Eksklusif, Menpora Zainudin Amali Tegaskan Audit Stadion Dilakukan dengan Skala Prioritas
Pasca Tragedi Kanjuruhan kelayakan stadion ramai menjadi sorotan. Karena itu pemerintah diminta untuk mengaudit stadion yang ada di seantero negeri. Namun kata Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Prof. Dr. Zainudin Amali, M.Si., langkah taktis yang mendesak dilakukan adalah mengaudit stadion dengan skala prioritas. Artinya yang didahulukan adalah stadion yang sedang digunakan untuk kompetisi.
***
Tak hanya masyarakat dan pecinta sepak bola tanah air yang terhenyak, namun seantero dunia juga demikian mendengar kabar duka gugurnya penggemar sepak bola Indonesia usai menyaksikan laga Arema Malang kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Soalnya dalam catatan sejarah perhelatan sepak bola di berbagai belahan dunia Tragedi Kanjuruhan termasuk salah satu yang paling banyak korban. Menurut catatan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) ada 712 orang yang menjadi korban insiden tragis ini. Rinciannya 132 meninggal dunia, 96 mengalami luka berat, dan 484 orang luka sedang maupun ringan.
Jika parameternya jumlah korban yang tewas, Tragedi Kanjuruhan langsung menempati peringkat kedua setelah kerusuhan yang terjadi di Peru Mei 1964. Saat itu digelar laga kualifikasi Olimpiade antara Peru dan Argentina dengan 318 orang tewas dan lebih dari 500 orang luka. Selain itu ada banyak musibah sepak bola yang terjadi di berbagai belahan dunia namun korban yang gugur tak melebihi Tragedi Peru dan Tragedi Kanjuruhan. Inilah catatan kelam yang harus menjadi pengingat semua pihak.
Pasca Tragedi Kanjuruhan menurut arahan Presiden Jokowi harus ada evaluasi total dalam pelaksanaan kompetisi sepak bola Indonesia. Zainudin Amali tak menampik kalau stadion di Indonesia harus diaudit, karena ini salah satu faktor penting. Namun kata dia tidak bisa semua dilakukan dalam waktu dekat. “Kalau audit untuk seluruh stadion akan memakan waktu lama dan biaya yang tak sedikit. Karena itu saya menyampaikan kepada Pak Presiden, yang diaudit itu stadion yang sedang digunakan untuk kompetisi dulu. Dilihat mana yang segera harus dibenahi, misalnya pintu keluar-masuk ini penting, kalau kecil harus diperlebar. Lalu bagaimana pengaturan tempat duduk di stadion itu. Memang kita belum akan mendapatkan yang ideal, bertahap untuk mengarah ke sana,” katanya.
Korelasi dengan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober, Menpora berharap kepada semua pemuda khususnya suporter untuk menjadikan momentum sumpah pemuda sebagai pengingat untuk merawat persatuan bangsa. “Kita ini latarnya berbeda namun bersyukur bisa bersatu. Inilah yang harus terus kita jaga dan rawat. Para suporter juga harus menjadikan semangat sumpah pemuda untuk terealisasi di lapangan. “Untuk para suporter; Arema, Jackmania, Bobotoh-Viking, Bonek, dll., yang tersebar di seluruh Indonesia tidak boleh bermusuhan hanya gara-gara klub yang didukung kalah. Semangat kebinekaan harusnya bisa menjadi inspirasi bagi semua suporter. Boleh fanatik dengan klub yang didukung tapi tidak boleh menjadikan lawan tanding klub kita sebagai musuh,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, dan Rivai dari VOI yang menemuinya di kantor Kemenpora Senayan, Jakarta belum lama ini. Inilah petikannya.
Tanpa harus menyalahkan siapa yang bersalah dalam Tragedi Kanjuruhan, apa saja catatan Anda sebagai Menpora dari kejadian ini?
