JAKARTA - Juni 2021, Maudy Ayunda telah menyelesaikan Joint Degree Program (JDP) yang merupakan kombinasi dua program gelar pascasarjana yang bisa diambil mahasiswa secara bersamaan di Stanford University. Dia membagikan momen bahagianya saat wisuda S2 di Stanford University yang membuat warganet kagum.
Setelah menempuh pendidikan selama dua tahun, Maudy akhirnya mendapatkan dua gelar pascasarjana sekaligus di Stanford University. Maudy Ayunda lulus dengan gelar MBA dan MA di bidang pendidikan.
Tak perlu menunggu lama, setelah kembali ke Indonesia, Maudy langsung aktif kembali ke dunia hiburan. Gadis kelahiran 19 Desember 1994 ini membintangi film Losmen Bu Broto. Diadaptasi dari serial Losmen yang populer di awal tahun 90-an, Maudy mengambil peran Jeng Sri.
Syuting film ini dilakukan saat Maudy masih kuliah. Dia khusus pulang ke Indonesia untuk syuting di Jogjakarta.
"Senang sekali akhirnya kembali ke Indonesia dan film Losmen Bu Broto ditayangkan karena ini memang project yang ditunggu-tunggu. Syutingnya sudah setahun atau dua tahun yang lalu. Senang bisa sharing karya yang sudah lama disimpan," ujar Maudy saat berbincang dengan VOI di Senayan City, Jakpus, beberapa waktu yang lalu.
Tak cuma akting, Maudy juga mengisi Original Motion Picture Soundtrack (OST) Losmen Bu Broto dengan lagu Pulang. Lagu ini dirilis 18 November, bersamaan dengan penayangan perdana film Losmen Bu Broto di bioskop. Lagu Pulang merupakan lagu ciptaan Maudy sendiri.
“A home is not a house and a home is a person. Kalau kita nyaman dan cinta sama seseorang, biasanya rumah kita ada di orang itu di mana pun dia berada. Itu menggambarkan arti cinta dalam keluarga. Lalu, ‘pulang’ sebagai kenyamanan dalam diri sendiri, penerimaan atau acceptance of yourself, dengan mendekati diri kita yang autentik untuk lebih mengenal diri sendiri. Perjalanan Sri di “Losmen Bu Broto” itu naik-turun, berkonflik dengan orang tua, dan lain-lain. Dari situ, dia berhasil menemukan dirinya sendiri dan menurutku, itu adalah sebuah versi lain dari kepulangan,” jelas Maudy Ayunda.
Maudy tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika mendapatkan tawaran menyanyikan OST selain akting.
"Mendapatkan project yang paket komplet ini menyenangkan, di sini berperan sebagai Jeng Sri. Jeng Sri itu memiliki karakter dan cerita yang sangat unik. Anak kedua di keluarga bu Broto yang memiliki karakter yang asyik, punya konflik internal sedang mencari jati dirinya. Di filmnya Jeng Sri adalah seorang musisi, tentunya harus ada elemen musik yang kuat. Aku dipercayakan untuk memproduseri dan menciptakan sebuah lagu bersama Daniela yang juga bagian dari band-nya Sri," ujarnya.
"Seru banget aku nyanyi dan akting, ini memperkaya pengalaman aku, OST ini sebenarnya tidak langsung dibahas. Yang dibahas justru aku harus membuat lagu untuk karakter Sri. Karena Sri itu memang bisa nyanyi dan bikin lagu jadi mesti ada lagu yang involved aku. OST itu dibahas sedikit lebih nanti. Asyik kalau ada OST yang dinyanyiin Maudy juga," imbuhnya.
Maudy mengaku antusias mengerjakan OST tersebut sebagai sebuah tantangan baru. Apalagi dia juga bertindak sebagai produser dan composser.
"Senang ya, ditantang untuk menciptakan lagu. Aku merasa senang kalau ada project di mana aku diberikan banyak medium kreatif. Kalau film kan banyak aktingnya. Nyanyi sekaligus akting, untuk OST sudah beberapa kali juga. Tapi untuk membuatkan lagu untuk sebuah film itu adalah elemen ekstra yang bisa aku lakukan di film ini. Ini menyenangkan banget," tegasnya.
BACA JUGA:
Seolah tanpa jeda, usai kuliah Maudy langsung tancap gas untuk kembali berkarya. Dia ingin bisa menjadi inspirasi wanita untuk anak muda milenial dalam berkarier dan berpendidikan.
"Perempuan penting memiliki pilihan, pilihan bukan cuma soal pekerjaan saya. Bukan cuma aku bisa kerja, aku bisa melakukan ini. Menjadi ibu rumah tangga juga sebuah pilihan. Apapun perannya, apapun yang ingin kita lakukan, apapun impian itu buat kita, kita berhak mengejar mimpi itu," tegas Maudy Ayunda.
Memulai Bisnis Pendidikan
Maudy Ayunda telah membuktikan tidak ada batas untuk mencapai impian asal memiliki kemauan dan kerja keras mencapaianya. Dia ingin semakin banyak anak muda Indonesia mengikuti jejaknya.
