JAKARTA - Banyak cerita penderita kanker yang difilmkan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sebagian besar, menggambarkan sulitnya hidup dengan kanker dan berakhir dengan kematian yang mengharu biru. Film Kartu Pos Wini mencoba menawarkan kisah yang berbeda.
"Kartu Pos Wini itu seakan mewakili problem kita kebanyakan. Problem keinginan atau harapan yang sering dipatahkan oleh keadaan. Kita ingin menggambarkan kanker tapi bukan dari sisi kesedihan dan air mata. Kita nggak jual air mata," ujar Aris Muda, Produser Sinemata yang juga menulis skenario film ini saat merilis teaser poster di Senayan, Jakpus, Kamis, 11 November.
Sinemata layak mengangkat cerita relasi antar-manusia yang sebenarnya sederhana tapi sering kehilangan makna. "Kadang ketidakpedulian melemahkan sifat-sifat kemanusiaan, ketidakpedulian terhadap penderita kanker, terhadap mereka yang berharap memperpanjang usia karena kanker, sering bukan menjadi problem mereka-mereka yang sehat jasmaninya," ujarnya.
BACA JUGA:
Kartu Pos Wini mengisahkan cewek milenial yang termakan idealisme dan kekerasan hatinya. Termasuk terobsesi punya cita-cita sebagai staf kantor pos. Ruth akhirnya menjadi staf kantor pos.
Pekerjaan ini membuatnya berjumpa dengan seorang anak penyandang leukemia, Wini. Dia menjadi penolong si anak. Makin intens drama kisah KPW ini ketika sahabat pena Ruth memberi hadiah kejutan, meluluskan proposal pengobatan ke Amsterdam, Belanda.
Selain isu tentang penyakit kanker, juga romansa. Kisah cinta Ruth dan Reza, sang sahabat pena seakan ingin mengembalikan ingatan cerita masa lalu remaja-remaja era 1980-1990an. Sinemata merencanakan rilis Kartu
Pos Wini di 4 Februari 2022 bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia.