Orang Tua yang Cerdas Secara Emosional, Melakukan 3 Hal Ini pada Anak-anaknya
Ilustrasi orang tua yang cerdas secara emosional (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Mengasuh dan membersamai anak dalam proses pertumbuhannya, merupakan pengalaman luar biasa. Tak jarang, pengalaman ini membuat frustasi. Tetapi, sebagai orang tua perlu mengambil alih sepenuhnya tanggung jawab ini.

Berkaitan dengan belajar mengatur dan mengelola emosi pada anak-anak, ternyata kecerdasan emosional orang tua berperan besar. Menurut seorang psikoterapis dan penulis Erin Leonard, Ph.D., ini yang dilakukan orang tua dengan kecerdasan emosional pada anaknya.

1. Mengoreksi perilaku bukan berdasarkan perasaan

Alih-alih marah karena terganggu ketika anak membanting pintu, lebih baik membuka diskusi yang memotivasi tanggung jawab anak dan keterbukaan. Anak membanting pintu, pasti bukan tanpa alasan. Untuk menggali pemicunya, orang tua dengan kecerdasan emosional tidak mengoreksi perilaku anaknya berdasarkan perasaannya tetapi kebenaran perilaku, empati, dan rasa hormat.

orang tua yang cerdas secara emosional
Ilustrasi orang tua yang cerdas secara emosional (Freepik)

Melansir Psychology Today, Leonard memberikan contoh kasus Ben dan ibunya. Ben pulang sekolah melempar task e lantai dan membanting pintu. Dari dapur, ibunya menghampiri dan berkata, “Ben, saya tahu kamu bukan tidak punya alasan kenapa pulang melempar tas dan membanting pintu”. Ibu menyuruh Ben mengambil tas dan menempatkan pada posisinya, lalu menghampiri Ben. Dengan obrolan yang terbuka, tidak ada intensi menyalahkan dan mengoreksi, Ben luluh. Ia akhirnya bercerita pemicu ia marah. Contoh ini, sang ibu menghormati emosi Ben dan menegakkan aturan. Emosinya tidak buruk, tetapi perilakunya mungkin buruk.

2. Mendengarkan untuk memahami alih-alih berceramah

Ibu atau ayah yang pengertian dan mendengarkan akan lebih dekat dengan anaknya daripada berceramah. Hal ini penting karena orang tua tidak memaksakan agendanya pada anak dan membuka diskusi yang berfokus pada sang anak. Dengan cara ini, anak memiliki ruang untuk mengungkapkan pendapatnya. Mereka juga cenderung membicarakan suatu masalah.

3. Refleksi diri untuk menjadi orang tua yang lebih baik

Refleksi atau introspeksi diri bisa membantu mendekatkan hubungan anak dan orang tua alih-alih menyalahkan anak atau menyalahkan diri sendiri. Dengan introspeksi, orang tua bisa menjadi lebih baik. Ini merupakan respons positif atau umpan balik positif dari keterbukaan anak. Dengan introspeksi pula, orang tua memperoleh kesadaran diri dan menjadi contoh yang baik untuk anak-anaknya.

Menurut Leonard, empati adalah landasan kecerdasan emosional. Empati, termasuk menghormati perasaan anak sambil menjunjung tinggi harapan dan batasan, mungkin merupakan cara efektif untuk tetap dekat dengan anak. Itulah sikap orang tua yang cerdas secara emosional ketika merespons perilaku anak-anaknya.