Banyak hal yang menjadi catatan pasca Tragedi Kanjuruhan ini. Sebagaimana arahan Bapak Presiden Jokowi, harus ada pembenahan menyeluruh dalam pelaksanaan kompetisi sepak bola kita. Harus ada evaluasi total dalam pelaksanaannya. Kalau saya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga akan melihat olahraga secara umum, bukan hanya sepak bola. Namun karena baru saja ada kejadian yang menjadi pusat perhatian semua orang, terutama Bapak Presiden. Persoalan ini sudah ditangani oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Polri juga sudah melakukan investigas sehari setelah kejadian.
Catatan yang diberikan FIFA (Fédération Internationale de Football Association - Federasi Sepak Bola Internasional) atas pelaksanaan kompetisi di Indonesia antara lain soal; pengamanan dan kelayakan stadion, SOP pengamanan, jadwal pertandingan, social angagement (partisipasi masyarakat) dan benchmark (patokan) pelaksanan liga yang sudah stabil. Pelaksanaan liga sepak bola yang dilakukan di Eropa tentu berbeda dengan yang dilakukan di Indonesia, karena kulturnya yang berbeda. Karena jika ingin diterapkan di Indonesia, kita harus modivikasi sedemikian agar cocok untuk konteks ke-Indonesia-an. Inilah catatan penting yang ke depan harus kita lihat dan perbaiki.
Stadion yang ada di Indonesia ini masih banyak yang belum standar, apakah ada audit menyeluruh soal ini, agar tragedi seperti di stadion Kanjuruhan Malang tak terulang?
Kalau audit untuk seluruh stadion akan memakan waktu lama. Stadion yang ada di Indonesia semuanya milik pemerintah, ada yang milik pemprov, pemkab dan pemkot. Di Indonesia belum ada klub yang punya stadion sendiri. Tidak seperti di Eropa dan negara lain yang klubnya sudah punya stadion. Real Madrid punya, Barcelona punya, MU punya sendiri, dan lain sebagainya. Arahan Bapak Presiden untuk melakukan audit seluruh stadion memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Karena itu saya menyampaikan kepada Pak Presiden, yang diaudit itu stadion yang sedang digunakan untuk kompetisi dulu. Dilihat mana yang segera harus dibenahi, misalnya pintu keluar-masuk ini penting, kalau kecil harus diperlebar. Lalu bagaimana pengaturan tempat duduk di stadion itu. Memang kita belum akan mendapatkan yang ideal, bertahap untuk mengarah ke sana.
Beberapa klub yang ikut kompetisi tidak semua punya markas / stadion. Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo itu punya Pemkot Surabaya, lalu Stadion Manahan juga punya Pemkot Solo, stadion Bandung Lautan Api punya Pemkot Bandung, kalau stadion Kanjuruhan punya Pemkab Malang. Kita tidak bisa menghentikan kompetisi ini terlalu lama. Kasihan klub, mereka harus menggaji pemain, pengeluarkan biaya untuk manajemen, kalau kompetisi ini berhenti tanpa kepastian akan menjadi problem baru untuk klub. Selama pandemi COVID-19 kemarin banyak klub yang sudah kesusahan, karena kompetisi tidak ada. Mereka ada yang harus memulangkan pemain ke negara asal atau daerah asalnya. Karena tidak ada kompetisi, sekarang kompetisi sudah bergulir, namun ada peristiwa Kanjuruhan.
Evaluasi apa yang bisa dilakukan dari gelaran pertandingan bola kita agar bisa tertib dan aman? Apakah perlu aturan yang lebih rinci dan detail soal perhelatan sepak bola?
Ini ranahnya Polri bukan kami dari Kemenpora, nanti akan disimulasikan dulu aturan baru soal pelaksanaan kompetisi sepak bola pasca kejadian Kanjuruhan. Kita pernah menggelar pertandingan tanpa penonton, lalu ada penonton namun dibatasi, kapasitas penonton sebagian sampai penonton penuh setelah pandemi makin melandai. Semua sudah kita lalui. Nanti PSSI dan pengelola dan penyelenggara kompetisi yaitu PT LIB dan Polri yang akan merumuskan seperti apa aturan baru pelaksanaan kompetisi sepak bola pasca Kanjuruhan. Kemenpora hanya melaksanakan koordinasi saja, makanya salah kalau orang menganggap Kemenpora atau Menpora yang memberikan izin sehingga saya juga dipersalahkan. Pertandingan sepak bola itu izin keramaian yang dikeluarkan oleh Polisi. Kami tidak punya kewenangan apa pun soal pelaksanaan. Kalau rapat koordinasi iya, biasanya dilakukan di ruangan ini (kantor Kemenpora) dan saya yang pimpin rapatnya, kok saya dibilang memfasilitasi.
