Bagikan:

YOGYAKARTA – Apa yang seharusnya diselesaikan, ternyata tak semua bisa dilunaskan. Termasuk ketika Anda memiliki rencana, tetapi tak punya semangat untuk menjalankannya. Motivasi merupakan semangat serta ‘angin’ pendorong untuk beraktivitas mencapai tujuan.

Menurut Nir Eyal dilansir Psychology Today, Rabu, 15 April, motivasi bisa datang dan pergi seperti angin. Jika beruntung, bisa didapat dari tampilan layar gawai Anda. Tetapi jika sedikit sial, ditambah pikiran sedang tak terlalu tajam, maka demotivasi membuat seseorang tak bergerak sedikit pun.

Dengan sudut pandang biologi, Eyal menjelaskan bahwa motivasi berasal dari ‘gerakan’ yang difasilitasi otak. Sebuah studi tentang air tawar, menemukan bahwa makhluk ini dapat membuat keputusan yang rumit dengan dua sel otaknya. Satu sel untuk merasakan keberadaan makanan dan sel lainnya memberitahu apakah lapar atau tidak. Jika lapar, maka mereka akan ‘bergerak’ menuju makanan walaupun sangat lambat.

Sel otak yang lebih kompleks pada hewan misalnya, disebut psikolog memiliki stimulus untuk menjauhi hal-hal yang dirasa tidak nyaman. Misalnya pada beruang dan burung yang meninggalkan rasa beku musim dingin dengan hibernasi di gua yang hangat. Ternyata ini sama terjadi pada manusia, ketika merasa tidak nyaman karena mantel, maka dorongan gerak untuk melepasnya dilakukan.

Rasa tidak nyaman, ternyata melahirkan daya bernama motivasi untuk mendorong seseorang melakukan sebuah tindakan tertentu. Motivasi adalah keinginan untuk melepaskan diri dari ketidaknyamanan.

Jika berdasarkan telusur evolusi, otak manusia mirip dengan otak siput. Kita termotivasi untuk memulihkan diri dari ketidaknyamanan. Bahkan, keinginan adalah bentuk ketidaknyamanannya sendiri. Ini berarti bahwa ketika seseorang merasa tidak nyaman, ia akan ‘melarikan diri’ dari ketidaknyamanan dengan cara tidak sehat atau menjadi tidak produktif.

Setelah mengatahui dari mana datangnya motivasi, bagaimana cara mengelola supaya ketidaknyamanan tidak mengarah ke demotivasi tetapi sebaliknya. Saran Eyal, kita harus menyadari bahwa ketidaknyamanan tidak selalu buruk. Cobalah berpikir bahwa rasa tidak nyaman bisa jadi bahan bakar untuk mendorong kita maju.

Nah, setelah menyadari keberadaan tidak nyaman, persiapkan diri untuk yang akan dilakukan setelahnya. Misalnya memakai pola hitungan 10 menit mulai. Atau waktu yang memungkinkan untuk Anda sementara waktu menunda produktif.