Bagikan:

JAKARTA – Berpikiran positif pada satu kondisi, memang dibutuhkan. Misalnya pada saat ingin menikmati kedamaian hidup atau setelah menghadapi persoalan bertubi-tubi. Namun, menurut psikoterapis, berpikiran positif secara berlebihan ternyata tidak menguntungkan.

Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi arahan Amy Morin, LSCW., menurutnya berpikiran positif membuat seseorang jadi lebih optimis. Tetapi banyak yang salah paham terhadap pikiran yang dapat membantu Anda mengatasi rasa sakit dan mencapai tujuan baru ini. Berikut alasan mengapa Anda perlu tetap realistis dan berpikiran positif sewajarnya saja.

1. Terlalu positif berpotensi dibutakan harapan yang tidak realistis

Ternyata membangun harapan yang realistis tidak setara dengan berpikiran positif. Artinya, berpikiran positif perlu sesuai dengan kenyataan sehingga tidak merugikan. Jika melebih-lebihkan seberapa besar dampak positif perubahan yang akan terjadi pada hidup Anda, kata Morin dilansir Psychology Today, Senin, 24 Januari, Anda mungkin akan kecewa ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

2. Fokus pada hal positif saja, luput pada hal yang tidak diinginkan

Harapan yang realistis, ternyata lebih membantu daripada yang terlalu optimis. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa berpikiran terlalu positif tentang peluang sukses justru menurunkan motivasi untuk mencapai suatu tujuan.

dampak berpikir positif
Ilustrasi perlu berpikiran positif sewajarnya (Unsplash/Siora Photography)

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Experiment Social Psychology, menemukan bahwa harapan paling positif tentang masa depan meramalkan pencapaian yang buruk. Terutama ketika orang membayangkan masa depan yang ideal, mereka sebenarnya memiliki lebih sedikit energi dan motivasi untuk merealisasikan harapan.

3. Pemikiran positif tidak memiliki kekuatan gaib

Banyak yang beranggapan bahwa jika Anda berpikir cukup positif, maka Anda dapat membuat apapun terealisasikan secara ajaib. Padahal keberuntungan tidak semua berasal dari pemikiran positif, justru dengan berpikir positif secara berlebihan bisa melihat kenyataan parsial saja.

Misalnya, ketika seseorang mengatakan wawancara tidak berjalan dengan baik tetapi karena keluarganya mengharapkan lebih mengatakan “Pikirkan pikiran yang baik”. Kenyataan berpijak pada peristiwa saat wawancara, bukan keajaiban mendapatkan pekerjaan meski sesi wawancara tidak berjalan dengan baik.  

4. Berpikiran positif tidak menggantikan tindakan positif

Morin menggambarkan memakai sabuk pengaman saat berkendara. Berdasarkan aturan keamanan berkendara memang wajib memakai sabuk pengaman. Tetapi memakai sabuk pengaman tidak menggantikan tindakan tertib lalu lintas saat berkendara.

Misalnya lagi, ketika seseorang ingin lulus wawancara kerja, artinya perlu belajar dan menyiapkan materi disertai dengan berpikiran positif supaya lebih tenang. Tetapi jika hanya berpikiran positif tanpa belajar, bukankah berpotensi tidak mendapatkan hal yang diharapkan?

5. Berpikiran positif tidak melebih-lebihkan kemampuan

Terkadang, terlalu berpikir positif membuat seseorang terlalu percaya diri. Padahal, kemampuan tidak akan bertambah tanpa usaha lebih. Kemampuan juga tidak akan bertambah hanya dengan berpikiran positif tanpa belajar dan berusaha sekuat tenaga.

Pesan Morin, berpikiran positif perlu diimbangi dengan upaya mencapai kesuksesan. Artinya, berpikir positif tidak berarti Anda dapat mengabaikan kerja keras.