Eksklusif, Ketum MTI Tory Damantoro Tegaskan Macet Saat Mudik Lebaran Wajar, Ini yang Bisa Dilakukan   
Menurut Ketum MTI Tory Damantoro kemacetan yang terjadi di musim mudik lebaran adalah hal yang wajar terjadi. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Bagikan:

Kemacetan yang terjadi saat arus mudik lebaran dan arus balik menurut Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Tory Damantoro, ST., MSc., MPPM., adalah hal yang wajar terjadi. Soalnya arus lalu lintas meningkat drastis dalam kapasitas yang tetap. Menghilangkan kemacetan di saat itu adalah hal yang sulit dilakukan. Namun upaya untuk menyebar kemacetan sehingga tidak menumpuk pada hari yang sama bisa diupayakan dengan melakukan beberapa strategi.

***

Setiap jelang lebaran masyarakat muslim akan berbondong-bondong meninggalkan Jakarta pulang ke kampung halaman merayakan Idulfitri di berbagai penjuru negeri. Tradisi yang biasa disebut mudik ini sudah puluhan tahun terjadi. Saat arus lalu lintas meningkat drastis di dalam  kapasitas yang tetap inilah yang menimbulkan kemacetan parah.

Keadaan serupa akan terjadi ketika arus balik pasca lebaran. Inilah pekerjaan terberat dalam bidang transportasi yang harus diatur pemerintah (Kemenhub) dan Kepolisian.

Kemacetan paling mengerikan yang menimbulkan korban jiwa terjadi saat mudik lebaran tahun 2016. Saat itu terjadi penumpukan di keluar tol Brebes Timur. Kejadian ini dikenal dengan Tragedi Brexit (Brebes Exit). Ketika itu tol Trans Jawa baru selesai sebagian. Itulah kemacetan terparah sepanjang sejarah Indonesia yang mengular sekitar 18 km. Korban jiwa akibat kemacetan ini berdasarkan data Kemenkes sebanyak 17 orang.

Menurut Tory Damantoro yang juga pakar dan konsultan dalam bidang transportasi, kemacetan di musim mudik lebaran sulit dihindari. Hal sama terjadi di beberapa negara yang punya tradisi mudik seperti di China, India dan Amerika. “Yang harus dilakukan adalah mengatur arus lalu lintas di musim puncak mudik,” katanya.

Pemerintah belajar banyak dari penanganan mudik dari tahun ke tahun. Namun membebankan persoalan kemacetan hanya kepada pemerintah dan kepolisian bukanlah hal yang bijak. Pemudik pun lanjut Tory juga harus berperan aktif.

“Untuk pemudik harus menyiapkan fisik yang prima dan juga mental yang bagus. Kenapa mental, suasana macet bisa bikin stres dan cepat  lelah, karena itu harus sabar. Ketika sudah tersulut emosi mengemudinya menjadi tidak fokus. Saat istirahat di rest area jangan terlalu lama, karena pengemudi di belakang Anda juga akan menggunakan tempat tersebut,” katanya kepada Edy Suherli, Savic Rabos, Rifai dan Irfan Medianto dari VOI yang menemuinya di Kantor MTI Pusat di Jakarta beberapa waktu lalu. Inilah petikannya.

Menghadapi situasi kemacetan ekstrim di musim mudik lebaran, kata  Ketum MTI Tory Damantoro bisa dilakukan beberapa strategi. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Menghadapi situasi kemacetan ekstrim di musim mudik lebaran, kata  Ketum MTI Tory Damantoro bisa dilakukan beberapa strategi. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

 Arus mudik jelang lebaran dan arus balik pasca lebaran selalu macet, menurut Anda apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat?

Mengatasi macet saat arus mudik dan balik musim lebaran, jawabannya bukan dengan membuat tidak macet lalu lintas. Karena itu memang musiman dan padat. Arus lalu lintas meningkat drastis di kapasitas yang tetap. Yang harus dilakukan adalah mengatur arus lalu lintas di musim puncak mudik.

Caranya?