Kami biasanya memfasilitasi dan membantu persiapan. Kita tidak bisa ikut campur dalam pelaksanaan pertandingan, jadwal pertandingan, semua itu adalah kewenangan penyelenggara kompetisi.
Ketika kompetisi terhenti berapa besar potensi kerugian, lalu langkah apa yang bisa dilakukan karena banyak sekali yang bergantung hidup dari kompetisi ini?
Saya sempat tanya ke salah satu pengurus PSSI saat kompetisi terhenti karena pandemi beberapa waktu lalu. Mereka bilang potensi mereka kehilangan pendapatan minimal sebesar Rp3 triliun, itu jumlah yang tidak sedikit. Bayangkan bagaimana kalau kompetisi ini berhenti lama. Bukan hanya pemain, pelatih, official yang bergantung hidup, tapi juga mereka yang berjualan minuman, makanan, UMKM yang bikin kaos, syal dan atribut lainnya sampai juru parkir pun bergantung. Itu yang perlu kita pikirkan keberlanjutannya.
Penanganan tragedi Kanjuruhan sudah dilakukan oleh TGIPF, tim ini sudah bergerak mencari fakta, polisi juga bergerak mencari dari sisi penegakan hukum. Nah kami dari Kemenpora memikirkan bagaimana kelanjutan kompetisi, jadi jelas ini pembagian tugasnya.
Suporter sepak bola Indonesia perlu edukasi, menurut Anda selama ini apa yang paling sering dilanggar oleh suporter kita?
Sebenarnya kalau soal suporter kita sudah punya aturan di UU no 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan. Ada pasal-pasal yang mengatur suporter. Suporter itu ada hak dan ada juga kewajibannya. Dalam UU itu suporter itu adalah mereka yang bergabung dalam satu organisasi suporter. Tidak bisa orang yang baru datang tiba-tiba masuk. Dia punya kartu anggota dan AD-ART, sehingga kalau ada apa-apa gampang meminta pertanggungjawabannya. Mereka ini harus ada akreditasi. Sehingga bisa jelas mana yang suporter mana yang penonton biasa. Atau bisa jadi ada yang datang ke stadion punya niat yang lain.
Yang pertama kami akan melakukan pendekatan pada suporter, dari situ akan kita berikan edukasi pada suppoter ini. Ini adalah tanggungjawab kita. Kita harus menyadarkan para suporter untuk memberikan dukungan yang benar, yang proporsional. Jangan usai pertandingan timnya kalah lalu marah dan melakukan penjarahan. Beberapa waktu lalu saat Persebaya main di Sidoarjo, toko-toko (Persebaya Store) mereka jarah. Kita didik suporter untuk tidak gembira yang berlebihan saat menang, tidak boleh anarkis saat klubnya kalah.
Saya akan berkoordiansi dengan PSSI untuk bertemu dengan 4 kelompok suporter yang besar, selama ini mereka agak susah diakurkan. Yaitu pendukung Persija; Jakmania, pedukung Persib; Bobotoh-Viking, pendukung Persebaya; Bonek, dan pendukung Arema; Aremania. Saya akan jumpa mereka untuk merumuskan bagaimana menonton sepak bola itu enak, bukan anarkis. Jadi nonton pertandingan sepak bola itu hiburan, seperti nonton konser musik, selesai konser bubar dengan tertib. Sekali lagi mental harus disiapkan atau klub itu bisa menang dan bisa juga kalah. Jangan senang saat klubnya menang saja, dan marah saat kalah. Ini harus kita mulai, dan pemerintah akan membantu dan memfasilitasi.
Kita lihat di Kanjuruhan kemarin seperti apa?
