Bagikan:

JAKARTA – Dalam menjalani kehidupan, setiap orang tak mungkin bisa tidak berelasi dengan orang lain. Bahkan dalam hubungan personal, atau hubungan asmara, pun membutuhkan batasan atau boundaries. Dalam konteks ini, batasan ialah garis tak terlihat yang dibuat di sekitar Anda untuk mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Uniknya, boundaries bersifat aktual dan terus berkembang seiring bertambahnya usia serta capaian-capaian yang ingin direalisasikan. Mengutip nukilan kalimat yang ditulis psikoterapis, Linda Esposito, LSCW., menurutnya “Beberapa orang menyukai batasan karena mewakili struktur, keteraturan, dan aturan,” dilansir Psychology Today, Senin, 6 Desember.

Beberapa orang yang lain, tambah Esposito, menyukai batasan sebagai seperangkat hukum yang hanya ada hitam dan putih alias tidak ada wilayah abu-abu. Nah, dari kedua perspektif tersebut, batasan yang tidak sehat itu terlalu kaku dan atau terlalu longgar. Jadi, bagaimana cara membangun batasan yang sehat?

1. Kenali apa yang sedang Anda perjuangkan

Menetapkan batasan sehat berarti mengenali apa yang sedang Anda perjuangkan. Untuk menetapkan batasan lebih mendasar, cobalah menghargai setiap langkah menuju capaian dan telah Anda perjuangkan.

Saran Esposito, ketika relasi sosial, misalnya, menghambat langkah Anda maka cobalah merasa nyaman dengan mengatakan ‘tidak’ atau menolak permintaan-permintaan yang enggak berkaitan dengan capaian. Tetapi, pesan Esposito, ada batas-batas budaya yang harus selalu dihormati, jadi tetap tenang dan berpikir matang untuk memutuskan membuat batasan.

2. Komunikasikan dengan jelas

Perasaan segan, terlalu agresif, tidak sensitif, atau bahkan berkata kasar bukan cara tepat menjelaskan batasan yang sehat. Batasan yang sehat bisa kok dikomunikasikan dengan jelas dan enggak ada yang terlewat. Dengan tetap percaya diri, Anda tak perlu takut tentang apa yang orang lain katakan, pesan Esposito. Jadi, jangan ragu dan merasa bersalah sehingga membuat Anda terlalu memaksakan diri atau bahkan dimanfaatkan.

3. Percaya pada naluri

Para ahli pun mengatakan bahwa perut bisa memberi arahan tepat. Biasa dikenal dengan percaya pada naluri jika merasa ada yang janggal dengan perilaku orang lain. Apabila perilaku atau seseorang membuat Anda tidak bahagia, mungkin karena mereka tidak menghormati Anda. Sarannya, tanyakan pada diri sendiri ‘apa yang perlu saya lakukan untuk membuat situasi ini menguntungkan’.

4. Buat batasan selalu aktual

Batasan merupakan respons diri dari capaian yang diinginkan, perilaku orang lain, maupun situasi tertentu yang memaksa kita harus memilih. Batasan juga selalu aktual, jadi apabila satu aspek hidup tidak berhasil, ingatkan diri bahwa sekarang waktunya belajar untuk mendapatkan lebih.

Jangan pernah patah dan merasa terjebak, pesan Esposito, terus bergerak dan berteman dengan setiap situasi termasuk yang paling sulit menurut Anda.

5. Hindari memberikan kompensasi

Anda mungkin bisa lupa mengatakan ‘tidak’ sehingga membuat jadwal seharian kacau. Tetapi kelonggaran atau memberikan kompensasi bisa mengarah pada perasaan lelah atau merasa dimanfaatkan. Jadi, hindari memberikan kompensasi dan tetaplah berpijak dengan batasan yang telah Anda buat.