Dari tahun ke tahun menangani arus mudik dan balik lebaran, pemerintah banyak belajar. Seperti yang kita amati tahun sebelumnya dan tahun ini ada strategi dan rekayasa lalu lintas yang diterapkan Kepolisian dan Kementerian Perhubungan (DLLAJR) saat arus puncak. Yang dilakukan adalah buka tutup, contraflow, penerapan ganjil – genap dan juga diskon tarif jalan tol untuk hari-hari yang sudah ditentukan. Dibuat perbedaan waktu masuk kerja ASN dan pegawai swasta serta anak sekolah. Semua ini dimaksudkan untuk memecah arus lalu lintas agar tidak menumpuk di hari yang sama. Untuk pemudik harus memerhatikan dan menaati aturan agar semua bisa lancar.

Soal keragaman moda transportasi bagaimana?

Pemeritah juga sudah menawarkan kepada masyarakat beberapa alternatif moda transportasi, ada kereta api, bus, kapal laut dan pesawat terbang yang cukup agar tak menumpuk. Publik juga bisa diberi informasi mana daerah yang macet dan tidak.

Dari sisi pelabuhan penyeberangan bagaimana Anda mengamatinya?

Untuk pelabuhan penyeberangan yang paling krusial itu dari pelabuhan Merak ke Bakauheni untuk arus mudik. Dan untuk arus balik dari pelabuhan Bakauheni ke Merak. Karena kepadatan yang tinggi pemerintah melakukan strategi pelarangan truk saat H-7 hingga H+7 lebaran, kecuali truk sembako dan BBM.  Lalu penggunaan pelabuhan Ciwandan untuk mengurangi kepadatan. Kendaraan roda dua dan truk dialihkan ke pelabuhan Ciwandan yang berangkat menuju pelabuhan Panjang di kota Bandarlampung. Jadi pelabuhan Merak digunakan kendararaan roda empat dan bus. Ada satu lagi contigensi plan, penggunaan pelabuhan milik Indah Kiat saat kedua pelabuhan itu penuh.

Tradisi mudik tak hanya ada di  Indonesia, di China jelang Imlek, di India jelang Festival Diwali, Amerika ada jelang Thanks Giving Day, dll. Merujuk ke negara-negara tersebut seperti apa yang mereka lakukan?

Mereka juga tidak bisa menghilangkan kemacetan, strateginya mirip dengan yang dilakukan saat jelang mudik, ada rekayasa lalu lintas. Di China kemacetan jelang Imlek juga mengular. Ada banyak vlogger yang mengabadikan momen itu. Kapasitas yang bisa disediakan berapa diinformasikan kepada publik.  Ada juga strategi penyebaran yang merata  untuk kapasitas yang terbatas itu.

Untuk mengatasi kemcetan di music mudik lebaran, tidak hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat kata  Ketum MTI Tory Damantoro juga harus berperan aktif. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Untuk mengatasi kemacetan di musim mudik lebaran, tidak hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat kata  Ketum MTI Tory Damantoro juga harus berperan aktif. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Salah satu faktor pemicu kecelakaan adalah kelelahan, apa saran Anda untuk pemudik dan pemerintah?

Untuk pemudik harus menyiapkan fisik yang prima dan juga mental yang bagus. Kenapa mental, suasana macet bisa bikin stres dan cepat  lelah, karena itu harus sabar. Ketika sudah tersulut emosi mengemudinya tidak fokus. Saat istirahat di rest area jangan terlalu lama, karena pengemudi di belakang Anda juga akan menggunakan tempat tersebut. Kalau tidak terpaksa jangan  mudik dengan motor, riskan. Jangan ada lagi kejadian orang tua yang tak sadar kalau anaknya terjepit dan sudah tak bernyawa.

Kepada pemerintah dan petugas di lapangan: polisi dan DLLAJR harus tegas menegakkan aturan yang sudah dibuat. Semoga arus mudik dan balik lebaran tahun 2023 ini berjalan lancar dan angka kecelakaan menurun.

Bagaimana Anda melihat kebijakan transportasi Indonesia saat ini, baik untuk transportasi di dalam kota atau antarkota?

Apa yang dilakukan pemerintah sekarang sudah sejalan dengan rencana pemerintahan sebelumnya. Tahun 2011 pemeritah mengeluarkan MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur transportasi yang masif. Mulai dari jalan raya, jalan tol, pelabuhan, bandara, terminal, dll. Ini dilakukan untuk menghubungkan antardaerah yang padat. Dalam 10 tahun belakangan itu yang dilakukan pemerintah. Tahap berikutnya adalah manajemen layanan transportasi.

