YOGYAKARTA – Beribadah merupakan aktivitas untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Pada bulan dzulhijjah, bagi umat muslim merupakan momen yang lekat dengan Iduladha atau dikenal sebagai Hari Raya Kurban atau juga Lebaran Haji. Ketiga sebutan ini berangkat dari kisah yang sama diperingati setiap 10 Dzulhijjah.
Secara terminologis, mengutip dari laman Kementerian Agama, Iduladha berasal dari kata idul dan adha. Kata idul berasal dari id dan yaudu yang artinya ‘ada’ dan ‘kembali’. Sedangkan kata adha merupakan kata jamak dari adhat yang berasal dari kata udhiyah, artinya kurban. Iduladha artinya kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.
Sedangkan secara historis, penyembelihan hewan kurban saat Iduladha dilaksanakan semenjak Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dan diimplementasikan pada era Nabi Muhammad SAW.
Asal-usul kurban pada era Nabi Adam AS
Bermula ketika terjadi perselisihan antara Habil dan Qabil, anak-anak Nabi Adam AS dan Hawa. Qabil lahir kembar dengan Iqlima dan Habil lahir kembar dengan Labuda. Allah memerintahkan Nabi Adam AS untuk menikahkah mereka dengan saudara yang bukan pasangan kembar. Tetapi Qabil tidak setuju karena Labuda tidak secantik Iqlima.
Sebagai syarat menikah, Allah memerintahkan Qabil dan Habil untuk mempersembahkan kurban terbaik. Qabil sebagai petani memberikan hasil pertanian. Habil sebagai penggembala mempersembahkan domba jantan yang sehat. Kemudian, muncul bara api di bukit melahap domba Habil sebagai pertanda kurban diterima. Berbeda dengan hasil pertanian Qabil yang tak terlalu bagus, yang tidak diterima sebagai persembahan kurban.
Kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail
Ketika itu, Allah SWT menguji keimanan Nabi Ibrahim dengan mengutus untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Kelahiran Nabi Ismail, sebenarnya telah ditunggu-tunggu oleh ayahnya. Tetapi karena Nabi Ibrahim beriman taat, maka menjalankan perintah Allah SWT. Sebagai putra, Nabi Ismail pun ikhlas dan meminta ayahnya melaksanakan perintah Allah SWT. Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT mengganti Nabi Ismail dengan domba pada saat proses penyembelihan. Kemudian daging domba dibagikan kepada umat muslim lainnya.
Kisah tersebut tertulis dalam firman Al-Qur’an surat As Saffat ayat 102, berikut isinya:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?’. Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InshaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar’.”
Penyembelihan hewan kurban bagi umat islam bersifat sunnah dan termasuk sebagai upaya dalam menyempurnakan ibadahnya. Menurut riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menyembelih hewan kurban sebelum salat (Iduladha) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih kurban setelah salat (Iduladha) dan dua khutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya, dan ia telah menjalani aturan islam.”
Kurban pada era Nabi Muhammad SAW
Kurban dikisahkan pada era Nabi Muhammad SAW dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Kautsar ayat 3:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.”
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah berkurban dengan dua ekor kambing putih dengan tanduk yang besar. Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina.
Pada kisah yang lain, Nabi Muhammad SAW pernah berkurban dengan menyembelih 100 ekor unta. Sebanyak 63 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Semua hewan kurban tersebut, disembelih setelah melaksanakan salah Iduladha.
Itulah asal-usulnya Iduladha sebagai hari penyembelihan kurban. Sedangkan disebut juga sebagai Lebaran Haji, karena bersamaan dengan umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah haji di Tanah Suci, Mekkah. Sehari sebelum merayakan Iduladha, atau tanggal 9 Dzulhijjah, jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.