Ada dua faktor yang membuat pertumbuhan usaha pelayaran kini masih mengalami perlambatan. Menurut Ketua Umum DPP INSA (Indonesian National Shipwoners’ Association - Asosiasi Pemilik Pelayaran Nasional Indonesia) Carmelita Hartoto kedua faktor itu adalah belum pulih-nya pandemi COVID-19 bahkan munculnya varian baru; omicron. Dan kedua faktor geopolitik global seperti perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
***
Meski demikian selalu ada asa untuk menuju hari depan yang lebih baik. Sikap optimis ini diungkap oleh Carmelita Hartoto. Karena selama ini pemerintah sudah amat serius menanggulangi pandemi COVID-19. Peran serta masyarakat yang kooperatif mendukung dan menjalani vaksinasi membantu terbentuknya herd immunity di masyarakat. Masyarakat makin sadar arti penting vaksinasi yang membantu meningkatkan imunitas baik secara individu maupun kelompok.
Untuk persoalan geopolitik global yang terjadi saat ini agak sulit diprediksi. Kondisi ini ikut berpengaruh pada langkah aksi yang akan diambil para pengusaha pelayaran. “Situasi geopolitik saat ini seperti yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat pelaku dunia pelayaran masih berhati-hati untuk movement yang baru. Misalnya untuk membeli kapal baru, jadi mereka masih wait and see dengan keadaan sekarang,” katanya.
Memang Presiden Republik Indonesia Jokowi sudah melakukan upayanya mendekati kedua pihak yang berseteru. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah didatangi dalam waktu terpisah. Namun kedua negara masih belum menunjukkan tanda-tanda kuat akan menyudahi peselisihan. Pasca kunjungan Jokowi aksi saling serang masih terjadi. Kondisi eksternal ini menurut Meme -begitu dia biasa disapa—memang sulit diprediksi.
Angin segar dan menambah rasa optimis Meme dan pelaku usaha khususnya dari pengusaha pelayaran, karena angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua yang baru-baru ini di-release pemerintah angkanya amat menggembirakan. Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen secara tahunan (year on year). Sedangkan angka inflasi pada bulan Juli 2022 mencapai 4,94 persen. Ini masih dibawah angka pertumbuhan ekonomi. “Kita berharap situasi yang sudah kondusif ini akan terjaga sehingga kondisi ini juga berpengaruh pada sektor pelayaran,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos, dan Rifai dari VOI, yang menjumpainya di Menara Kadin, Jakarta belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.
Pandemi COVID-19 mulai melandai, bagi anggota INSA apakah keadaanya sudah pulih?
Situasinya sekarang memang sudah mulai membaik. Kerjasama antara masyarakat dan pemerintah ikut membuat situasi semakin kondusif. Tetapi dengan munculnya varian COVID-19 yang baru (omicron) membuat kita harus terus berhati-hati. Lalu dengan situasi geopolitik yang ada saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat pelaku dunia pelayaran masih berhati-hati untuk movement yang baru. Misalnya untuk membeli kapal baru, jadi mereka masih wait and see dengan keadaan sekarang.
Saat pandemi COVID-19 sedang tinggi-tingginya beberapa waktu yang lalu, penurunan aktivitas anggota INSA berapa besar?
Saat pandemi sedang tinggi-tingginya, penururunannya sangat drastis. Contohnya di kapal roro (roll on roll off – biasanya untuk penyeberangan antarpulau) penurunannya bisa mencapai 75 persen dari sebelum pandemi COVID-19 melanda. Dengan situasi ini pengusaha kapal roro amat terkena dampak pandemi. Tetapi situasi di kapal-kapal jenis yang lain juga sama, mengalami penurunan, namun tidak separah kapal roro.
Jadi situasinya sekarang sudah semakin baik dari sebelumnya?
Sudah lumayan membaik, tetapi keadaan ini bukan hanya COVID-19, ada juga situasi lain seperti peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat pengusaha kapal masih menunggu. Permintaan untuk angkutan kargo memang sudah mulai bertambah, namun kenaikannya menurut saya masih belum signifikan. Apalagi saat ini banyak negara yang go bankrupt karena terdampak pandemi dan juga situasi lainnya. Mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Sementara inflasi juga meningkat. Masalahnya kompleks sekali. Karena itu para pengusaha kapal masih menunggu keadaan membaik. Baru mereka akan melakukan ekspansi.
Jadi kenaikannya sudah berapa besar untuk anggota INSA?
