JAKARTA - Film Filosofi Kopi semakin berkembang. Cerita dan pemain film yang dibitangi Chicco Jerikho dan Rio Dewanto ini semakin menarik dengan memasukkan unsur laga di film barunya bertajuk Ben dan Jody.
Film Ben dan Jody akan membawa penonton ke petualangan menegangkan dengan aksi laga dari Ben dan Jody dalam membantu warga Desa Wanareja. Bersama dengan Rinjani, Tambora, Jago, dan Musang, mereka melawan komplotan pembalak liar Aa Tubir.
"Kita coba kembangkan IP-nya universe Filosofi Kopi. Memperluas cross genre-nya, jadi Ben dan Jodi. Dengan respon penonton di film yang sebelumnya kita jadi yakin," ujar Chicco yang juga bertindak sebagai Produser.
Ditemui di Epicentrum, Jakarta Selatan, Rabu, 5 Januari. Dia mengakui jumlah penonton Filosofi Kopi tidak signifikan jika dibanding box office lainnya. "Memang kita nggak mencapai jutaan penontonnya, tapi impact-nya luar biasa. banyak industri kopi yang dulu kecil jadi besar," paparnya.
dalam film Ben dan Jody, Chicc ingin menyampaikan sesuatu yang lebih, bukan cuma sekedar mengembangkan kopi. "Tapi kita tambahkan sesuatu yang lebih dengan menambah genre action. Ini film action ketiga saya. tantangannya butuh fisik dan stamina yang fit untuk setiap adegan. Selain konsentrasi dan fokus. Tapi dramanya juga tetap ada," kata Chicco.
Yang menarik, set desa yang dibuat di film ini murni dibangun baru. Mereka tak menggunakan desa yang sudah ada.
BACA JUGA:
"Set yang dibangun itu full set dari hutan kosong. Dari rumahnya buat desa Wana Raja. Ini dibikin di Jawa Barat tapi namanya nggak dibuat spesifik sesuai dengan suku tertentu. Isu yang kita bicarakan di sini ini tentang pengalihan fungsi lahan, dan masyarakat adat yang terpinggirkan. Bagaimana bisa memperjuangkan," jelasnya.
Chicco Jerikho mengatakan salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah syuting di awal pandemi. Pemain dan kru film Bena dan Jody harus menyesuaikan diri. "Setiap film ada persiapan pasti, karena pas syuting itu awal pandemi. Jadi dari awal sampai akhir ikut protokol yang sangat ketat," tegasnya.