"Aku berharap anak-anak muda bisa melihat aku dari sudut pandang itu. Sebenarnya yang aku lakukan adalah memperjuangkan pilihan aku. Pada saat aku kuliah, pada saat aku mau S2, pada saat aku mengambil project apapun itu karena aku memperjuangkan pilihan aku. Aku pengin perempuan muda di luar sana termotivasi untuk mewujudkan apapun impian mereka," katanya.
Pencapaian gelar Master tentu tak akan disia-siakan. Proses belajar Maudy telah membentuknya menjadi manusia baru dengan kemampuan baru. Lantas apa impian karier Maudy ke depan?
"Jadi kalau film dan musik itu sudah menjadi outlet hobi untuk passion aku. Ke depan nggak akan ambil full time seperti dulu. Aku akan memiliki beberapa project lain seperti bisnis pendidikan yang akan aku geluti dan mulai aku kerjakan," paparnya.
Pengalaman belajar di luar negeri sendiri, mengatur waktu belajar dan bekerja di negeri asing membuatnya makin mencintai Indonesia. Jauh dari rumah membuat Maudy lebih menghargai hal-hal kecil yang dulu tak pernah diperhatikannya secara mendetail.
"Selama kuliah yang paling dirindukan kehangatan keluarga, makanannya, susah ya semua dirindukan karena aku besar di Jakarta, Indonesia. Sekarang aku balik aku ingin mengembangkan human capital. Aku sadar bahwa maju tidaknya sebuah negara itu bergantung pada kualitas manusianya," katanya.
Sesuai jurusan yang diambil, Maudy ingin mengembangkan pendidikan di Indonesia. "Karena itu aku punya teori, kecenderungan untuk mengangkat pendidikan-pendidikan. Sumber daya manusia adalah tempat yang seharusnya diberikan investasi terbesar. Dan itulah yang akan membangun negara kita," jelasnya.
"Bukan sekedar pendidikan saja tapi lebih ke mindset, keterbukaan, wawasan, dan semua hal itu. Mudah-mudahan aku bisa menemukan peran yang bisa membantu impian aku terjadi," imbuh pemeran Perahu Kertas ini.
Karena itu, Maudy selalu mempertimbangkan pesan dalam film yang dibintanginya. "Aku sangat memperdulikan pesan apa yang ingin disampaikan. Film Losmen bu Broto ini misalnya, sangat mengangkat kekuatan perempuan. Karena yang menjalankan losmen itu sebenarnya Bu Broto dan anak-anak perempuannya. Itu menurut aku sangat menarik untuk diangkat. Di luar itu juga Jeng Sri dan Mbak Pur dua-duanya sangat berani menyampaikan pendapat, mengeluarkan pendapat, dan mengejar impian masing-masing," paparnya.
Karakter Jeng Sri yang diperankan Maudy sangat berani, melawan status quo yang dianggap konvensional atau tradisional. "Dia berani melangkah untuk kebahagiaan sendiri. Jadi pesannya penting menurut aku," tegasnya.
Pesan itu penting untuk mengubah paradigma tentang perempuan yang pada akhirnya kembali ke dapur dan kasur masih membayangi masyarakat Indonesia. Maudy bahkan generasi di bawahnya masih sering dipertanyakan kepentingannya untuk sekolah tinggi dan mengejar cita-cita.
"Aku balik lagi kepada kemanusiaan. Bahwa setiap manusia punya kesempatan untuk mengembangkan diri mereka. Mau itu nyambung atau enggak sama kerjaan mereka nanti, mau apapun itu, itu adalah hak setiap manusia. Jadi pertanyaan kenapa perempuan harus sekolah tinggi? Itu sangat tidak memanusiakan perempuan. Seakan-akan beranggapan fungsinya perempuan adalah di luar pengembangan otak atau pengembangan intelektualitas. Menurut aku itu nggak benar ya, mau peran apapun itu kita punya kontribusi yang sangat besar," terangnya.
Maudy mengakui nggak jarang mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Bahkan perempuan di bawah aku masih sering mendapat pertanyaan itu. Kadang kita butuh melihat orang lain seperti kalau Maudy bisa, aku juga bisa kali ya. Kalau mikir aku punya peran di situ membuat aku happy. Paling tidak bisa jadi inspirasi buat temen-temen," katanya.
Pendidikan mengubah pola pikir Maudy. Setelah lulus S2, pelantun tembang Tiba Tiba Cinta Datang itu lebih bijaksana dan sabar. "Yang berbeda setelah lulus S2 adalah, dulu aku kayaknya masih sangat terstruktur tentang apa yang aku anggap jalan yang paling tepat untuk menuju kesuksesan dan perubahan. Kalau sekarang aku lebih sadar bahwa perubahan bisa dicapai lewat banyak jalan. Dan kadang-kdang jalurnya tidak seperti yang kita rencanakan," katanya.
"Dulu selalu mikir hidup harus seperti itu, terstrukktur gitu lah. Kalau sekarang lebih ke melihat kesempatan yang ada apa, ruang yang ada dan bagaimana bisa memanfaatkan kesempatan itu lewat berbagai peran untuk memberikan peran positif itu," tutup Maudy Ayunda.