Sebelum terjadi kerusuhan di stadion Kanjuruhan, info yang saya dapat ada kelompok suporter yang turun ke lapangan. Turun ke lapangan itu sudah melanggar, tidak dibolehkan. Kalau suporter itu terorgasisir bisa dilacak siapa yang melakukan pelanggaran, sehingga bisa dibina dan diarahkan. Mereka bisa dikasih tahu mana hak dan mana kewajiban.
Ada tiga kategori suporter, suporter sejati yang tidak pernah bersuara. Mereka ini silent majority. Ada juga suporter yang niatnya eksis saja. Ada juga suporter yang niatnya bukan untuk bola, hanya tampil di medsos saja. Yang menjadi prioritas adalah yang silent majority. Suporter dapat prioritas untuk memiliki atau membeli saham klubnya.
VOIR éGALEMENT:
Penanganan kerusuhan di dalam pertandingan sepak bola ke depan seperti apa pasca Tragedi Kanjuruhan?
Sekarang ini Polri dan PSSI sedang menyusun SOP penanganan massa. Sumbernya aturan dari FIFA dan PSSI serta aturan lainnya. Sehingga siapa pun yang bertugas di lapangan dia sudah tahu SOP menangani massa. Ini boleh dan ini tidak, saat situasi begini seperti apa menanganinya. Untuk teritori ada yang membagi 3, ring satu di dalam stadion, ring dua masuk area stadion tapi bukan di dalam, dan ring tiga jalan menuju lokasi stadion.
Tragedi Kanjuruhan ini apakah memengaruhi perhelatan Piala Dunia U20 yang akan digelar tahun depan?
Saya sudah mendapat undangan dari PSSI kalau mereka (FIFA) akan datang ke Indonesia berkaitan dengan gelaran Piala Dunia U20 di Indonesia. Jadi perhelatan itu masih on track, FIFA akan melihat kesiapan infrastruktur dan tempat pertandingan berlangsung. Insya Allah untuk gelaran Piala Dunia U20 ini sesuai rencana.
Tragedi Kanjuruhan apakah menjadi catatan FIFA?
Karena menjadi perhatian itu mereka akan ke sini. Presiden FIFA juga mengirim surat langsung ke Presiden Jokowi. Dalam surat FIFA itu tidak ada membahas soal hukuman atas Indonesia karena terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Jadi kita berdasarkan pada yang tertulis saja, tidak ada hukuman untuk Indonesia atau PSSI.
Dari pemerintah apakah ada perhatian khusus soal keamanan di stadion-stadion yang akan digunakan di Piala Dunia U20 berkaca dari kejadian di Kanjuruhan?
Kita sudah siap untuk gelaran Piala Dunia U20 ini sejak 2021, stadion GBK Jakarta, stadion Jakabaring Palembang, stadion Si Jalak Harupat Bandung, stadion Manahan Solo, stadion Gelora Bung Tomo Surabaya dan stadion I Wayan Dipta Bali. Untuk pengecekan di stadion-stadion itu, ada yang langsung ditangani Kementerian PUPR ada yang ditangani Pemda / Pemkot. Insya Allah tidak ada masalah, nanti kemungkinan akan ada beberapa catatan atau koreksi dari FIFA, akan kita tindaklanjuti. Perbaikan pasti ada, namun bukan perbaikan besar, tapi yang kecil-kecil. Soalnya saat FIFA mengumumkan Piala Dunia U20 tidak jadi di tahun 2021 lalu kita izinkan stadion digunakan, kompetisi Liga Indonesia salah satu yang kita izinkan menggunakan stadion. Bahkan ada yang digunakan bukan untuk sepak bola, seperti stadion Manahan untuk acara ASEAN Para Games. Setelah digunakan pasti ada perbaikan, namun tidak besar.
Yang terkait dengan FIFA, kita tidak mendapat hukuman apa karena Presiden Jokowi langsung bergerak pasca Tragedi Kanjuruhan?
