Bagikan:

JAKARTA - Ramadan merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Sebab di bulan ini, segala amal ibadah yang dikerjakan akan dilipatgandakan nilainya. Maka tak heran jika banyak umat akan berlomba lebih giat lagi melaksanakan ibadah di bulan suci ini. 

Salah satu ibadah yang paling mendapat antusias bagi umat untuk dikerjakan yaitu salat tarawih. Ini merupakan salat sunah yang dilakukan pada malam hari sesudah Isya, sebelum Subuh pada bulan Ramadan. Bisa dikatakan, menjalankan ibadah Puasa tanpa salat sunah Tarawih rasanya kurang lengkap. 

Keutamaan bagi orang yang melaksanakan salat tarawih sendiri sangat besar, yaitu mendapat pengampunan dosa. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda, 

 مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).   

Para ulama sepakat bahwa kata qâma ramadhâna berarti salat tarawih. Secara tegas hadits ini memotivasi umat agar melaksanakan salat tarawih yang boleh dikatakan sebagai ibadah eksklusif di bulan Ramadan. Bahkan pahala yang dijanjikan adalah ampunan dosa-dosa, dengan catatan harus yakin akan keutamaannya dan dijalani dengan penuh keikhlasan. (as-Syirbini, Mughnil Muhtaj, tt; juz 1, h. 459)

Namun, keimanan seseorang adakalanya naik dan bisa turun. Semakin giat ibadah yang dikerjakan, maka semakin meningkat tingkat keimanannya. Sebaliknya, jika ibadah mulai redup maka keimanan pun akan menurun. Sama halnya dengan pelaksanaan salat tarawih. Pada 10 hingga 15 hari pertama Ramadan, masjid masih dipadati dengan jemaah yang melaksanakan tarawih. Tapi setelah itu, masjid mulai sepi dan jumlah jamaah yang tersisa hanya hitungan jari.

Padahal jika memahami betul betapa besar pahala yang diperoleh dalam menjaga konsistensi salat tarawih, tentu seharusnya semakin mendekati lebaran, semakin semangat pula tarawih dan juga ibadah-ibadah lainnya. 

Dalam salah satu potongan haditsnya, Rasulullah saw bersabda,   

إنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ  

Artinya, “Sesungguhnya seorang laki-laki yang melaksanakan salat bersama Imam (berjamaah) sampai selesai, maka baginya dihitung pahala beribadah satu malam penuh.” (HR Abu Dawud)

Artinya, jika konteks hadits ini diberlakukan dalam salat tarawih, maka barang siapa yang melaksanakan salat tarawih sampai selesai berikut witir serta dzikir dan doa bersama imam, dia akan memperoleh pahala setara menghidupkan satu malam penuh dengan ibadah. Belum lagi malam Ramadan, pasti pahalanya lebih besar dibanding malam-malam lainnya.

Lebih jauh, para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan alam-malam paling potensial bagi datangnya Lailatul Qadar, momen yang paling diimpikan oleh umat Nabi Muhammad saw. Artinya, jika kita konsisten menjaga salat tarawih sampai satu bulan penuh selama Ramadan, akan banyak sekali pahala yang diperoleh termasuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini.

Pertama, diampuni dosa-dosanya sebagaimana disinggung dalam hadits di atas. Kedua, mendapat pahala senilai menghidupkan satu malam penuh dengan beribadah selama satu bulan Ramadan. Ketiga, berkesempatan meraih malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir.