JAKARTA - Panasnya Jakarta siang tadi tak menghalangi langkah kami meluncur ke M Bloc Space, Jakarta Selatan. Kami sengaja datang untuk menyambangi layanan baca kartu tarot yang tengah digelar di sana. Kami penasaran. Apa benar tarot ini berkaitan dengan perkara mistis? Atau tarot sebenarnya adalah ilmu yang dapat dipelajari?
"Saya Jose. Yuk, silakan duduk," ucap seorang pria 34 tahun berkaos putih yang menyambut kami dengan uluran tangan.
Kami menemui Jose di toko Suwe Ora Jamu. Di tempat itu, pengelola sedang menggelar acara garage sale di lantai dua bangunan. Jose dan jasa baca kartunya jadi salah satu sajian yang mereka tawarkan. Sebelum menyambut kami, Jose si pembaca kartu tarot atau tarot reader terlebih dulu melayani seorang klien.
Kami mengamati, klien itu nampak berkonsultasi tentang banyak hal pada Jose. 15 menit kemudian, uluran tangan Jose menyambut kami. Sebelum memulai sesi baca tarot, kami sempat berbincang mengenai beberapa hal. Soal tarif, misalnya. Jose mengatakan, ia mematok tarif Rp50 ribu untuk satu sesi konsultasi.
"Satu kali topik pertanyaan itu (tarifnya) Rp50 ribu misalnya percintaan atau karir," ungkapnya di M Bloc Space, Blok M, Jakarta Selatan, Minggu, 17 November.
Sesi konsultasi pembacaan tarot pun kami mulai. Jose mengangkat satu deck kartu yang tertelungkup di meja beralas karpet berbulu ungu dan meminta kami mengocoknya. Setelah itu, Jose meminta kami mengambil satu kartu. Jose sempat tersenyum melihat kartu kami, sebelum kembali meminta kami mengambil tiga kartu lain.
Setelah tiga kartu terakhir yang kami pilih, Jose mulai menjelaskan satu per satu persoalan yang ia prediksi bakal terjadi pada kami di masa mendatang. Soal karier, khususnya. Jujur saja, sesi pembacaan tarot bersama Jose lebih terasa seperti konsultasi dengan seorang psikolog. Psikolog yang dikaruniai sedikit kemampuan membaca masa depan, barangkali.
Perasaan ini pun memancing topik baru obrolan kami. Tentang bagaimana Jose memulai hidup sebagai pembaca tarot. Setelah sepuluh menit Jose menjelaskan hubungan antara tiga kartu yang kami ambil dengan laju karier kami ke depan, ia menjelaskan bagaimana ia mulai mempelajari cara membaca kartu tarot.
Bukan perkara mistis
Sehari-hari, Jose bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan startup. Mempelajari cara membaca kartu tarot ia mulai empat tahun lalu. Sejak itu, ia terus mengasah keahliannya. Sejak itu pula Jose aktif di dalam Komunitas Tarot Jakarta, wadah bagi Jose dan pembaca tarot lainnya. Komunitas Tarot Jakarta biasa menggelar kegiatan rutin mereka di Kafe Suwe Ora Jamu Petogogan.
Menurut Jose, banyak yang salah kaprah soal kartu tarot. Alih-alih berkaitan dengan perkara mistis, tarot menurut Jose justru dapat dipelajari lewat berbagai literasi dan ilmu. Buku dan internet cukup untuk menggantikan roh halus dan berbagai saji-sajian. Dan seperti yang kami duga. Membaca tarot sejatinya adalah menjalani sesi konseling. Tarot adalah media untuk bertukar cerita dan pikiran.
"Kita enggak mistis. Kita ada literasinya, ada bukunya, ada garisnya. Jadi kalau ada yang bilang tarot reader itu mistis, kata siapa? Bukunya juga banyak banget dijual. Dan kamu bisa cari di mana pun," tuturnya sembari merapikan kartu yang selesai ia baca.
Kesalahan memahami kartu tarot ini membuatnya kerap kali diperlakukan sebagai peramal sungguhan. Jose mengaku sering mendapat pertanyaan tentang perjodohan, nasib percintaan, dan berbagai hal lain yang belum terlihat --karena masih jadi misteri masa depan-- dan sejatinya bergantung pada upaya setiap individu itu sendiri.
Media konseling
Meski tak mendalami ilmu sebagai psikolog, pria yang bekerja sebagai arsitek ini justru jatuh cinta dengan apa yang dikerjakannya bersama tumpukan kartu tarot. Menurutnya, lewat kartu tarot ia bisa membantu permasalahan banyak orang. Tak berarti jadi penyelesai masalah. Namun, kartu tarot berhasil menempatkannya sebagai pendengar dan pemberi masukan ulung bagi orang lain.
"Ada yang bilang, 'aku mau divorce'. Akhirnya setelah kita mengobrol dia enggak jadi divorce dan berusaha memperjuangkan lagi pernikahannya ... Gue menjadi teman ngobrol bagi orang lain dengan media kartu," Jose dengan senyum yang tersungging di wajahnya.
Jose menuturkan, orang yang datang kepadanya sejatinya seringkali sudah mengetahui permasalahan yang mungkin terjadi pada mereka. Lalu, kenapa orang-orang itu tetap datang kepada Jose? Menurutnya, hal ini terjadi karena setiap orang pada dasarnya membutuhkan afirmasi atau setidaknya teman untuk mendengar keresahan mereka. Dan secara umum, ini terjadi pada kita semua.
Dengan afirmasi itu, biasanya orang akan lebih berani mengambil keputusan. "Mereka nyaman karena aku enggak tahu masalah mereka. Tapi, aku bisa membuka lewat kartu. Jadi, setelah itu, mereka bisa yakin untuk mengambil keputusan," kata Jose.
Jadi, jelas. Tarot bukan media membaca depan, namun media untuk membantu seseorang menghindari keputusan-keputusan yang salah. Caranya, tidak dengan ramalan. Melainkan dengan menganalisa permasalahan bersama dan mendiskusikan jalan keluar terbaik. Jadi, jelas tak ada jaminan sebuah sesi pembacaan tarot akan menjamin apa yang terjadi pada seseorang di masa depan.
"Kartu ini kan clue. Misalnya kayak ada yang dapat 'ten of swords'. Ini kemudian bisa kutanya, 'kamu ada beban apa sih? Karena di kartu ini kamu sepertinya ada beban berat banget di kepala kamu. Ada masalah apa?' Jadi dengan kartu ini sebenarnya aku mengorek klienku ada masalah apa," ungkap dia.
Hal menarik diungkap Jose di penghujung obrolan kami. Katanya, setiap kali memulai sesi pembacaan tarot, Jose selalu menyampaikan filosofi penting untuk ditanamkan pada setiap kliennya.
Kamu yang harus bertarung sehingga dirimu sendiri yang tahu keputusan apa yang harus kamu ambil dalam kehidupan ini.