Untuk kargo dan menumpang memang sudah menunjukkan grafik yang membaik dibandingkan dengan situasi saat pandemi COVID-19 sedang tinggi-tingginya kemarin. Namun keadaan sekarang masih belum seperti yang diharapkan. Semoga situasi makin membaik dan keadaan makin kondusif. Kita masih menunggu pemerintah menetapkan status keadaan yang sebelumnya pandemi menjadi endemi. Meskipun ada varian baru yang muncul semoga ini tidak membuat keadaan makin buruk.
Saat pandemi sedang tinggi-tingginya, di lingkungan INSA sendiri apa sampai melakukan PHK karyawan?
Semua pihak terdampak pandemi COVID-19, begitu juga dengan teman-teman yang yang tergabung dalam INSA. Kalau ditanya apa ada PHK di lingkungan kami, saya bilang ya. Karena keadaan yang sulit itu memang berdampak pada neraca keuangan. Untuk menyehatkan keuangan perusahaan beberapa langkah harus diambil termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) dengaan karyawan. Saya kira keadaan itu tidak diinginkan namun kami terpaksa melakukannya. Untuk karyawan yang kontrak dilakukan negosiasi ulang. Kita berharap seiring dengan melandainya situasi COVID-19 akan ada perubahan yang lebih baik. Apalagi harga minyak juga naik, semoga alur perdagangan juga meningkat. Permintaan untuk kargo dan penumpang semoga akan terus meningkat sehingga karyawan yang sebelumnya dirumahkan atau ada yang di PHK bisa dikaryakan kembali.
Ada kabar kalau Pelindo akan menaikkan jasa pelabuhan, bagaimana Anda dan teman-teman di INSA mensikapnya?
Kita sangat mengerti keadaan Pelindo, memang sudah lama tak ada kenaikan. Kalau pun keputusannya naik harus dibarengi dengan pelayanan yang lebih baik. Kenaikan juga tidak bisa semena-mena, terlalu tinggi misalnya. Karena itu akan memengaruhi biaya logistik kita. Untuk tarif internasional kita masih membahasnya, sedangkan untuk domestik, kita sebentar lagi come to angreement dengan Pelindo. Angkanya menurut saya masih dalam batas yang wajar kenaikannya.
Untuk kapal yang beroperasi di Indonesia berapa banyak milik asing dan berapa yang dimiliki pengusaha dalam negeri?
Kapal asing tidak ada di Indonesia cuma untuk ekspor. Kapal yang belum berbendera merah putih itu tinggal 3 sampai 4 persen, maksimum 5 persen. Itu pun untuk kapal kerja yang punya teknologi tinggi. Seperti kapal pengerukan, drilling dan sebagainya. Itu harganya mahal sekali dan pemakaiannya pun tidak lama di Indonesia. Selebihnya kapal-kapal nasional sudah menguasai market di dalam negeri.
Mayoritas kapal-kapal pengusaha kita beroperasi di dalam negeri, karena untuk bersaing di luar, kapal kita belum mampu. Kebijakan dari negara mereka memembuat kita sulit untuk masuk, misalnya pajak untuk penghusaha di luar tidak banyak, tidak seperti di negara kita. Ini kadang yang bikin kita bingung. Katanya kita negara maritim dan tidak boleh memunggungi laut. Kenyataanya kita masih dikenakan banyak pajak yang menyulitkan.
Apakah ada aspirasi untuk pemerintah agar memberikan kemudahan kepada pengusaha kapal dalam negeri agar bisa bersaing dengan pengusaha kapal dari mancanegara?
Kita sudah sering bicara hal ini, namun belum di dengar. Bandingkan dengan pengusaha sejenis dari Singapura dan Malaysia, mereka mendapatkan kemudahan dari negaranya. Kita belum dapatkan itu dari pemerintah kita. Regulasinya belum pro kepada pengusaha lokal.
BACA JUGA:
Ada program tol laut dari Presiden Jokowi, sejauh mana teman-teman INSA melihat peluang ini?
Kita ikut berpartisipasi juga dalam program tol laut ini. Tujuannya agar masyarakat di daerah juga membeli barang dengan harga yang tak jauh berbeda dengan di Jawa sebagai sentra produksi. Tapi kenyataannya kita memberikan kemudahan kepada para calo, setelah barang didistribusikan harganya tidak turun. Artinya mereka dapat harga yang murah untuk transportasi namun saat menjual tetap dengan harga yang mahal. Apakah itu fair? Tidak fair sama sekali menurut saya.
