JAKARTA - Pemerintah Brasil mengumumkan dana darurat untuk penanggulangan krisis, saat jumlah korban tewas dan hilang akibat banjir karena hujan lebat di Negara Bagian Rio Grande do Sul bertambah, kata badan pertahanan sipil setempat pada Hari Minggu, saat hujan terus mengguyur wilayah tersebut.

Korban tewas bencana tersebut bertambah menjadi 143 orang, naik dari sehari sebelumnya yang berjumlah 136 orang, sementara 12 orang lainnya dilaporkan belum ditemukan saat sungai-sungai di negara bagian tersebut dilaporkan mengalami peningkatan debit air.

Pada Sabtu malam, pemerintah mengumumkan pengeluaran darurat sekitar 12,1 miliar reais (2,34 miliar dolar AS) untuk menangani krisis yang telah menyebabkan lebih dari 538.000 orang di negara bagian tersebut, dari total populasi sekitar 10,9 juta jiwa.

Dengan uang baru ini, lebih dari 60 miliar reais dana federal telah tersedia untuk negara bagian, kata pemerintah federal dalam sebuah pernyataan pada Hari Sabtu.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan negaranya akan membangun kembali apa yang hancur.

"Kita tahu tidak semuanya bisa pulih, ibu kehilangan anaknya dan anak kehilangan ibunya," cuit Presiden Lula di media sosial X, dalam pernyataan memperingati Hari Ibu, melansir Reuters 13 Mei.

Akhir pekan kemarin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah pernyataan mengungkapkan, pihaknya telah melakukan kontak dengan Pemerintah Brasil untuk memberikan bantuan.

"Pikiran dan doa kami tertuju pada orang-orang yang terkena dampak tragedi ini dan para pekerja pertolongan pertama yang berupaya menyelamatkan dan memberikan perawatan medis kepada keluarga dan individu," kata Presiden Biden.

Sementara itu, hujan lebih banyak turun pada Hari Minggu dan diperkirakan terjadi pada Hari Senin. Kurang dari dua minggu setelah hujan mulai turun, negara bagian itu kembali waspada dengan risiko kenaikan air lagi hingga mencapai rekor tertinggi di Danau Guaiba, dekat ibu kota Porto Alegre.

Diketahui, Negara Bagian Rio Grande do Sul terletak titik pertemuan geografis antara atmosfer tropis dan kutub, yang telah menciptakan pola cuaca dengan periode hujan lebat atau kekeringan. Ilmuwan lokal yakin pola ini semakin intensif akibat perubahan iklim.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)