JAKARTA - Dalam pernikahan selalu ada masalah dan tantang. Jika tidak bisa dihadapi dengan baik, masalah yang tadinya kecil akan menjadi besar dan semakin lama bisa menyebabkan keretakan dalam rumah tangga. Cara pasangan berkomunikasi dan berinteraksi sangat menentukan penyelesaian dari semua permasalahan ini.
Terapis dan konsultan pernikahan, John Gottman melansir Psychology Today, Rabu, 9 November, mengatakan kalau rusaknya sebuah pernikahan bisa disebabkan oleh perilaku tidak sehat yang terus terjadi dalam hubungan selama bertahun-tahun.
John Gottman pun menyebutkan ada empat perilaku yang menjadi indikator hubungan pernikahan yang tidak sehat. Demi hubungan pernikahan langgeng, mari pelajari empat perilaku tidak sehat tersebut dan cara untuk mengatasinya.
Kritik
Setiap pasangan memang harus saling memberikan kritik, supaya bisa saling mengenal hal-hal yang tidak mereka sukai dari pasangannya dan belajar untuk toleransi. Kritik sederhana saat mengomentari kebiasaan buruk pasangan adalah sesuatu yang wajar. Misalnya, memintanya berhenti merokok, bermalas-malasan, atau bergadang. Jika kritik tersebut membangun, bisa membuat hubungan Anda semakin erat.
Namun, berbeda ceritanya jika kritik tersebut dilakukan dengan kata-kata kasar, sampai mengeluarkan makian kotor. Kritik yang seperti ini harus dihindari karena bisa berubah menjadi kekerasan verbal. Bentuk kritik lainnya yang harus dihindari adalah kritik yang terus menerus terhadap pasangan hingga terkesan tidak ada hal baik dalam diri pasangan Anda.
Jadi, John Gottman menyarankan agar setiap kali mengeluarkan kritik, Anda juga bisa mengimbanginya dengan memberikan pujian kepada pasangan Anda. Meskipun sedang kesal, cobalah untuk mengingat kembali kebaikan dan kelebihan dari pasangan yang membuat Anda jatuh cinta kepadanya.
Penghinaan
Amarah adalah emosi atau perasaan alami seseorang, tapi cara meluapkan emosi marah tersebut bisa sangat negatif bila tidak dikontrol. Salah satunya adalah dengan melakukan penghinaan terhadap pasangan sendiri. Penghinaan ini bentuknya bisa beraneka ragam. Mulai dari perkataan hingga perbuatan yang membuat orang lain merasa direndahkan.
John Gottman mencontohkan beberapa bentuk penghinaan yang sering dilakukan suami istri. Diantaranya, menganggap perasaan pasangan itu tidak penting, mengabaikan pasangan saat dia sedang bersedih atau butuh hiburan, menyindir atau menghina pasangan di depan umum, hingga merendahkan harga diri pasangan.
BACA JUGA:
Lebih berbahaya lagi, penghinaan ini awalnya kecil sehingga terkadang tidak kita sadari. Lalu, menjadi semakin parah ketika pasangan itu saling menghina satu sama lain sampai akhirnya membuat mereka kehilangan rasa cinta dalam hubungan mereka. Jadi, jika Anda mulai merasa suami sudah tidak mencintai Anda lagi, coba tanyakan pada diri sendiri dulu, apakah Anda masih mencintai dirinya.
Defensif
Saat sedang bertengkar, bersikap defensif adalah salah satu cara kita untuk membela diri. Harga diri yang tinggi membuat seseorang tidak mau menerima kritikan, meskipun sadar kalau dirinya memang salah. Sesekali defensif sih boleh saja, tapi kalau ini terjadi setiap kali Anda dikritik, itu berarti Anda mengabaikan pendapat pasangan dan menolak menyelesaikan masalah.
Menghindar
Memang kalau sedang emosi dan tidak tahu cara mengutarakannya, kita lebih suka untuk merajuk dan menghindar dari pertengkaran. Jika ini dilakukan untuk menenangkan diri, tidaklah masalah. Namun, apabila Anda seterusnya menghindar dari masalah, sampai menolak keinginan pasangan untuk berdiskusi menyelesaikannya, bisa berdampak negatif bagi hubungan Anda.
Menurut John Gottman seringkali seseorang akhirnya ikutan menyerah untuk membahas masalah yang terjadi hanya karena dia tidak ingin pasangannya terlalu lama merajuk dan mendiamkannya. Padahal kalau masalah tidak diselesaikan atau masih ada perasaan yang mengganjal, bisa menjadi bumerang dalam hubungan pernikahan.