Yang paling utama saya kira itu tentu itu. Artinya FIFA melihat bagaimana kesungguhan Bapak Presiden kita memberikan perhatian terhadap sepak bola Indonesia. Setelah kejadian dia memberikan respon cepat, memberikan arahan untuk mengusut tuntas perkara ini dengan secepat-cepatnya, korban ditangani dan evaluasi menyeluruh terhadap sepak bola kita. Itu yang menjadi inti arahan beliau. Dari situ FIFA melihat kalau pemerintah Indonesia benar-benar ada perhatian pada sepak bola. Sebagai keluarga besar sepak bola, tentu mereka melihat Indonesia harus dibantu. FIFA minta perbaiki ini dan itu. Jadi yang kita terima bukan hukuman tetapi bantuan untuk perbaikan kepada pemerintah dan federasi (PSSI).
Sumpah pemuda diperingati setiap 28 Oktober, bagaimana mengaktualisasikan semangat sumpah pemuda untuk era sekarang, termasuk untuk para suporter sepak bola kita?
Momentum peringatan sumpah pemuda ke-94 tahun ini dilaksanakan di tengah situasi bangsa kita yang baru mau lepas dari jerat pandemi COVID-19, kemudian di tengah situasi ekonomi global yang tak menentu. Sumpah pemuda ini adalah peristiwa sejarah yang tak boleh kita lupakan. Apa yang terkandung dalam momen Sumpah Pemuda itu, menurut saya tidak sekadar seremonial. Yang utama adalah mengingatkan generasi muda kita, bahwa kalau tidak ada kejadian 28 Oktober 1928 mungkin kita tidak seperti sekarang. Dengan tekad bersatu waktu itu maka terwujudlah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Tugas kita sekarang terus mengingatkan, tidak boleh lelah menjaga kebinekaan kita. Karena kita berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Ada contoh negara yang bahasa-nya satu, sukunya tidak banyak sampai sekarang berperang terus. Ini yang harus selalu kita ingatkan dan pahamkan kepada anak muda, generasi milenial dan Gen-Z.
Selain itu kita isi peringatan Sumpah Pemuda dengan situasi kekinian. Tidak mungkin kita ajak anak muda sekarang untuk bisa seperti yang dulu dilakukan pemuda 94 tahun lalu. Bukan caranya yang kita tularkan kepada anak muda sekarang, namun semangatnya. Jika dikaitkan dengan suporter tentu ini sangat relevan. Untuk para suporter; Arema, Jackmania, Bobotoh-Viking, Bonek, dll., yang tersebar di seluruh Indonesia tidak boleh bermusuhan hanya gara-gara klub yang didukung kalah. Urusan itu hanya berlangsung di lapangan selama 90 menit, tidak perlu diperpanjang. Semangat kebinekaan harusnya bisa menjadi inspirasi bagi para suporter. Mulai sekarang tidak ada lagi musuh. Boleh fanatik dengan klub yang didukung tapi tidak boleh menjadikan lawan tanding klub kita sebagai musuh. Ada permusuhan suporter yang sudah menahun, ini tidak boleh lagi terjadi. Mudah-mudahan momentum sumpah pemuda ini bisa menyatukan anak-anak muda kita yang menjadi suporter.
Dulu pemuda tahun 1928 disatukan dengan tujuan yang sama, Indonesia merdeka. Kalau sekarang apa yang bisa mengingat, adakah tujuan bersama seperti dulu?
Bung Karno mengatakan kemerdekaan adalah jembatan emas menuju ke satu tujuan bagaimana kita menjadi negara yang aman, damai, adil, makmur dan sentosa. Pemuda sekarang harus punya kesadaran itu, kita akan terjebak membangun ego kita masing-masing, ego kedaerahan, ego organisasi, ego kepartaian, dll., itu semua tidak menguntungkan untuk eksistensi NKRI. Banyak contoh negara yang besar kemudian bubar, seperti Uni Soviet, terpecah belah dan negara pecahan itu berdiri sendiri. Kini malah perang satu sama lain. Hal serupa terjadi di negara-negara Timur Tengah yang terus berperang. Ada juga Yugoslavia teman kita mengusung gerakan Non-blok, kini terseok-seok. Kita ini berbeda, tapi bersyukur bisa bersatu. Persatuan inilah yang harus kita rawat. Makna dari sumpah pemuda untuk mengingatkan kembali jangan pernah lelah merawat negeri kita ini. Kita tentu tidak mau seperti negara-negara Uni Soviet yang harus pakai paspor saat hendak menyambangi negara yang dulu dalam bendera yang sama. Karena itu hentikan kebencian setelah pertandingan sepak bola usai.