Apakah infrastruktur yang dibangun ini memang menjadi kebutuhan masyarakat sekarang?

Kalau kebutuhan atau bukan kebutuhan itu debatable. Tapi kalau orientasinya 20 atau 30 tahun mendatang, apa yang dibangun saat ini akan memenuhi kekurangan infrastruktur yang memang belum ada.

Menurut Anda apa saja masalah utama dalam transportasi di Indonesia?

Ada dua hal, pertama perencanaan dan kedua kebijakan. Perencanaan pembangunan transportasi harus sophisticated. Perencanaan sebelumnya yang sudah dianggap bagus,  saat direalisasikan dalam 5 atau 6 tahun ternyata sudah ketinggalan, ini yang harus diupdate. Pertimbangkan soal teknologi dan perubahan perilaku masyarakat. Yang kedua soal kebijakan, ini biasanya lambat. Harusnya kebijakan itu lebih cepat merespon perubahan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat.

Kemacetan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dll., apa bisa diurai? Dengan cara apa?

Kemacetan itu bisa diurai. Jakarta dengan caranya sendiri sudah berupaya mengurai kemacetan. Di salah satu situs transportasi; tomtom.com, indeks kemacetan di Jakarta tiap tahun turun. Tapi memang belum bisa memuaskan semua pihak. Kuncinya bukan lagi prediction and supply tapi prediction and management. Ada dua kebijakan yang biasa digunakan: push and pull. Pull yaitu menarik orang dari kendaraan pribadi ke angkutan umum (bus, angkot, dan commuterline, MRT, LRT). Sedangkan push, harus ada upaya mendorong publik pindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Ini adalah PR kita bersama.

Bagaimana operasional angkutan umum di Indonesia?

Secara umum sudah ada perbaikan angkutan umum terutama di kota-kota besar. Yang belum baik itu di kota kecil yang hanya ada angkot, itu layanannya makin buruk. Itulah yang membuat publik memilih motor sebagai sarana transportasi. Sejak tiga tahun lalu MTI sudah menyampaikan Indonesia darurat angkutan umum.

Di daerah, apakah dalam menentukan moda transportasi sudah sesuai kebutuhan masyarakat?

Kebanyakan di daerah itu penentuan moda transportasinya berdasarkan pertimbangan politik, bukan pada kebutuhan masyarakat. Kecuali Jakarta dalam pembangunan busway oleh Sutiyoso. Kalau tidak ada upaya apa pun tahun 2014 Jakarta macet total. Kenapa busway karena itu yang paling affordable. Ini yang banyak dilupakan kepala daerah. Pembangunan MRT di Palembang adalah pelajaran yang amat berharga. MTI Palembang terus mendorong agar rute angkot di sana bisa mengarah ke stasiun LRT. Jadi LRT, MRT,  itu pilihan teknologi, harusnya pilihan ketiga setelah perilaku dan kebutuhan transportasi masyarakat. Pilihan kedua kemampuan finansial untuk membangun dan mengoperasikanya.

Saat ini seperti apa kesadaran publik untuk menggunakan transportasi umum?

Kalau layanan transportasi bisa memberikan layanan yang cepat, efisien dan sesuai kebutuhan pasti dipakai. Contohnya commuterline di Jabodetabek. Soal sudah ada angkutan umum tapi belum dipakai, kita koreksi lagi mengapa masyarakat tidak beralih. Ada kampanye penggunaan angkutan umum tidak? Jadi ada push dan pull agar transportasi publiknya digunakan.

Ketika peresmian KA Makassar – Parepare Jokowi bilang seharusnya MRT Jakarta dibangun 30 tahun lalu, dalam amatan MTI mengapa itu tidak dilakukan?

Kemacetan tidak terlalu parah pada 30 tahun silam, jadi presure untuk pembangunan MRT tidak sebesar sekarang. Kalau soal kajian sudah ada sejak tahun 1980-an. Singapura saja baru bikin MRT 1992.

