipantik oleh kondisi tertekan, kesepian, dan tentang siapapun.

Dari berbagai studi menemukan bahwa ketika merasakan sedih, tertekan dan kesepian dapat membawa seseorang terlibat dalam momen nostalgic atau lamunan. Positifnya, dapat meningkatkan suasana hati.