Bagikan:

JAKARTA - Film Jendela Seribu Sungai (JSS) memulai proses produksi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama, Jendela Seribu Sungai, karya Miranda dan Avesina Soebli. Novel JSS diterbitkan oleh Grasindo (Kelompok Kompas Gramedia) pada 2018.

Radepa Studio memulai produksi film Jendela Seribu Sungai sejak awal November 2022. Kurang lebih 21 hari shooting dibutuhkan untuk menyelesaikan produksi film yang didukung tenaga kreatif Banjarmasin. Empat puluh persen tim produksi melibatkan pekerja kreatif perfilman Banjarmasin.

Novel Jendela Seribu Sungai sangat menarik, unik, dramatik. Cerita drama keluarga, kisah tentang cita-cita anak, kuatnya tekad, persahabatan dan petualangan yang sesungguhnya merupakan cerita sangat universal. Namun hadirnya kekuatan budaya, filosofi sungai, latar cerita kota Banjarmasin menjadikan Jendela Seribu Sungai sangat berbeda. Cerita anak-anak Banjarmasin ini sangat khas dan penuh warna.

Keterlibatan pemain asal Banjarmasin seperti Olla Ramlan, Halisa Naura, Bopak Costello, dan Elma Istiana. Band Radja dengan lagu baru mereka berjudul Ada Jalan menjadi pengisi original sountrack film Jendela Seribu Sungai. Termasuk Ian Kasela yang berperan sebagai dirinya (cameo) di film ini.

Berdasarkan rilis tertulis yang diterima VOI, Banjarmasin menjadi istimewa juga karena memiliki lokasi-lokasi shooting yang eksotik dan ikonik. Mulai dari sungainya yang meliuk-berliku dan terus direvitalisasi sebagai destinasi wisata, beragam kuliner, serta keunikan dan keindahan alamnya yang bakal hadir dengan visual menawan di layar bioskop serta kanal multi-platform, seperti kanal streaming dan media lain.

Untuk mewujudkan produksi film Jendela Seribu Sungai memiliki tantangan tersendiri. Butuh empat tahun proses riset, pengembangan cerita hingga memutuskan memproduksinya menjadi karya film. Radepa Studio melihat bahwa cerita film ini sangat inspiratif dan memotivasi. Pun begitu banyak banyak bagian cerita film yang sangat menghibur.

Dukungan Pemkot Banjarmasin semakin menguatkan tekad bahwa film Jendela Seribu Sungai harus menjadi produk kreatif yang mampu mengangkat budaya serta potensi yang dimiliki Banjarmasin. Media film (audio-visual) menjadi pembawa pesan paling efektif dan sangat mudah mempengaruhi penonton bila cerita Jendela mengena di hati mereka.

Film Jendela Seribu Sungai mengisahkan tiga anak: BUNGA, ARIAN, KEJORA, disatukan di sekolah dengan guru, BU SHEILA, yang sangat memahami mimpi dan harapan mereka.

Sayang, keinginan mereka tidak selalu sejalan dengan harapan mereka. Arian yang punya bapak seorang seniman kuriding, justru tak ingin anaknya mewarisi keahliannya memainkan kuriding. KEJORA sebaliknya, ingin melambungkan cita-citanya menjadi dokter, justru ditentang oleh bapaknya yang trauma dengan dokter Puskesmas yang dianggap telah membunuh istrinya saat melahirkan.

Begitu pula BUNGA tak pernah sekali pun mengembangkan bakat tarinya di depan orangtuanya yang serba-kecukupan. Down-syndrome malah membuat orangtua Bunga mematikan cita-cita Bunga sebagai seorang penari.

Seribu sungai akan terus mengalirkan cita-cita dan harapan. Sungai pula yang menghidupan impian mereka.