JAKARTA - Manchester United tampil beda pada final Piala FA. Manajer Erik ten Hag memainkan strategi 'false nine' saat menghadapi Manchester City di Stadion Wembley, London, Sabtu, 25 Mei 2024 malam WIB. Hanya, nasib Ten Hag tetap tak pasti dan dibayangi pemecatan meski membawa MU mengalahkan Man City 2-1 dan juara Piala FA.

Ten Hag di luar dugaan tak memainkan striker Rasmus Hojlund. Kapten Bruno Fernandes dan Scott McTaminay memainkan 'false nine'. Mereka ditopang Alejandro Garnacho, Kobbie Mainoo dan Marcus Rashford.

Menariknya, Garnacho dan Rashford yang secara bergantian menjadi ujung dari serangan balik MU. Fernandes dan McTominay lebih sering menjadi pengumpan yang kemudian dieksekusi oleh mereka. Selanjutnya ada Mainoo yang kerap melakukan fast break.

Bermain tanpa centre forward dan memaksimalkan umpan diagonal memanjang membuat Man City seperti mengalami kesulitan mengantisipasinya. Bahkan ball possession Man City yang mencapai 76%-80% sama sekali tak berarti.

Serangan pasukan Pep Guardiola seperti sudah diskenario oleh Raphael Varane dan Lisandro Martinez bagaimana meredamnya. Buntutnya, striker Erling Haaland tak mampu berbuat apa-apa selama 90 menit pertandingan.

Strategi itu memang memberi hasil memuaskan. Garnacho membuka kemenangan The Red Devils setelah memanfaatkan kepanikan bek Josko Gvardiol sehingga back pass dia malah menjadi blunder.

Sundulannya gagal dijangkau kiper Stefan Ortega yang sudah terlanjur meninggalkan gawang dan dimanfaatkan dengan baik oleh Garnacho.

Gol berikutnya tercipta lewat serangan yang tidak terduga tetapi apik. Dari umpan diagonal yang panjang dan diterima Garnacho. Dia memberikan bola kepada Fernandes.

Bek Man City tak mengira bola disodorkan kepada Mainoo yang dengan tenang melepaskan tendangan yang menaklukkan Ortega.

Man City mencoba bangkit di babak kedua. Namun mereka hanya memiliki dua peluang yang nyaris membuahkan gol lewat Haaland dan Juian Alvarez.

Meski demikian, Man City berhasil memperkecil ketinggalan lewat Jeremy Doku menjelang akhir pertandingan. Dan gol itu kembali disebabkan blunder kiper Andre Onana yang kalah cepat mengantisipasi bola.

Skor 2-1 untuk MU bertahan sampai akhir dan mereka tampil sebagai juara untuk ke-13 kalinya. Ten Hag pun mencetak rekor menjadi yang pertama mengalahkan Guardiola di laga final.

"Kami merasakan kejayaan setelah memenangkan laga final Piala FA di Wembley," kata Sir Jim Ratcliffe, salah satu pemilik MU.

"Manchster United jelas tak menjadi favorit juara. Tetapi pemain menunjukkan komitmen dan kemampuan terbaik untuk mengalahkan salah satu tim terbaik di sepak bola. Kami bangga pada pemain dan seluruh staf yang mendukung mereka," ucapnya.

Garnacho menambahkan, "Luar biasa. Tidak ada yang percaya kepada kami. Meski demikian kami adalah tim dan tetap bersama. Kami bermain habis-habisan karena ini adalah pertarungan hidup kami."

Garnacho menjadi pemain Argentina pertama yang mencetak gol di final setelah Ricky Villa yang melakukannya saat membela Tottenham Hotspur di final 1981.

Hanya ini kemungkinan menjadi laga terakhir Ten Hag. Beredar kabar bila dirinya bakal diberhentikan meski membawa MU juara Piala FA.

Bila itu yang terakhir, Ten Hag bernasib sama dengan kompatriotnya Louis van Gaal yang dipecat hanya dua hari setelah membawa MU juara Piala FA dengan mengalahkan Crystal Palace pada 2016.

Van Gaal tetap dianggap gagal karena hanya mampu membawa MU menduduki peringkat lima di kompetisi Premier League.

Musim ini, MU hanya menduduki posisi delapan dan nyaris gagal berlaga di kompetisi Eropa bila tidak juara di Piala FA. Namun Ten Hag tak ingin menanggapi kabar itu.

"Saya tak tahu dan tak memikirkannya. Saya tengah menjalankan proyek yang memang ingin kami kerjakan. Kami tengah membangun tim," kata Ten Hag.

"Saat saya datang, United tidak dalam kondisi bagus. Dan kami masih dalam proses membangun kembali. Yang jelas, kami sudah lebih baik tetapi masih jauh dar apa yang menjadi harapan kami," ujarnya.

"Saya ingin tim bisa menunjukkan permainan terbaik dengan sepak bola yang dinamis. Tetapi pada akhirnya yang penting adalah Anda harus menang dan menjadi juara. Di Piala FA ini, kami pun punya kesempatan untuk memenangkanya dan kami akhirnya juara," ucap dia lagi.

Menurut pria asal Belanda yang sebelumnya menangani Ajax Amsterdam ini, dibutuhkan tim dengan skuat yang kuat agar bisa bersaing di Liga Inggris.

"Tim ini tengah berkembang. Namun tim ini sudah bisa menang dan memiliki identitas. Anda juga butuh tim yang kuat di sepak bola, terutama bila Anda bermain di Inggris dengan Premier League yang sangat kompetitif," kata Ten Hag.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)