Bagikan:

JAKARTA - Istilah crazy rich sering digunakan untuk menggambarkan orang kaya yang bergelimang harta. Mereka memiliki kekayaan fantastis sehingga membuat publik berdecak kagum dengan gaya hidup yang glamor. 

Kehadiran ragam sosial media menjadi platform sempurna bagi mereka untuk memamerkan harta kepunyaan. Dony Salmanan, misalnya. Menjuluki diri sebagai Crazy Rich Bandung, Doni seringkali mengunggah gaya hidup mewahnya di Instagram, sebelum ditahan karena kasus penipuan berkedok trading binary option.

Berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Doni Salmanan, ada tiga orang crazy rich atau bisa disebut konglomerat sungguhan, yang jarang memanfaatkan media sosial untuk pamer harta. Padahal, jika mau mereka bisa memperlihatkan kemewahan hidup yang telah membalut mereka sejak lahir. Namun, hal itu justru tak dilakukan. Mereka lebih memilih menggunakan media sosial untuk menyalurkan hobi seperti kebanyakan pengguna, atau mengunggah promosi produk-produk dari gurita bisnis perusahaan keluarga, dan menyiarkan kegiatan sosial.

Siapa saja ketiga sosok konglomerat tersebut? Simak profil para penerus kerajaan bisnis terbesar di Indonesia yang jauh dari gaya hidup flexing atau sikap konsumtif demi menunjukkan status atau kemampuan finansial.

Grace Tahir

Grace Tahir (Instagram /@gtahirs)

Grace Tahir adalah anak kedua dari seorang pengusaha, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group di Indonesia, Dato Sri Tahir. Nama Grace Tahir menjadi viral dan dikenal masyarakat karena konten video YouTubenya yang berjudul Crazy Rich Glodok. 

Di video tersebut, Grace Tahir memerankan tokoh fiktif Indrie Benz, seorang Crazy Rich yang gemar pamer harta dan sibuk mencitrakan diri sebagai orang sukses dengan harta melimpah. Ini merupakan video parodi untuk Indra Kenz.

Terlahir dari keluarga konglomerat, penampilan Grace Tahir justru tampak sederhana. Ia mengaku jarang menggunakan baju bermerek, hingga tas-tas mewah dengan harga yang mencapai ratusan juta. 

Wanita berusia 46 tahun itu menceritakan kepada Denny Sumargo di kanal Youtube Curhat Bang Denny Sumargo, saat ia bertemu temannya ketika sedang berbelanja, ia mengaku hanya membawa tas daur ulang.

"Jadi saya ketemu Wanda (teman Grace) di Hyatt, terus saya belanja di food hall kan saya bawa tas daur ulang dan bawa itu saja," tutur Grace.

"I never wear handbag (aku tidak suka tas tangan). Handbag buat saya malah jadi ribet. Kalau handbag mahal harus hati-hati kalo kena ini aduh rusak sayang," pungkasnya.

Grace Tahir juga mengatakan tidak suka memakai jam tangan mahal. Bahkan, di satu kesempatan pernah ada orang berkomentar tentang merek jam yang digunakan. Merek jam tersebut dianggap tak selaras dibandingkan dengan kekayaan Grace, yang dianggap 'real crazy rich'.

"Contohnya, kemarin pas saya ada seseorang interview saya, jam saya itu Casio. Ternyata banyak orang komentar, ini kok jamnya Casio? Saya enggak sadar gitu, saya sih suka sama jamnya saja. Jadi saya enggak bisa pura-pura, memang sukanya kayak begini," ujarnya.

Axton Salim 

Axton Salim (Instagram/@axtonsalim)

Mungkin tak banyak orang yang kenal dengan figur Axton Salim. Ia adalah generasi ketiga pewaris tahta Indofood yang sekarang menjabat sebagai direktur di PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Beberapa waktu lalu, video Axton menyantap produk baru Pop Mie dengan nasi menjadi viral di sosial media. Konten sederhana dengan ide pemasaran yang tidak biasa itu ternyata berhasil menyita perhatian netizen dan tentunya menjaga brand tetap relevan. 

Di balik latar belakang keluarga dan status konglomerat, gaya eksperimental dan kepemimpinan Axton yang santai membuat banyak orang menaruh perhatian terhadap dirinya. Personanya yang kadang 'receh' dan kocak di sosial media disambut baik oleh netizen, apalagi sekarang publik lebih tertarik dan bersimpati dengan image seseorang yang down to earth dan tidak menjadikan status tinggi sebagai identitas. 

Untuk mode, Axton terlihat lebih sering menggunakan busana merek lokal dibandingkan produksi rumah mode dunia papan atas. Untuk tampilan sehari-hari, Axton Salim lebih sering mengenakan batik atau kaus kasual  yang harganya bisa mencapai puluhan juta. Tapi, Axton tidak pernah sekalipun memamerkan harga busana yang dikenakannya di media sosial.

Martin B Hartono

Martin B Hartono (Instagram/@tarm1n)

Martin Hartono merupakan salah satu putra dari pemilik grup bisnis Djarum, Robert Budi Hartono. Lahir dalam keadaan yang terbilang sangat berkecukupan tentunya menjadi privilege tersendiri dari putra nomor dua dari tiga bersaudara tersebut. Namun yang pasti bukan hanya kehidupan nyaman yang mengantar Martin di posisinya saat ini. Dibutuhkan juga kerja keras serta kemauan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan layaknya sang ayah.

Alih-alih meneruskan perusahaan milik sang ayah, Martin lebih senang membangun usaha miliknya sendiri. Pada 2010 Martin memutuskan mendirikan perusahaan dengan nama Global Venture Prima Digital sebagai induk usaha untuk mengakuisisi banyak perusahaan internet. Ia ini tercatat telah banyak mengakuisisi perusahaan internet di antaranya Kaskus, Infokost, Blibli, dan Tiket.com.

Didik menjadi orang sederhana sejak kecil oleh orang tuanya, Martin dinilai sebagai seorang pemimpin yang rendah hati di mata sejumlah karyawan. Gelimang harta tidak merubahnya menjadi orang yang arogan.

Martin hampir tak pernah melakukan aksi flexing di akun media sosialnya. Unggahan di Instagramnya kebanyakan menampilkan foto-foto panorama, jalanan, arsitektur, gedung, dan kuliner.