Cuaca Ekstrem di Banjarmasin Sudah Makan 2 Korban Jiwa, Basarnas Minta Nelayan Tak Melaut Dulu
Ilustrasi nelayan tradional terjang gelombang tinggi laut untuk mencari ikan. (Antara)

Bagikan:

KALSEL - Basarnas Banjarmasin mengimbau nelayan untuk tidak melaut sementara ketika cuaca ekstrem karena sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa.

"Saat ini cuaca memang sedang tidak bersahabat, kerap diguyur hujan dengan intensitas tinggi dan angin kencang," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Banjarmasin Al Amrad di Banjarbaru, Senin 6 Maret, disitat Antara.

Apalagi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin telah memperingatkan wilayah Kalsel berpotensi dilanda hujan ekstrem. Potensi itu termasuk gelombang tinggi dan banjir pesisir (rob) di wilayah Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu hingga daerah aliran sungai (DAS) Barito.

Bahkan dalam satu bulan terakhir ini sudah ada dua nelayan meninggal dunia akibat tenggelam ketika mencari ikan saat cuaca ekstrem.

Kejadian pertama menewaskan Jamal (35), nelayan yang tenggelam di perairan Sungai Barito, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar pada Senin 20 Februari saat perahu yang digunakan terbalik diterjang ombak besar.

Jasadnya ditemukan pada Selasa 21 Ferbauri oleh tim SAR gabungan berjarak sekitar 100 meter dari lokasi tempat kejadian korban hilang.

Kemudian peristiwa kedua terjadi menimpa Wahyudin (35) nelayan asal Desa Karang Payau, Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Kotabaru yang tenggelam ketika mencari udang di muara sungai Bangkalan Desa Bangkalan, Kecamatan Kelumpang Hulu, pada Sabtu 4 Maret sore sekitar pukul 15.30 Wita.

Korban terjatuh dari perahu ketika keadaan cuaca hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Jasadnya kemudian ditemukan pagi hari ini berjarak sekitar 100 meter ke arah hilir dari last known position (LKP) atau posisi terakhir diketahui ketika korban terjatuh.

Amrad mengingatkan pula agar nelayan selalu menggunakan alat pelindung diri atau alat apung seperti life jacket dan alat bantu apung lainnya demi menjaga keselamatan.

"Karena kita tidak tahu kapan musibah datangnya, sehingga apabila beraktivitas di laut maupun sungai tetap mengutamakan keselamatan," ujarnya.