Semoga Tragedi Kanjuruhan tidak terulang, bagaimana menularkan semangat sumpah pemuda kepada mereka?
Itu harapan kita semua. Nah di masyarakat kita yang fathernalistis ini contoh itu memang harus dari yang tua, silahkan mengkritik tanpa harus menghina dan mencaci. Kalau ada kebaikan dari lawan klub kita diakui saja. Karena seperti yang saya sampaikan tadi tujuan kita semua sama. Jadi momentum sumpah pemuda ini ayo kita segarkan kembali ingatan kita. Jangan lupa kita ini rawan untuk terpecah. Dengan segala hormat kepada semua pihak untuk bijak menggunakan medsos agar kita tidak terpecah belah.
Zainudin Amali Berolahraga Bukan Karena Menpora, tapi Karena Ini
Olahraga ternyata sudah menjadi gaya hidup bagi Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Prof. Dr. Zainudin Amali, M.Si. Setiap hari dia berolahraga dan bergerak agar fisiknya tetap sehat. Dia menegaskan olahraga itu bukan karena jabatannya sekarang. Tapi memang sudah menjadi kebutuhan untuk kesehatan dan kebugaran. “Saya berolahraga bukan karena saya Menpora,” tandasnya.
Ia tak segan berbagi tips agar bisa sehat dan bugar tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai Menpora. “Gaya hidup, pola makan, istirahat harus diatur dengan baik,” ungkap pria kelahiran Luhu, Gorontalo, 16 Maret 1962 ini.
Dan, yang tak kalah pentingnya adalah jangan pernah lupa berolahraga. “Usahakan setiap hari ada gerakan atau olahraga yang dilakukan, apa pun bentuk olahraga itu,” tandasnya.
Dengan bergerak itu, berarti ada pembakaran dari asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Bisa saja karbohidrat yang kita makan atau lemak yang masuk ke dalam tubuh kita porsinya lebih dari biasa, ini harus dibakar agar tidak menjadi beban. “Apalagi saat usia sudah tidak muda lagi, metabolisme tubuh kita tentu berbeda saat kita masih anak-anak atau masih belia,” katanya.
Amali bersusaha untuk melakukan olahraga kapan pun waktu tersedia. “Saya berusaha berolahraga setiap hari, kalau bisanya pagi ya pagi, kalau tidak bisa bisa ya siang atau sore. Tapi kalau waktunya baru tersedia malam saya akan berolahraga di malam hari,” katanya.
Tak hanya satu, Amali melakoni beberapa cabang olahraga. “Saya banyak olahraganya, cuma sekarang yang saya sekuni tinggal tenis, golf, bulutangkis, tenis meja, kalau ada kesempatan saya bisa juga berenang,” kata pria yang sudah tak menanggapi umpatan berbagai pihak di media sosial, ia bersikap seperti ini menurut mantan Presiden AS, Barack Obama.
Meski usia tak muda lagi Anda masih melakoni olahraga yang “berat” apa kiatnya? “Untuk bulutangkis dan tenis memang membutuhkan stamina dan fisik yang kuat. Tapi saya lakukan karena fisik masih mendukung. Kalau sudah berolahraga stres bisa hilang,” ungkapnya.
Karena sudah terbiasa berolahraga, saat tidak melakukannya ada sesuatu yang hilang. “Karena sudah biasa kalau tidak berolahraga ada saja yang bikin badan tidak enak,” kata Amali yang lebih mementingkan kerja dan kerja daripada mendengarkan orang ngomong ini dan itu tanpa ada solusi.
Saat melakukan kunjungan ke daerah pun, saat waktu yang tersedia terbatas, ia akan sempatkan berolahraga meski hanya bisa di dalam kamar hotel atau tempatnya menginap. “Kalau engga ada waktu saya akan jalan atau lari-lari kecil di dalam kamar hotel. Pokoknya bergerak dan bisa berkeringat. Kalau sudah berkeringat berarti sudah ada pembakaran di dalam tubuh,” tegasnya.
