Bagikan:

YOGYAKARTA – Air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi setidaknya hingga berusia MPASI. Tetapi bagaimana apabila ibu sakit bolehkah menyusui buah hatinya? Dalam kondisi tertentu, yang terbaik adalah terus menyusui, tetapi ada pengecualian.

Nutrisi yang dibutuhkan bayi terdapat dalam ASI. Selama enam bulan pertama kehidupannya, kebutuhannya terpenuhi dari ASI. Mulai dari air, lemak, karbohidrat, protein, imunoglobin, dan bahkan sel punca. ASI juga mengandung antibody yang membantu bayi melawan penyakit, baik penyakit yang dialami ibu atau penyakit yang dialami bayi. Alasan lain untuk tetap menyusui meski ibu sakit, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Ann Kellams dari Academy of Breastfeading Medicine.

ibu sakit bolehkah menyusui
Ilustrasi ibu covid bolehkah menyusui (Freepik/freepic_diller)

Menurut Kellams dilansir Huffpost, tubuh mengirim sinyal untuk menghasilkan lebih sedikit atau lebih banyak ASI sesuai kalibrasi berapa banyak ASI yang dikonsumsi bayi Anda. Pada pasca persalinan, biasanya hanya memproduksi sedikit, tetapi pada akhirnya produksi ASI akan menyesuaikan jumlah yang dikonsumsi bayi Anda.

Saat sakit, kita semua terbiasa dengan gagasan mengisolasi diri untuk melindungi orang lain. Pada kondisi ibu menyusui, kemungkinan besar kuman pembawa penyakit telah sampai ke bayi. Menurut konsultan laktasi bersertifikat, Catherine Watson Genna menjelaskan. Jelasnya, saat ibu memiliki gejala bayinya sudah terpapar. Jadi sebelum mulai merasa sakit, tubuh tidak hanya mulai membuat antibodi untuk melawan penyakit, tetapi juga mulai menyebarkannya.

“Antobodi akan disalurkan melalui ASI yang memberikan perlindungan bagi bayi,” tambah Kellams. Hal ini juga berlaku pada vaksinasi. Susu orang tua yang telah divaksinasi COVID-19, misalnya. Teryata mengandung antibodi terhadap penyakit tersebut. Dengan begitu tetap memberikan perawatan membuat bayi Anda dapat membantu menjaga mereka tetap terhidrasi.

ibu sakit bolehkah menyusui
Ilustrasi kualitas ASI saat ibu sakit (Freepik/hurkin_son)

Bayi yang sakit membutuhkan kenyamanan, cairan, nutrisi berkelanjutan. Kecuali jika bayi mengalami muntah dan/atau diare parah. Nah, kalau tiba-tiba berhenti menyusui karena ibu sakit, justru dapat menyebabkan masalah tersendiri.

Idealnya, menyapih bayi perlu dilakukan secara bertahap selama beberapa minggu atau bulan. Hal ini memungkinkan waktu tubuh Anda untuk mengurangi jumlah susu yang dihasilkan. Jika berhenti menyusui bayi karena Anda sakit, tubuh Anda pada awalnya akan tetap memproduksi ASI dalam jumlah yang biasa dan berpotensi menyebabkan payudara membesar dan rasa nyeri, saluran ASI tersumbat, mastitis, hingga infeksi payudara.

Ada beberapa keadaan di mana Anda harus berhenti menyusui. Di antaranya ketika menerima obat radioaktif atau kemoterapi dan lesi herpes aktif di payudara, kata Kellams. Jika Anda tak yakin, sebaiknya tanyakan kepada dokter anak bayi Anda. Sedangkan apabila Anda perlu minum obat sementara yang tidak cocok untuk menyusui, Anda mungkin dapat memompa ASI dan membuangnya selama durasi perawatan Anda.

Data yang ditunjukkan oleh Kellams, menjelaskan bahwa jika bayi mengalami infeksi, maka tubuh ibu yang menyusui mengubah komposisi susu dan menghasilkan peningkatan antibodi sebagai pelindung. Hal yang baik dari ASI lainnya, cairan ini bergizi dan melindungi bayi serta ibu terhadap bakteri yang menginfeksi. Lebih jauh lagi, konsultasikan kondisi kesehatan Anda selama menyusui. Termasuk apabila sakit, aman menyusui atau tidak, perlu melalui diagnosa dari dokter ahli.