Bagaimana persaingan kargo dengan moda transportasi lain seperti udara, darat dan kereta api?
Setiap moda transportasi punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada spesifikasi barang yang harus diangkut dalam keadaan cepat dan dalam kondisi hidup misalnya. Ada juga barang yang dikirim dalam waktu lama tidak apa-apa, ini bisa dengan harga yang lebih murah, kargo kapal laut jadi pilihan. Inilah yang menentukan besaran harga atau ongkos kirim. Silahkan saja konsumen memilih mana yang sesuai kebutuhan mereka.
Bagaimana sikap INSA untuk usul amandemen atas UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, perlukan diamandemen?
Menurut saya saat ini tidak perlu revisi atau amandemen UU No 17 itu, karena masih banyak aturan dalam UU itu yang belum terealisasi. Lebih baik laksanakan saja ketentuan yang ada dalam UU daripada melakukan perubahan. Misalnya soal coast guard, harusnya sudah terbentuk. Tapi sampai sekarang kita belum punya coast guard. Katanya ada wacana Bakamla (Badan Keamanan Laut) akan menjadi coast guard? Saya sudah menunggu, kenyataannya mana? Belum ada. Presiden bilang sabar sedikit, tapi kita sudah kelamaan menunggu. Kita berharap coast guard itu bukan hanya koordinator, tapi benar-benar bisa menjaga lautan kita. Selama ini banyak yang berperan di laut, ada TNI AL, bea cukai, polisi, dan lain-lain. Ke depan kita berharap ada satu yang punya tongkat komando itu. Jadi UU sudah jelas, bagaimana kita menerapkan aturan dalam UU itu.
Tiga Resep Carmelita Hartoto Jaga Kesehatan
Pandemi yang tak kunjung berakhir membuat Carmelita Hartoto bersikap siaga selalu. Karena itu ia melakukan tiga hal yang tak bisa ditawar. Yaitu senantiasa mengonsumi multivitamin, berolahraga dan menjaga asupan makanan dalam takaran yang pas.
“Sebenarnya saya menjaga kesehatan tidak rumit. Dalam situasi seperti sekarang saat status pandemi belum dicabut oleh pemeritnah, kita rentan tertular penyakit seperti COVID-19. Sebagai antisipasi saya rutin mengonsumsi multivitamin. Selain itu saya juga berolahraga dan makan yang mengandung gizi seimbang dengan takaran yang pas,” ungkapnya.
Soalnya, lanjut Meme –begitu dia biasa disapa--, dalam kondisi seperti sekarang, tak ada yang bisa menjamin seseorang tidak terkena COVID-19 meski sudah pernah terpapar dan dinyatakan sembuh. “Engga ada yang tahu kapan kita bisa terkena. Ada juga yang sudah menjaga dengan mempraktikkan protokol kesehatan, jaga jarak dan menghidari kerumunan kadang masih kena juga,” katanya.
Meski saat ini keadaan sudah mulai melandai, namun Direktur Utama Andhika Lines ini, masih tak mau ambil risiko dengan terbuka seperti sebelum pandemi datang. “Memang keadaan sudah melandai, tapi saya tetap menjaga dan membatasi diri untuk berkaktivitas. Artinya sebisa mungkin memilih untuk pertemuan dengan banyak orang, kecuali yang penting sekali. Untuk meeting kalau bisa dengan cara virtual itu lebih baik,” lanjutnya.
Kalau pun ada acara bertemu muka atau meeting yang tak bisa dihindarkan, dia lebih menyukai waktu antara lunch (makan siang) menuju dinner (makan malam). “Saya masih menghindari pertemuan dengan klien saat lunch atau dinner. Jadi waktunya antara kedua waktu itu. Ya saya pilih tea time, ya ngopi atau ngeteh saja,” ungkapnya.
Aktivitas berolahraga pun dalam situasi yang sedang melandai ini Meme tak bisa seperti dulu, saat pandemi COVID-19 melanda nyaris seantero bumi. “Mau engga mau kita harus berolahraga atau menggerakkan badan ini, ya pilihannya dalam situasi seperti sekarang adalah olahraga di rumah. Saya melakukan lari di atas treadmill. Kalau berolahraga di luar waktunya lebih banyak tersita. Dan yang paling saya khawatirkan akan ketemu dengan teman-teman juga kalau olahraganya di luar rumah,” ujar perempuan yang setiap satu sesi berlari menghabiskan waktu antara 30 sampai 40 menit.