Jadi berolahraga bukan saat menjadi Menpora? “Dari dulu saya sudah melakoni olahraga, sejak masih di DPR RI saya sudah terbiasa,” katanya.
Menonton Olahraga
Dulu saat masih menjadi pimpinan di Komisi II DPR RI yang membidangi urusan Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan serta Pertanahan dan Reformasi Agraria. Penat dengan rutinas tugas, saat pulang ke rumah ia tak pernah menyaksikan tayangan berita dan talk show politik. Yang disaksikannya justru siaran atau acara olahraga.
“Ketika pulang ke rumah saya tidak pernah menonton berita-berita politik. Soalnya itu sudah menjadi keseharian saya di DPR RI. Itu sudah pekerjaan saya sehari-hari, ngapain lagi saya menonton diri saya sendiri. Makanya acara yang saya pilih adalah olahraga. Channel olahraga saya lengkapi. Bisa nonton pertandingan bola, tenis, bulutangkis, bola basket, tinju. Kadang siaran yang sudah berlangsung jauh sebelumnya pun bisa bisa disaksikan ulang,” katanya.
Tips lain yang dilakoni Amali adalah tidak panik meski beban yang diterima seberat apa pun. “Menghadapi situasi apa pun jangan panik, kita lakukan saja semaksimal mungkin beban yang ada dan menjadi tugas kita sesuai dengan aturan yang ada. Selebihnya kita berserah diri pada Allah SWT,” tadasnya.
Bugar dan Imun
Pandemi COVID-19 lalu menjadi bukti, kalau mereka yang bugar dan fit jauh bisa bertahan. “Soalnya hanya mereka yang bugar yang bisa bertahan baik. Karena mereka yang sehat itu punya imunitas yang kuat juga. Jadi bisa melawan virus yang masuk seperti COVID-19. Imunitas itu dihasilkan dari kebugaran fisik dan tidak stres,” katanya.
“Jadi virus itu tidak akan bisa menyerang orang yang imunnya bagus. Dan imun bagus itu salah satunya dihasilkan dari bergerak atau berolah raga,” katanya.
Amali menyerukan kepada semua pihak, usia berapa pun untuk tidak meninggalkan olahraga. “Yuk kita semua, usia berapa pun. Baik yang muda, dan yang tua untuk berolahraga,”katanya.
Ia senang senang dengan gaya hidup anak muda sekarang yang menjadikan olahraga sebagai bagian dari hidupnya selain musik, travelling, kuliner. “Ini menurut saya bagus sekali. Artinya anak muda sudah menjadikan olahraga sebagai prioritas,”tandasnya.
Bagaimana dengan e-sport yang banyak digemari anak muda, mereka lebih banyak duduk dan menggerakkan jempol? “Kalau mereka yang benar-benar menjadi atlet e-sport profesional, yang dilakukan juga latihan fisik; berlari, berenang, dan latihan kebugaran di gym. Jadi berlatih fisik yang berat itu untuk menjaga daya tahan tubuh saya bertanding. Karena dengan latihan fisik tadi daya tahan menjadi bagus. Soalnya lebih dari 30 menit atlet e-sport itu harus fokus dan konsentrasi. Kalau fisiknya tidak bagus yang tumbang,” katanya.
Diakui Zainudin Amali mulanya dia juga punya pemikiran yang sama soal atlet e-sport. Namun semua itu sirna saat ia berkunjung ke pemusatan lalihan atlet e-sport. “Teryata apa yang saya bayangkan sebelumnya dan juga dibayangkan banyak orang tidak tepat. Itu saya sudah menyaksikan sendiri di pemusatan latihan mereka,” jelasnya.
"Untuk para suporter; Arema, Jackmania, Bobotoh-Viking, Bonek, dll., yang tersebar di seluruh Indonesia tidak boleh bermusuhan hanya gara-gara klub yang didukung kalah. Semangat kebinekaan harusnya bisa menjadi inspirasi bagi semua suporter. Boleh fanatik dengan klub yang didukung tapi tidak boleh menjadikan lawan tanding klub kita sebagai musuh,"