JAKARTA - Para peneliti dari Babraham Institute mengembangkan metode untuk merekayasa sel-sel kulit manusia sehingga bisa 30 tahun lebih muda. Seperti dikutip ANTARA dari Science Alert, Jumat, 29 April, mereka saat ini berada dalam tahap awal dan diharapkan penemuan mereka dapat berperan menghasilkan obat regeneratif yang mampu membatalkan beberapa konsekuensi merusak seiring penuaan.
Satu poin yang disoroti dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal eLife itu yakni sel-sel kulit diprogram ulang untuk menjadi lebih muda secara biologis sambil tetap mempertahankan beberapa fungsinya. Proses yang digunakan di sini didasarkan pada karya pemenang Hadiah Nobel Shinya Yamanaka pada tahun 2007. Yamanaka mengubah sel normal dengan fungsi tertentu menjadi sel punca yang dapat berkembang menjadi jenis apa pun. Ini berarti, bagaimanapun, sel akan kehilangan identitas spesifiknya.
"Pemahaman kami tentang penuaan pada tingkat molekuler telah berkembang selama dekade terakhir, memunculkan teknik yang memungkinkan para peneliti untuk mengukur perubahan biologis terkait usia dalam sel manusia," kata pemimpin studi sekaligus ahli biologi dari Babraham Institute di Inggris, Dr. Diljeet Gill.
BACA JUGA:
"Kami dapat menerapkan ini pada eksperimen kami untuk menentukan sejauh mana pemrograman ulang yang dicapai metode baru kami." Metode baru yang kemudian disebut pemrograman ulang transien fase pematangan itu bekerja 13 hari atau lebih cepat dibandingkan eksperimen tim Yamanaka yang membutuhkan waktu 50 hari.
Berbagai ukuran termasuk jam epigenetik atau label kimia yang menunjukkan usia sel dan transkriptom (pembacaan gen yang dihasilkan oleh sel), digunakan untuk mengkonfirmasi sel-sel kulit dalam usia biologis telah lebih muda tiga dekade.
"Kami telah membuktikan sel dapat diremajakan tanpa kehilangan fungsinya dan peremajaan terlihat mengembalikan beberapa fungsi ke sel tua," kata Gill. Sampai saat ini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana mekanisme di balik pemrograman ini.
Di bidang kesehatan, ada sejumlah besar masalah terkait usia yang harus diatasi seiring bertambahnya usia mulai dari penyakit jantung hingga Alzheimer. Penelitian yang dikembangkan saat ini diharapkan nantinya dapat berguna dalam menemukan cara untuk mengatasi perkembangan masalah ini.
“Pada akhirnya, kami mungkin dapat mengidentifikasi gen yang meremajakan tanpa memprogram ulang, dan secara khusus menargetkan gen tersebut untuk mengurangi efek penuaan,” kata ahli biologi molekuler Wolf Reik dari Babraham Institute.