Meski Tak Mengubah Keadaan, Ini 5 Alasan Mengeluh Bisa Jadi Momen Reflektif
Ilustrasi momen reflektif saat mengeluh (Unsplash/Isi Parente)

Bagikan:

JAKARTA – Mengeluh yang populer dikenal dengan sambat. Ini kerap dilakukan ketika kenyataan dirasa terlalu berat. Baik pekerjaan yang sulit maupun mengalami peristiwa yang kurang diharapkan.

Dilansir Cleveland Clinic, menurut Scott Bea, Psy.D. rata-rata orang Amerika ketika mengobrol sebanyak 70 – 84 persen isinya mengeluh. Seorang psikolog, Susan Albers, Psy.D. mengatakan bahwa mengeluh itu seperti virus. Keduanya menyarankan untuk tidak keseringan mengeluh.

Mengeluh merupakan salah satu bentuk coping mechanism yang dilakukan untuk mengurangi rasa cemas, takut, stres, dan tertekan. Seperti koin yang memiliki dua sisi, disamping merupakan aktivitas melepaskan tekanan sebenarnya mengeluh bisa jadi momen reflektif. Dari mengeluh, kita bisa menemukan 5 hal berikut ini.

1. Melihat gambaran lebih besar

Kata Bea, sifat alami manusia yang lebih jeli melihat kesalahan daripada memerhatikan hal besar di sekelilingnya. Bea juga merekomendasikan untuk tidak keseringan mengeluh agar tak jadi kebiasaan buruk.

Mengeluh tidak hanya ‘mengeluh’, Anda bisa melihat efek dari peristiwa yang dikeluhkan dalam lima hari atau lima tahun mendatang. Cobalah untuk melihat perubahan cara sudut pandang yang dimiliki setelah mengeluh.

2. Mengenali esensi dari masalah

Dibalik sebuah masalah, ada hal-hal yang berperan membentuk kondisi. Agar mengeluh enggak hanya aktivitas buang-buang waktu, cobalah untuk mengenali lebih dalam masalah yang dialami.

Cobalah memakai skala angka 1 – 10 untuk menilai besarnya masalah. Disamping itu, ukur juga seberapa besar emosi negatif efek dari masalah. Kemudian, rencanakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Menemukan cara paling nyaman untuk mengeluh

Mengeluh di media sosial tentu tidak akan melegakan. Artinya, ada hal yang lebih pas dilakukan untuk melepaskan keluh kesah. Misalnya, Anda bisa menulis dalam jurnal harian. Bisa juga bercerita pada pasangan atau rekan sejawat terdekat.

4. Menemukan jalan keluar

Mengeluh sebenarnya merupakan momen untuk mengungkapkan emosi. Sebab emosi negatif yang disimpan tidak akan baik untuk kesehatan mental.

Setelah tahu gambaran lebih besar dari masalah, baiknya merealisasikan jalan keluar yang sudah direncanakan. Jika membutuhkan teman atau masukan, cobalah berada pada sisi netral agar tidak terjerumus dalam obrolah negatif tanpa faedah.

5. Bersyukur jadi lebih berarti

Momen mengeluh juga mengingatkan seseorang untuk lebih bersyukur. Terang Bea, membuat daftar hal-hal yang disyukuri bisa menjadi cara untuk menetralisir keluhan.

Ketika mengeluh atau sambat, adakah sisi lain dari situasi buruk yang membuat Anda jadi lebih termotivasi?