Di Manhattan New York 60-70 persen penduduknya tak punya kendaraan pribadi, pilihannya subway atau taksi. Karena menggunakan mobil pribadi sangat tidak efisien. Paris juga begitu. Malah Paris itu tipenya seperti Jakarta, banyak commuter yang tinggal di kota-kota sekitar. Angkutan umum kalau dirancang dengan baik bisa sangat efisien. Syaratnya pedesterian harus bagus, tata ruang kota juga sesuai untuk angkutan umum. Makanya ada kelakar teman, siapa bilang orang Indonesia tak mau  jalan kaki? Mau, tapi di Orchad Road Singapura, di Hong Kong, di Paris, dll. Kalau fasilitasnya bagus, publik mau berubah. Dukuh Atas dekat stasiun MRT sudah seperti di Jepang, sayang aktivitas Citayam Fashion Week di sana dilarang. Padahal bisa dijadikan acara rutin tahunan agar terarah.  

Saat ini ada kampanye subsidi kendaraan listrik oleh pemerintah, apakah ini tidak bertentangan dengan upaya mengarahkan masyarakat menggunakan transportasi publik?

Untuk kepemilikan kendaraan tidak ada batasan, tapi soal penggunaan, publik akan menilai mana yang efisien dan mana yang tidak. Soalnya industri otomotif juga menopang perekonomian kita. Karena itu ada zonasi tarif parkir, jalan berbayar, dan aturan ganjil genap untuk mengontrol penggunaan kendaraan di kota.

Adanya program konversi kendaraan listrik ini karena tahun lalu subsidi BBM sudah di atas 500 triliun pertahun. Harus ada upaya konversi BBM ke listrik, soalnya kita bukan lagi produsen minyak. Indonesia juga sudah berkomitmen untuk mewujudkan nett zero emission di tahun 2060. Jadi di tahun 2030 sudah tak ada lagi penjualan kendaraan BBM. Itu adalah pilihan yang harus dilakukan.

Tory Damantoro: Antara Konsultan, Dosen dan LSM

Tory Damantoro sudah 20 tahun terakhir mendedikasikan diri dalam dunia transportasi, ia merasa senang bisa ikut mewarnai dunia transportasi Indonesia. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)
Tory Damantoro sudah 20 tahun terakhir mendedikasikan diri dalam dunia transportasi, ia merasa senang bisa ikut mewarnai dunia transportasi Indonesia. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Tory Damantoro, ST, MSc, MPPM, mengabdikan dirinya untuk sektor transportasi yang berkelanjutan sudah 20 tahun terakhir. Ia mengajar di kampus, menjadi konsultan dan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). Melalui  sektor transportasi ia berupaya melakukan perubahan pada pemerintah, masyarakat, mahasiswa dan semua pihak ke arah yang lebih baik.

“Selain mengajar saya juga bekerja sebagai konsultan di salah satu perusahaan konsultan transportasi asal Inggris; ARUP. Di perusahaan itu saya bertugas sebagai transport planning leader. Dunia transportasi itu amat menarik dan menantang,” kata dosen di  Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta.

Sebelum mengajar ia sempat berkecimpung dalam dunia LSM. “Saya enam tahun di LSM; Yayasan Pelangi Indonesia dan SwissContack Indonesia. Setelah itu saya terjun sebagai konsultan transportasi sesuai dengan latar belakang keilmuan yang saya miliki,” katanya.

Sejatinya Tory sudah lama ingin  menjadi dosen. Namun keinginan itu ia pendam, karena dia punya idealisme sendiri setelah dirinya menjadi seorang dosen.

“Sebetulnya menjadi dosen itu sudah menjadi keinginan saya sejak lama. Cuma sebelum jadi dosen saya ingin punya pengalaman empiris dulu yang banyak. Jadi saat mengajar tidak hanya text book. Saya tahu juga praktiknya dan perkembangannya di lapangan seperti apa. Jadi saat mengajar itu benar-benar kaya,” jelasnya.

