JAKARTA - COVID-19 BA.5 menjadi subvarian yang paling banyak menyebar tidak hanya di Amerika Serikat, namun di berbagai negara lainnya termasuk Indonesia. Namun ada gejala BA.5 yang membedakan varian ini dengan beberapa varian COVID-19 sebelumnya seperti dikutip dari The New York Times pada Sabtu.
Para ahli mengatakan bahwa secara garis besar subvarian ini tidak memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan varian Omicron sebelumnya. Pasien yang terinfeksi BA.5 biasanya mengalami gejala batuk, pilek, sakit pada tenggorokan (radang), nyeri sendi, sakit kepala dan merasa kelelahan.
Namun ada satu yang membedakan BA.5 dari varian lain adalah jarang ditemukan pasien BA.5 yang mengalami anosmia atau kehilangan indera perasa dan penciuman.
"Pasien BA.5 juga jarang mengalami sesak napas, gelaja yang paling dirasakan oleh pasien dengan varian Delta atau varian Covid lainnya," ujar dokter spesialis penyakit menular dari University of California, San Francisco Dr. Peter Chin-Hong.
BACA JUGA:
Sementara itu ahli penyakit paru dari Cleveland Clinic Dr. Joseph Khabbaza mengatakan pasien BA.5 cenderung mengalami gejala pada pernapasan bagian atas mulai dari pangkal tenggorokan hingga ujung hidung.
"Banyak pasien dengan BA.5 yang mengalami rasa sakit akibat penyumbatan sinus dan radang tenggorokan yang cukup parah," kata Khabbaza dikutip dari ANTARA.
Kepala divisi penyakit infeksi pada anak di Hassenfeld Children’s Hospital di N.Y.U. Langone, Dr. Adam Ratner mengatakan belum ada bukti yang menyatakan bahwa subvarian BA.5 lebih parah daripada varian sebelumnya, Omicron.
"Namun BA.5 lebih cepat menular," tutup Ratner.