Kadang sesuatu yang kita sukai, tak selamanya bagus untuk kesehatan. Itu juga terjadi pada perempuan yang amat suka memakan daging. “Saya suka sekali makan daging, yang diolah dengan beragam model masakan tentunya. Namun saat ini saya mengurangi asupan daging merah (sapi, kambing). Yang saya konsumsi daging ayam dan ikan,” katanya.
Mengurangi asupan daging merah membuat Meme tergerak untuk mengonsumsi seafood. “Ternyata dengan mengurangi daging merah dan menggantinya dengan makan seafood kolesterol bisa terkendali. Saya mengimbangi asupan seafood dengan sayuran dan buah,” lanjut perempuan yang menyelesaikan studi di dua negara ini. Pertama di Central Manchester College, Inggris; untuk BA Merchandising pada Webster University. Dan kedua ia melanjutkan studinya di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam itu Meme menyelesaikan studi MBA Finance.
Keluarga
Setelah menuntut ilmu di negeri seberang, Meme tidak langsung pulang ke Indonesia. Ia sempat bekerja di perusahaan Lewis & Peat, London, pada tahun 1994. Saat libur ia pulang ke Indonesia. Namun apa daya ayahnya harus menghadap Sang Khalik karena serangan jantung.
Keadaan membuatnya harus memilih melanjutnya karier di London atau membantu perusahaan keluarga yang sudah dirintis sang ayah di bidang perkapalan. Pilihannya jatuh pada melanjutkan usaha keluarga. Sejak tahun 1995 hingga sekarang ia memegang kendali usaha keluarganya.
Meski sibuk dengan urusan perusahaan dan juga organisasi profesi, di INSA sebagai Ketua Umum dan Kadin ia tetap menyisihkan waktu untuk keluarga. Dalam kepengurusan KADIN pimpinan Arsjad Rasjid 2021-2026, ia menduduki posisi sebagai Koordinator WKU IV Bidang Peningkatan Kualitas Manusia, Ristek, dan Inovasi. Baginya keluarga adalah segalanya.
“Saya biasanya menyediakan waktu untuk anak-anak dan keluarga. Namun kalau di tengah kesibukan kantor saya bisa menyempatkan waktu bertemu dengan anak-anak kenapa tidak, Soal tempat asal masih terjangkau saya akan menemui mereka,” katanya.
Meme bersyukur anaknya yang sudah punya kesibukan, tidak pernah komplain soal waktu dan perhatian. “Anak-anak sejauh ini engga komplain ya. Dan anak-anak sekarang itu kesibukannya luar biasa. Jadi sekarang kita yang bertanya pada mereka kapan bisa bersama-sama. Bukan mereka yang menunggu saya. Tapi sebaliknya yang terjadi,” ungkapnya.
Dengan kondisi seperti ini, lanjut Meme, sebagai orang tua juga harus mengerti keadaan. Jangan selalu menuntut untuk bersama sedangkan keadaan tidak memungkinkan.
Sebagai orang tua ia berpesan kepada anak-anaknya dan kepada generasi muda pada umumnya untuk tidak pernah kendor dalam belajar. “Harus semangat terus dan tak kenal menyerah dalam belajar. Belajar kepada siapa pun. Jangan merasa sudah cukup sehingga tak perlu belajar pada orang lain,” katanya.
Keberhasilan orang lain, lanjut dia bisa menjadi inspirasi untuk bisa seperti yang dia raih. “Kita sering melihat orang lain berhasil, wow keren ya. Tapi jangan berhenti sampai di sana saja, harus terispirasi juga untuk meraih seperti yang dia capai. Itu baru benar,” katanya.
Selain itu setelah berhasil, jangan lupa berbagi dengan orang lain yang tidak beruntung. “Kita harus menyadari kalau apa yang kita raih itu tidak semua untuk kita, harus ikhlas berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Berbagi bisa dengan ilmu atau dengan harta yang kita punya,” kata Carmelita Hartoto menyudahi perbincangan.
“Mayoritas kapal-kapal pengusaha kita beroperasi di dalam negeri, karena untuk bersaing di luar, kapal kita belum mampu. Kebijakan dari negara mereka memembuat kita sulit untuk masuk, misalnya pajak untuk penghusaha di luar tidak banyak, tidak seperti di negara kita. Ini kadang yang bikin kita bingung. Katanya kita negara maritim dan tidak boleh memunggungi laut. Kenyataanya kita masih dikenakan banyak pajak yang menyulitkan,”