Saling Melengkapi

Sebagai dosen dan konsultan transportasi Tory Damantoro dituntut untuk terus memperbarui ilmu yang dimilikinya agar bisa memberikan yang terbaik. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Sebagai dosen dan konsultan transportasi Tory Damantoro dituntut untuk terus memperbarui ilmu yang dimilikinya agar bisa memberikan yang terbaik. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Ada irisan yang saling berhubungan antara dosen dan konsultan. Keduanya mengharuskan Tory Damantoro terus memperbarui ilmu pengetahuan yang  ditekuninya kini.  “Sebagai konsultan saya harus terus memperbarui ilmu saya dalam bidang transportasi. Soalnya kami  harus memberikan yang terbaik kepada klien,” kata Tory yang menangani klien dari pemerintah daerah dan juga mancanegara yang menginginkan saran dan masukannya saat hendak membangun sebuah fasilitas publik dalam bidang transportasi.

Dia mencontohkan salah satu kliennya merencanakan pembangunan sebuah bandara. “Kami harus lihat teknologi terkini yang digunakan apa saja. Dalam lima tahun terakhir tren bandara itu yang daya tampungnya besar, sekitar satu juta penumpang ke atas dalam setahun. Karena itu kita dituntut untuk memperbarui ilmu karena harus memberikan solusi untuk klien,” tambahnya.

Di kampus, lanjut Tory ia senang karena bisa membantu generasi muda dalam membuka wawasan saat menenekuni dunia transportasi. “Saya senang bisa membantu mahasiswa membedakan perencanaan jalan dan jembatan,” katanya.

“Bahkan ada mahasiswa yang sama sekali tidak tahu pekerjaan apa yang akan dilakukan saat masuk di jurusan  Teknik Sipil. Jadi mahasiswa saya itu masuk atas dorongan orangtuanya yang bekerja sebagai ASN di salah satu Kementerian, hehehe,” katanya dengan tawa yang khas.

Dunia akademik dan konsultan, lanjut Tory saling melengkapi. “Makannya di MTI itu ada yang akademisi, birokrat, ada juga yang praktisi dan LSM,” katanya.

Sentuhan Manusia

Meski di era sekarang sudah berkembang pesat teknologi artificial inteligent (AI), Tory Damantoro tetap yakin human touch tetap tak bisa tersaingi oleh robot dan teknologi AI. Kuncinya setiap orang harus kreatif. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)
Meski di era sekarang sudah berkembang pesat teknologi artificial inteligent (AI), Tory Damantoro tetap yakin human touch tetap tak bisa tersaingi oleh robot dan teknologi AI. Kuncinya setiap orang harus kreatif. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga VOI)

Meski sibuk di kampus, kantor dan organisasi, Tory selalu meluangkan waktu untuk istri dan anaknya. “Kalau ada waktu saya sempatkan antar anak pergi les atau jemput les. Selama dalam perjalanan kita mengobrol, setelah itu makan bersama,” ujarnya.

Silaturahmi seperti hari Raya Idulfitri juga dimanfaatkan Tory untuk meningkatkan keakraban dengan keluarga. “Saya biasanya berkunjung ke rumah bapak mertua dan juga kerabat lainnya di hari Raya Idulfitri,” lanjutnya.

Kepada anak muda ia berbepesan untuk tidak berhenti belajar. Karena dari sana akan datang banyak kesempatan. “Saat kesempatan itu datang, di situlah kita bisa meningkatkan kompetensi  diri kita,” katanya.

Meski sekarang perkembangan teknologi AI (artificial inteligent) dan teknologi informasi sangat pesat tak perlu takut. Menurut Tory human touch pasti akan dibutuhkan meski sebagian pekerjaan sudah digantikan oleh mesin dan robot. “Walaupun ada AI, robot dll., human touch akhirnya akan terpilih. Sentuhan personal itu terlalu kompleks untuk digantikan oleh mesin atau robot,” tegasnya.

Di balik semua ini akan ada banyak peluang yang terbuka. “Meski banyak jenis pekerjaan yang hilang, akan banyak lagi muncul jenis pekerjaan baru yang belum terprediksi sebelumnya. Kuncinya kita harus kreatif,” pungkas Tory Damantoro.

"Mengatasi macet saat arus mudik dan balik musim lebaran, jawabannya bukan dengan membuat tidak macet lalu lintas. Karena itu memang musiman dan padat. Arus lalu lintas meningkat drastis di kapasitas yang tetap. Yang harus dilakukan adalah mengatur arus lalu lintas di musim puncak mudik,"

Tory Damantoro